FEATURE: The Future of Transportation Is Near

FEATURE: The Future of Transportation Is Near
BAYANGKAN setelah bersiap untuk berangkat kerja di pagi hari, Anda tak perlu mengeluarkan mobil dari garasi atau tempat parkir. Anda hanya perlu mengaktifkan aplikasi pada gadget. Dengan voice command, Anda memerintahkan mobil untuk datang sendiri ke depan rumah. Jalanan macet tak lagi menjadi beban karena kendaraan Anda memiliki fitur autonomous. Anda tak perlu berkonsentrasi ke lalu lintas sehingga bisa bekerja sepanjang perjalanan. Tapi jika sedang ingin mengemudi, Anda dapat mengaktifkan mode pengemudian manual dan menikmati driving sensation. Sampai di depan gedung kantor, Anda tinggal turun dan mobil akan mencari tempat parkir sendiri. Semua itu tanpa rasa bersalah karena kendaraan Anda tak menghasilkan emisi.

Inilah gambaran transportasi masa depan di mana semua kendaraan dilengkapi teknologi artificial intelligent dan zero emission. Dan melihat dari kehidupan sehari-hari para tokoh di serial kartun The Jetsons yang pertama kali ditayangkan pada 1962, bayangan seperti ini sudah ada sejak lama. Bukan berarti impian tersebut sebatas utopia – dalam bahasa Yunani berarti tempat yang tidak nyata. Berbagai pabrikan mobil dan perusahaan berbasis teknologi sudah melengkapi produk-produk mereka dengan teknologi autonomous.

Usaha untuk mewujudkan transportasi masa depan sudah berjalan. Hal ini bukan hanya demi memenuhi ambisi untuk merealisasikan mimpi, tapi sudah menjadi kebutuhan. Dunia yang kita tempati sedang sekarat. Emisi gas rumah kaca (greenhouse gas emission) semakin mengkhawatirkan.

Sayangnya, sektor transportasi berkontribusi sebesar 14%, seperti laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) yang dilansir pada 2014. Banyak pihak – mulai dari dunia akademik sampai regulator negara – merumuskan berbagai usulan demi mewujudkan transportasi yang ideal untuk keberlangsungan lingkungan (environmental sustainability). Lalu muncullah konsep electro-mobility (e-mobility).



E-mobility merupakan pengembangan drivetrain yang menggunakan tenaga listrik untuk menggantikan mobil konvensional menggunakan fossil fuel. Belakangan ini gerakan tersebut semakin meningkat. Tak sedikit manufaktur mobil yang menawarkan mobil listrik atau setengah listrik (hybrid atau plug-in hybrid/PHEV). Andy Hum, BMW eDrive Associate Manager, menjelaskan di konferensi Indonesia Economic Forum pada November lalu bahwa pendorong peningkatan tersebut tak hanya dari kebutuhan environmental sustainability. Banyak faktor lain yang juga mendukung seperti daerah perkotaan yang tambah sesak, semakin ketatnya batas regulasi emisi, berkurangnya cadangan bahan bakar fosil, filosofi peduli lingkungan yang menjadi gaya hidup urban, dan pergeseran nilai para konsumen kendaraan.

Faktor-faktor tersebut berimbas pada peningkatan penjualan mobil listrik dan setengah listrik. Menurut analisa yang dilansir International Energy Agency – sebuah organisasi independen yang memfokuskan diri pada isu energi dunia, beranggotakan 29 negara – penjualan kendaraan listrik dan plug-in hybrid sebanyak 50 ribu unit pada 2011 dan meningkat drastis menjadi lebih dari 1.250.000 unit pada 2015.



Apakah semakin meningkatnya tren e-mobility menunjukkan bahwa kita sudah mewujudkan transportasi masa depan? Tentu saja tidak. Mengutip ucapan Heraclitus, filsuf Yunani di era sebelum Socrates, “Tak ada yang konstan dalam kehidupan kecuali perubahan itu sendiri.” Jika melihat road to e-mobility, perkembangan teknologi mesin mobil listrik diawali dari mobil hybrid dengan sumber tenaga dari mesin konvensional plus motor elektrik dan baterai bervoltase tinggi.

Kendaraan jenis ini sebenarnya sudah ada sejak 1896 dengan nama Elektromobil dan muncul pertama kali di Paris Exposition pada 1900. Penciptanya tak asing bagi kita, Ferdinand Porsche yang juga merupakan pendiri brand Porsche. Ia bekerjasama dengan pengusaha karoseri Jacob Lohner. Tapi mobil hybrid baru populer berkat Toyota Prius pada 1997.



Kemudian muncul pengembangan dari hybrid. Mesin plug-in hybrid modern diciptakan oleh Dr Andrew Alfonso Frank – seorang profesor Mechanical and Aeronautical Engineering University of California, Davis, Amerika Serikat – yang mengawali proyek tersebut sejak 1971 bersama mahasiswanya. Ia juga membuat istilah Plug-in Hybrid Electric Vehicle (PHEV). Tapi pengembangan mesin jenis ini untuk kepentingan komersial baru marak setelah 2002.

Kini kita berada di era Electric Vehicle (EV). Dalam satu dekade terakhir, begitu banyak kendaraan listrik yang diperkenalkan ke publik seperti semua lineup Tesla, BMW i3, Fiat 500e dan Smart Electric Drive. Mobil-mobil tersebut tak hanya menghasilkan zero emission, tapi juga easy on the eyes dan tak kalah bertenaga dari mobil bermesin konvensional. Lihat saja lekuk-lekuk Tesla Model S. Judging by the appearance, it’s a damn good full-size sedan. Tenaganya pun membuat para car enthusiast tergiur, 417 hp, dengan torsi yang juga tak kalah besar, 657 Nm. Persepsi terhadap EV kini bergeser. Mobil listrik tak lagi terkesan membosankan.



What’s next? Beberapa manufaktur sudah memproduksi mobil – baik dalam bentuk konsep maupun  sudah diproduksi – yang menggunakan fuel cell seperti Toyota Mirai, Honda Clarity, dan Hyundai Tucson Fuel Cell.  Secara garis besar, cara kerja mesin fuel cell vehicle (FCV) mirip seperti pada mobil listrik. Bedanya mesin FCV tak perlu recharging, cukup dengan hidrogen.

Bukan mustahil dalam 10 sampai 20 tahun ke depan akan muncul teknologi-teknologi otomotif lain yang mendukung environmental sustainability. Selama semua pihak (regulator, konsumen, manufaktur) mendukung, bersiaplah dikejutkan dengan break through innovations.

MIRAH PERTIWI

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature