TEST DRIVE: Porsche 911 Carrera, Wolf in Sheep’s Clothing

TEST DRIVE: Porsche 911 Carrera, Wolf in Sheep’s Clothing
SEJAK akhir 2015, Porsche (baca: Por-syeh, bukan Pors) melakukan langkah besar. Mereka meniadakan naturally aspirated (NA) engine dan beralih ke turbo, bahkan untuk model entry-level sekali pun. Dan ini merupakan kabar baik. Turbo berarti kapasitas mesin lebih kecil (berimbas pada harga yang relatif lebih rendah di negara-negara dengan sistem pajak seperti Indonesia) dan efisiensi bahan bakar yang lebih baik (berimbas pada keberlangsungan lingkungan).

Ketika kami akhirnya mendapat kesempatan menjajal Porsche 911 Carrera standar, inilah saatnya untuk melihat seberapa thrilling performanya. Di atas kertas, flagship dari Porsche ini memiliki data yang mengagumkan. Mesin belakang 6-silinder berkapasitas 3.0 liter yang digunakan mampu  menyemburkan tenaga maksimal 370 hp pada putaran 6.500 rpm. Dan torsinya pun tak main-main, 450 Nm, atau meningkat 60 Nm dari versi terdahulu.

Maka berangkatlah kami ke markas Porsche di kawasan Arteri Pondok Indah, Jakarta Selatan. 911 Carrera terparkir manis di depan. Jika dilihat sekilas, sulit untuk menemukan perbedaan dengan pendahulunya. Pasalnya Porsche berkomitmen untuk tidak banyak mengubah desain mobil-mobil mereka. Tapi jika Anda memperhatikan dari dekat, lampu depan Bi-Xenon kini memiliki daytime driving light LED empat titik, pegangan pintu tanpa lengkungan pelindung, kap belakang bergaris vertikal serta desain lampu belakang baru yang memiliki brake light empat titik.



Seperti mobil-mobil Porsche lainnya, eksterior 911 Carrera jauh dari kesan intimidatif. Ricko Boen, Product Specialist Porsche Indonesia, mengatakan bahwa salah satu nilai yang diusung brand ini adalah bisa diterima secara normatif. Artinya, tampilannya tak menarik terlalu banyak perhatian di jalan, tak seperti beberapa sportscar lainnya. Good, I like it that way. Tapi hal pertama yang membuat Ricko terlihat excited adalah ketika ia memamerkan Porsche Communication Management (PCM). Fitur tersebut dioperasikan melalui layar sentuh 7 inci. “PCM membuat infotainment system lebih cepat proses pengoperasiannya, tak seperti sistem sebelumnya,” jelas Ricko.

Ok, cukup dengan teori. Saatnya bersenang-senang. Saya menghempaskan diri di jok low-slung berlapis kulit. Setelah menyimpan setingan kursi sesuai preference, mata saya menyapu lingkar kemudi. Tak ada tombol-tombol rumit. Hanya ada satu tombol putar untuk mengatur empat mode pengemudian: Normal, Sport, Sport Plus dan Individual. Pada mode Individual, Anda bisa mengatur sendiri setingan yang diinginkan.



Saya sempat nervous melihat kondisi jalan yang macet. Mengingat tenaga dan torsi besar yang dimilikinya, tentunya melelahkan harus stop and go. Ternyata kegugupan saya tak beralasan. Saat di mode Normal, 911 Carrera bagaikan Saint Bernard – anjing berenergi besar dengan karakter lembut, tenang dan penyabar.

Dengan karakter seperti itu plus bodi yang kecil, saya tak butuh waktu lama untuk beradaptasi dan menerjang kemacetan. Apalagi dengan adanya sistem lift hidrolik yang mampu mengangkat mobil lebih tinggi 30 mm, 911 Carrera mampu melibas jalanan tak rata dengan tenang. “Saat sportscar lain menyerah saat menghadapi permukaan jalan yang tinggi, 911 Carrera mampu melewatinya,” ujar Ricko bangga. Dan saya setuju dengannya.



Begitu memasuki jalanan kosong, saya mengubah mode pengemudian ke Sport dan suara yang keluar dari knalpot langsung berubah garang. Bukan berarti saya bisa mendengarnya dengan jelas dari dalam kabin karena kekedapan suara yang patut diacungi jempol. Saya harus membuka jendela dan sunroof untuk menikmatinya. Geramannya terasa indah di telinga. Akselerasinya pun terasa penuh tanpa lag sedikit pun. Setirnya responsif dan pengendaliannya begitu stabil berkat Porsche Active Stability Management (PASM) generasi terbaru.

Ketika menyalip, saya tinggal menekan “Sport Response Button” yang terletak di tengah tombol putar mode pengemudian dan drivetrain akan memberikan kecepatan maksumum selama 20 detik. Jika tak membutuhkannya selama itu, saya tinggal menekan kembali tombol tersebut dan fitur itu langsung non-aktif. Pada mode pengemudian Sport Plus, rear wing secara otomatis terangkat keluar dan siap untuk beraksi.  Saat menginjak gas, suaranya menggeram lebih garang dan mesinnya lebih responsif. Setingan suspensi pun menjadi lebih firm dengan setir yang lebih keras.



Di balik tampilannya yang humble, 911 Carrera menyimpan performa yang melebihi ekspektasi bagaikan serigala berbulu domba. Sekali lagi, Porsche berhasil menawarkan mobil yang tak hanya memanjakan adrenalin car enthusiast, tapi juga kenyamanan untuk penggunaan sehari-hari.

Spesifikasi Porsche 911 Carrera

Layout Kendaraan:  Sportscar, mesin belakang, 2 pintu, 2 penumpang, RWD
Mesin: 6-silinder 3.0 L Turbo; 370 hp @ 6500 rpm; 450 Nm @ 1700-5000 rpm
Transmisi: A/T 7-kecepatan PDK
Wheelbase: 3210 mm
Dimensi (P x L x T): 4499 x 1808 x 1294 mm
Bobot Kosong: 1450 kg
Kapasitas Tangki: 64 liter
Rekomendasi BBM: RON98
Top Speed: 293 km/jam
0-100 km/jam: 4,4 detik

MIRAH PERTIWI

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature