Pembatasan Selama COVID-19, Pencemaran Udara Jakarta Turun Drastis

Pembatasan Selama COVID-19, Pencemaran Udara Jakarta Turun Drastis
JAKARTA, Carvaganza.com – Pelaksanaan social distancing disusul Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) punya banyak dampak. Di satu sisi langkah ini dilakukan untuk mencegah menyebaran pandemi COVID-19 agar korban tak bertambah banyak. Di sisi lain, berkurangnya aktifitas warga berdampak positif pada lingkungan. Di Jakarta, kadar polutan udara berkurang secara signifikan. Wabah virus corona baru membuat korban berjatuhan. Hingga Selasa (14/4/2020) malam jumlah kasus COVID-19 di Indonesia sudah mencapai angka 4.829 kasus. Sementara jumlah kematian tercatat sudah 459 orang. Ini menjadi angka tertinggi di antara negara-negara ASEAN. Gua mengurangi makin melukasnya wabah, pemerintah menerapkan berbagai langkah seperti #workfromhome #dirumahaja dan juga PSBB. Hal ini tentunya mengurangi aktifitas warga di luar rumah. Dampaknya udara di Jakarta menjadi jauh lebih bersih, Hal ini disampaikan Ahmad Safrudin, Executive Director Komisi Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB). Dalam diskusinya bersama Forum Wartawan Otomotif (Forwot), Senin (13/4) malam, ia memaparkan bahwa pada 10 hari pertama anjuran pembatasan sosial (16-25 Maret 2020), dampaknya belum begitu signifikan. Penurunan terlihat pada 10 hari berikutnya (26 Maret – 4 April). “Pada 10 hari kedua itu menimbulkan efek yang luar biasa dalam konteks untuk kandungan pencemaran udara. Kalau tadi 44,6 mikrogram per meter kubik untuk rata-rata tahunan, begitu masuk ke 10 hari kedua social distancing itu nge-drop menjadi 18,26 mikrogram. Berarti itu sudah mendekati kondisi baik,” pungkas pria yang kerap disapa Puput ini. Kondisi baik sendiri menurut standar nasional itu 15 mikrogram per meter kubik. Ini berdasarkan PP 41/1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Baca juga: Kurangi Dampak COVID-19, Kemenperin Usulkan Stimulus Industri Otomotif

Kendaraan Bermotor

Sebagai informasi, jenis polutan yang dimaksud adalah PM2,5. Yakni ragam partikel mikroskopis nan ringan, digambarkan sekecil diameter rambut dibagi 30. Kendati begitu, selain PM2,5 ada parameter polutan lain seperti Sulfur Dioksida, Karbon Monoksida dan lainnya mengambang di udara. Namun, khusus partikel kecil ini tidak serta merta hilang saat sumber polutan justru berkurang drastis. Udara bersih Jakarta belakangan ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah kendaraan bermotor di jalan raya. Berikut pula penghentian mayoritas operasi bisnis mulai dari pabrik, pelabuhan, sampai perkantoran. Menurut Puput, sekitar 47 persen beban emisi di Jakarta dihasilkan oleh kendaraan bermotor. Jumlah ini tidak sedikit. Sementara sisanya berasal dari industri, rumah tangga, debu jalanan, pembakaran sampah, konstruksi, pesawat dan sumber lain. Ya, kendaraan bermotor menjadi sumber utama. Adapun lebih mendetail dijelaskan, bahwa 45 persen sumber polusi kendaraan bermotor berasal dari roda dua. Bus kota dan truk dicatatkan sebagai kontributor lain yang juga terbilang besar. Pasalnya, mobil pribadi berbahan bakar bensin hanya berkontribusi sebesar 14 persen dan diesel dicatatkan 2 persen saja akibat besaran populasi. Social distancing dan PSBB yang lakukan pemerintah dan diikuti warga mampu menurunkan pencemaran udara secara signifikan. Hal ini tentunya membantu memuusa potensi penularan COVID-19. Juga membeirkan manfaatka bagi peningkatan kualitas udara di Jakarta. Baca juga: Kemenperin Minta Industri Otomotif Produksi Ventilator Lawan COVID-19

Balas Dendam

Dari kacamata organisasi ‘environmentalist’, jelas sebuah berita baik. Berkaca pada kebersihan udara saat ini, mereka beranggapan bahwa inilah saat terbaik untuk mendesain ulang industri, khususnya otomotif. “Orientasinya jelas bahwa pasca COVID-19 ini kita harus bisa menciptakan teknologi yang rendah emisi dan energi. Mengapa demikian? Apapun juga, sekalipun belum dibuktikan secara ilmiah, banyak pihak sudah mengatakan bahwa inilah bentuk jawaban alam atas keserakahan kita dalam mengeksploitasi sumber daya alam,” jelas Puput. Yang dikhawatirkan adalah setelah wabah COVID-19 berakhir akan ada aksi ‘balas dendam’ dari industri transportasi maupun dari masyarakat untuk membalas semasa masa karantina. Puput menilai sektor otomotif saatnya untuk refleksi sehingga begitu wabah covid ini dianggap selesai dan kita bisa kembali hidup normal, maka kita sudah siap dengan industri sektor otomotif ini. Kesadaran akan kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan kebutuhan udara yang lebih bersih sebenarnya sudah disadari. Di Eropa sudah mulai diterapkan standar emisi Euro6. Indonesia masih melangkah ke arah Euro4. Bisa jadi, tombol ‘reset’ seolah sudah ditekan, semua harus kalah dengan bumi yang tampak lelah. Baca Juga: COVID-19 dari Sudut Pandang KPBB, Saatnya Mendesain Ulang Industri AHMAD KARIM | RAJU FEBRIAN

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature