INTERVIEW: Arie Christopher Setiadharma, Ferrari Family
Pria kelahiran Jakarta ini sangat mencinta mobil. Dari kecil iya sudah menyukai mobil, bahkan sejak SD sudah menggilai majalah-majalah yang berbau mobil. “Masuk SMP saya mulai baca buku-buku ensiklopedia mobil, tapi majalah tetap say abaca baik lokal maupun luar negeri. Dan majalah-majalah dari jaman saya kecil itu masih tersimpan sampai sekarang,” ujar Arie Christopher Setiadharma, CEO Ferrari Indonesia.
“Padahal latar-belakang keluarga saya bukan orang otomotif. Tidak ada yang menyukai mobil. Background keluarga saya pada umumnya finance. Hanya saya yang bekerja di industri otomotif, mobil,” tambahnya. “Bukan hanya menyukai mobil, saya juga senang mengompare (membandingkan) mobil. Mobil ini segmennya di sini, kompetisinya dengan ini. Kemudian ketika saya beranjak besar, saya mulai mengoleksi mobil-mobilan. Diecast.”
“Mobil yang saya kagumi dari SD adalah Ferrari. Saya lumayan banyak mengoleksi diecast Ferrari dari kecil. Mindset saya waktu itu sudah Ferrari. Dan akhirnya saya berlabuh di Ferrari, seperti cita-cita yang menjadi kenyataan. Saya suka semua brand mobil, namun Ferrari adalah brand yang paling saya kagumi,” imbuhnya. “Saya bergabung di Ferrari pada tahun 2000, sebagai sales and marketing supervisor dan karier saya terus naik, sampai akhirnya tahun 2012 saya pindah ke Jaguar – Land Rover Indonesia (JLR). Di JLR saya hanya delapan bulan, dan kembali lagi ke sini.”
Menurutnya, Ferrari adalah kendaraan yang memiliki karakter yang sangat kuat, sangat jelas dan paling konsisten. Makanya, orang-orang yang membeli Ferrari adalah orang-orang yang memahami tentang mobil ini. “Di Indonesia sendiri, karakter konsumennya masih follower, karena mereka sendiri belum mengetahui 100 persen apa yang sebetulnya mereka hendak beli. Meski memang tidak semuanya seperti itu. Kenapa bisa seperti itu? Ya karena memang market otomotif di Indonesia belum begitu dewasa. Hal itu tidak salah, justru dari sinilah dunia otomotif dan konsumen Ferrari akan terus tumbuh dan berkembang seperti bola salju.”
Baca juga: Menjajal Performa Ferrari GTC4Lusso T di Pegunungan Tuscany
Baca juga: Menikmati Kemewahan Kabin Ferrari GTC4Lusso T
Jenis kendaraan Ferrari terdiri dari dua segmen, katanya, yaitu grand tourer dan sportscar dan tidak semua orang bisa membedakan kedua segmen ini. “Bukan berarti bahwa grand tourer di atas sportscar atau sportscar di atas grand tourer. Namun ini hanya segmen dan konsumen dapat memilih kendaraannya sesuai dengan karakter dan kebutuhannya. Mau grand tourer atau sportscar?”
Jadi, ujarnya, membeli Ferrari berarti juga menampilkan karakter konsumennya, meskipun tidak semua konsumen seperti itu. “Bagi mereka memiliki Ferrari adalah sebuah personal statement, memosisikan dirinya sebagai car enthusiast dan penyuka sportscar.” Arie merasa yakin bahwa mobil Ferrari merupakan mobil yang menjadi pilihan pertama konsumen. Ia telah menjadi top of mind publik jika menyebut nama sportscar. “Ferrari telah menjadi mindset. Ferrari akan selalu menjadi first destination orang membeli sportscar, baru setelah itu konsumen akan membeli brand-brand lain untuk mengisi garasi mobil mewahnya.” Arie Christopher bahkan mempertegas pernyataannya, “I’m strongly believe, the first destination di segmen ini adalah Ferrari.”
Ia mengatakan bahwa strategi Ferrari di dalam memasarkan mobilnya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, bukan hanya sekadar jualan semata. Konsumen dan pasar di segmen ini berbeda, karena Ferrari bukan produk massal. “Kami menginginkan bahwa setiap orang yang membeli kendaraan ini adalah orang-orang yang mengerti tentang Ferrari, mengerti karakternya dan menjadi anggota keluarga Ferrari. Sebagai anggota keluarga, tentunya hubungan dan ikatan sangat kuat dan kami dengan konsumen secara tidak langsung menjalin hubungan yang panjang. Be a Ferrari family. Makanya komunitas kami sangat kuat karena itu adalah salah satu bentuk jalinan hubungan kami dengan konsumen.”
Baca juga: LaFerrari Aperta Limited Edition Bakal Menyapa Indonesia April Mendatang
Baca juga: Ferrari Tampilkan 10 Mobil Klasik Memperingati Usia 70 Tahun
“Untuk itu, selain personalisasi kendaraan, Ferrari juga memiliki sejumlah program yang diperuntukkan bagi konsumennya seperti Corse Clienti, yang merupakan program yang sangat konsisten. Program ini hanya diikuti oleh para pemilik Ferrari. Di bawah itu dan yang paling sederhana adalah program Corso Pilota, yang terdiri dari beberapa tahapan dari yang mulai Course, Basic kemudian sampai Challenge,” imbuhnya.
“Jadi bukan hanya individual touch dalam artian kendaraan saja, karena hampir semua kendaraan di segmen ini memiliki individual touch. Kami memiliki program-program yang memang khusus didesain untuk customer Ferrari. Selain itu kami juga memiliki banyak sekali program driving experience seperti ke Korea, Jepang, Mille Miglia dan lain-lain.”
Makanya, tak heran jika Ferrari memiliki komunitas supercar terbesar dan kuat karena kami sangat customer-oriented, ujarnya memungkas wawancara dengan Carvaganza.
EKA ZULKARNAIN
“Padahal latar-belakang keluarga saya bukan orang otomotif. Tidak ada yang menyukai mobil. Background keluarga saya pada umumnya finance. Hanya saya yang bekerja di industri otomotif, mobil,” tambahnya. “Bukan hanya menyukai mobil, saya juga senang mengompare (membandingkan) mobil. Mobil ini segmennya di sini, kompetisinya dengan ini. Kemudian ketika saya beranjak besar, saya mulai mengoleksi mobil-mobilan. Diecast.”
“Mobil yang saya kagumi dari SD adalah Ferrari. Saya lumayan banyak mengoleksi diecast Ferrari dari kecil. Mindset saya waktu itu sudah Ferrari. Dan akhirnya saya berlabuh di Ferrari, seperti cita-cita yang menjadi kenyataan. Saya suka semua brand mobil, namun Ferrari adalah brand yang paling saya kagumi,” imbuhnya. “Saya bergabung di Ferrari pada tahun 2000, sebagai sales and marketing supervisor dan karier saya terus naik, sampai akhirnya tahun 2012 saya pindah ke Jaguar – Land Rover Indonesia (JLR). Di JLR saya hanya delapan bulan, dan kembali lagi ke sini.”
Menurutnya, Ferrari adalah kendaraan yang memiliki karakter yang sangat kuat, sangat jelas dan paling konsisten. Makanya, orang-orang yang membeli Ferrari adalah orang-orang yang memahami tentang mobil ini. “Di Indonesia sendiri, karakter konsumennya masih follower, karena mereka sendiri belum mengetahui 100 persen apa yang sebetulnya mereka hendak beli. Meski memang tidak semuanya seperti itu. Kenapa bisa seperti itu? Ya karena memang market otomotif di Indonesia belum begitu dewasa. Hal itu tidak salah, justru dari sinilah dunia otomotif dan konsumen Ferrari akan terus tumbuh dan berkembang seperti bola salju.”
Baca juga: Menjajal Performa Ferrari GTC4Lusso T di Pegunungan Tuscany
Baca juga: Menikmati Kemewahan Kabin Ferrari GTC4Lusso T
Jenis kendaraan Ferrari terdiri dari dua segmen, katanya, yaitu grand tourer dan sportscar dan tidak semua orang bisa membedakan kedua segmen ini. “Bukan berarti bahwa grand tourer di atas sportscar atau sportscar di atas grand tourer. Namun ini hanya segmen dan konsumen dapat memilih kendaraannya sesuai dengan karakter dan kebutuhannya. Mau grand tourer atau sportscar?”
Jadi, ujarnya, membeli Ferrari berarti juga menampilkan karakter konsumennya, meskipun tidak semua konsumen seperti itu. “Bagi mereka memiliki Ferrari adalah sebuah personal statement, memosisikan dirinya sebagai car enthusiast dan penyuka sportscar.” Arie merasa yakin bahwa mobil Ferrari merupakan mobil yang menjadi pilihan pertama konsumen. Ia telah menjadi top of mind publik jika menyebut nama sportscar. “Ferrari telah menjadi mindset. Ferrari akan selalu menjadi first destination orang membeli sportscar, baru setelah itu konsumen akan membeli brand-brand lain untuk mengisi garasi mobil mewahnya.” Arie Christopher bahkan mempertegas pernyataannya, “I’m strongly believe, the first destination di segmen ini adalah Ferrari.”
Ia mengatakan bahwa strategi Ferrari di dalam memasarkan mobilnya di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, bukan hanya sekadar jualan semata. Konsumen dan pasar di segmen ini berbeda, karena Ferrari bukan produk massal. “Kami menginginkan bahwa setiap orang yang membeli kendaraan ini adalah orang-orang yang mengerti tentang Ferrari, mengerti karakternya dan menjadi anggota keluarga Ferrari. Sebagai anggota keluarga, tentunya hubungan dan ikatan sangat kuat dan kami dengan konsumen secara tidak langsung menjalin hubungan yang panjang. Be a Ferrari family. Makanya komunitas kami sangat kuat karena itu adalah salah satu bentuk jalinan hubungan kami dengan konsumen.”
Baca juga: LaFerrari Aperta Limited Edition Bakal Menyapa Indonesia April Mendatang
Baca juga: Ferrari Tampilkan 10 Mobil Klasik Memperingati Usia 70 Tahun
“Untuk itu, selain personalisasi kendaraan, Ferrari juga memiliki sejumlah program yang diperuntukkan bagi konsumennya seperti Corse Clienti, yang merupakan program yang sangat konsisten. Program ini hanya diikuti oleh para pemilik Ferrari. Di bawah itu dan yang paling sederhana adalah program Corso Pilota, yang terdiri dari beberapa tahapan dari yang mulai Course, Basic kemudian sampai Challenge,” imbuhnya.
“Jadi bukan hanya individual touch dalam artian kendaraan saja, karena hampir semua kendaraan di segmen ini memiliki individual touch. Kami memiliki program-program yang memang khusus didesain untuk customer Ferrari. Selain itu kami juga memiliki banyak sekali program driving experience seperti ke Korea, Jepang, Mille Miglia dan lain-lain.”
Makanya, tak heran jika Ferrari memiliki komunitas supercar terbesar dan kuat karena kami sangat customer-oriented, ujarnya memungkas wawancara dengan Carvaganza.
EKA ZULKARNAIN
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature