FEATURE: Kanjozoku, Breaking the myth
SUARA berat dari knalpot memantul di dinding-dinding yang membentengi sebagian jalan bebas hambatan di Osaka, Jepang. Tak lama kemudian sekitar dua lusin Honda Civic lansiran 1980-an dan 1990-an melesat dalam kecepatan tinggi melewati pengemudi lain. Dalam sekejap mereka tenggelam dalam kegelapan, hanya meninggalkan jejak debu dan suara yang ikut menghilang seiring dengan waktu.
Tiba-tiba lampu sirine dari mobil polisi memantul di permukaan jalan, menerangi malam dengan cahaya merah yang menarik perhatian. Mobil tersebut tak masuk dari pintu tol seperti pengguna jalan lainnya. Polisi memiliki akses untuk menggunakan lift yang langsung membawa mereka dengan cepat ke tengah rute Kanjo, jalan bebas hambatan melingkar yang menghubungkan daerah-daerah di kota Osaka sepanjang 7,68 km.
Para racer yang sedang berkumpul langsung lari ke mobil mereka yang terparkir, mengenakan topeng dan melesat meninggalkan area. Polisi seperti tak berdaya mengejarnya. Ia memerintahkan mereka untuk menepi melalui loud speaker. Tentu saja permintaannya tak digubris. Bukannya langsung menghilang, para racer mengelilingi mobil polisi seperti kawanan serigala mengepung mangsanya. Mereka memblokir jalur sang polisi dan berjalan pelan. Mobil polisi pun ikut berjalan pelan. Tak jelas siapa mengejar siapa. Setelah bosan bermain-main, para racer kembali geber gas dan kembali menghilang dalam kegelapan malam.
Pemandangan seperti itu merupakan kegiatan rutin para racer Kanjozoku yang berhasil direkam dalam video dokumenter Bowl Films. Inilah gambaran salah satu budaya bawah tanah Osaka yang telah mengakar begitu lama. Tapi jangan samakan balapan Kanjozoku dengan street racing biasa.
Meski keduanya sama-sama ilegal, pembalap street racing melakukannya karena mereka memang menyukai mobil dan kecepatan meski ilegal. Sedangkan Kanjozoku racer melakukannya karena kegiatan ini ilegal. Maka mereka mengenakan topeng agar identitas tetap terjaga jika wajah mereka terekam CCTV. Tak berhenti di situ. Pelat nomor mobil mereka pun ditutup atau tak menggunakannya sama sekali.
Pembalap Kanjozoku memandang kendaraan sebagai sekadar alat, bukan sesuatu yang mereka banggakan. Mobil dianggap sebagai senjata yang bisa mereka tinggalkan kapan pun jika kondisinya mendesak. Berhubung aktivitas ini highly illegal, sangat mungkin mereka terpojok oleh polisi. Saat itu terjadi, mereka tak ragu untuk keluar dari mobil dan lari.
Itulah sebabnya pembalap Kanjozoku menggunakan Honda Civic tua berusia lebih dari satu dekade, mobil sederhana dengan harga relatif terjangkau di Jepang. Kenapa Honda Civic? Osaka cukup dekat dengan one-make race Civic yang pernah berlangsung di Sirkuit Suzuka yang legendaris. Maka mobil ini menjadi kendaraan ‘wajib’ di balapan-balapan Kanjozoku.
Meski begitu hatchback ini lincah dan bertenaga berkat mesin VTEC-nya yang fleksibel sehingga bisa lebih kencang dari mobil lain yang lebih bertenaga. Hal ini sesuai dengan kebutuhan mereka untuk membelah malam dan berzig-zag di antara pengguna jalan lain, atau kabur dari kejaran polisi. Mereka juga tak melakukan modifikasi berat pada mesin karena tahu bahwa sewaktu-waktu mereka bisa meninggalkannya.
Tapi bukan berarti mereka tak mendandani mobilnya. Setiap pembalap bebas mengekspresikan diri melalui cat dan stiker bodi Honda Civic mereka. Bahkan dalam satu klub, terdapat beragam livery. Kebanyakan dari mereka terinspirasi oleh gaya old school dari one-make races Honda di masa lalu. Dan tak sedikit yang mengganti livery – bahkan ada yang setiap malam – agar mobil mereka tak dikenali. Jadi ketika malam ini salah satu Kanjozoku racer dikejar polisi, malam berikutnya mobil yang sama muncul dengan tampilan yang sama sekali berbeda.
Di kota-kota lain di Jepang, Honda Civic merupakan mobil yang sering terlihat di jalanan. Tapi di Osaka, hatchback ini identik dengan kendaraan outlaw karena balapan Kanjozoku sehingga besar kemungkinannya untuk dicurigai. Maka, para Kanjozoku racer selalu menyembunyikan “senjata” mereka itu di dalam garasi atau bengkel. Dari rumah, mereka pergi ke tempat penyimpanan mobil dengan kendaraan yang lebih tidak mencurigakan.
Meski Kanjozoku racing merupakan kegiatan yang highly illegal, mereka punya aturan yang harus ditepati. Beberapa di antaranya adalah tidak menyebabkan kecelakaan dan jangan menyakiti orang lain yang tak terlibat dalam balapan ini. Pasalnya, tujuan para racer itu bukanlah menimbulkan masalah dan keributan. Mereka hanya ingin mencari kesenangan dan memompa adrenalin. Dan yang lebih penting, Kanjozoku merupakan ajang untuk mengumpulkan orang dan menjalin brotherhood.
Salah satu pembalapnya berkata, “Kanjo is super fun. There’s no drug in the world that can beat it!” Lainnya menceritakan ketika ia sedang melesat dalam kecepatan tinggi di rute Kanjo, kepalanya dibanjiri dopamine sampai rasanya mau meledak. Tapi semua kesenangan itu tak membutakan mereka akan bahaya yang sangat mungkin terjadi. “Each time I drive the Kanjo, I wonder if I’m going to come back alive…”
MIRAH PERTIWI
Tiba-tiba lampu sirine dari mobil polisi memantul di permukaan jalan, menerangi malam dengan cahaya merah yang menarik perhatian. Mobil tersebut tak masuk dari pintu tol seperti pengguna jalan lainnya. Polisi memiliki akses untuk menggunakan lift yang langsung membawa mereka dengan cepat ke tengah rute Kanjo, jalan bebas hambatan melingkar yang menghubungkan daerah-daerah di kota Osaka sepanjang 7,68 km.
Para racer yang sedang berkumpul langsung lari ke mobil mereka yang terparkir, mengenakan topeng dan melesat meninggalkan area. Polisi seperti tak berdaya mengejarnya. Ia memerintahkan mereka untuk menepi melalui loud speaker. Tentu saja permintaannya tak digubris. Bukannya langsung menghilang, para racer mengelilingi mobil polisi seperti kawanan serigala mengepung mangsanya. Mereka memblokir jalur sang polisi dan berjalan pelan. Mobil polisi pun ikut berjalan pelan. Tak jelas siapa mengejar siapa. Setelah bosan bermain-main, para racer kembali geber gas dan kembali menghilang dalam kegelapan malam.
Pemandangan seperti itu merupakan kegiatan rutin para racer Kanjozoku yang berhasil direkam dalam video dokumenter Bowl Films. Inilah gambaran salah satu budaya bawah tanah Osaka yang telah mengakar begitu lama. Tapi jangan samakan balapan Kanjozoku dengan street racing biasa.
Meski keduanya sama-sama ilegal, pembalap street racing melakukannya karena mereka memang menyukai mobil dan kecepatan meski ilegal. Sedangkan Kanjozoku racer melakukannya karena kegiatan ini ilegal. Maka mereka mengenakan topeng agar identitas tetap terjaga jika wajah mereka terekam CCTV. Tak berhenti di situ. Pelat nomor mobil mereka pun ditutup atau tak menggunakannya sama sekali.
Pembalap Kanjozoku memandang kendaraan sebagai sekadar alat, bukan sesuatu yang mereka banggakan. Mobil dianggap sebagai senjata yang bisa mereka tinggalkan kapan pun jika kondisinya mendesak. Berhubung aktivitas ini highly illegal, sangat mungkin mereka terpojok oleh polisi. Saat itu terjadi, mereka tak ragu untuk keluar dari mobil dan lari.
Itulah sebabnya pembalap Kanjozoku menggunakan Honda Civic tua berusia lebih dari satu dekade, mobil sederhana dengan harga relatif terjangkau di Jepang. Kenapa Honda Civic? Osaka cukup dekat dengan one-make race Civic yang pernah berlangsung di Sirkuit Suzuka yang legendaris. Maka mobil ini menjadi kendaraan ‘wajib’ di balapan-balapan Kanjozoku.
Meski begitu hatchback ini lincah dan bertenaga berkat mesin VTEC-nya yang fleksibel sehingga bisa lebih kencang dari mobil lain yang lebih bertenaga. Hal ini sesuai dengan kebutuhan mereka untuk membelah malam dan berzig-zag di antara pengguna jalan lain, atau kabur dari kejaran polisi. Mereka juga tak melakukan modifikasi berat pada mesin karena tahu bahwa sewaktu-waktu mereka bisa meninggalkannya.
Tapi bukan berarti mereka tak mendandani mobilnya. Setiap pembalap bebas mengekspresikan diri melalui cat dan stiker bodi Honda Civic mereka. Bahkan dalam satu klub, terdapat beragam livery. Kebanyakan dari mereka terinspirasi oleh gaya old school dari one-make races Honda di masa lalu. Dan tak sedikit yang mengganti livery – bahkan ada yang setiap malam – agar mobil mereka tak dikenali. Jadi ketika malam ini salah satu Kanjozoku racer dikejar polisi, malam berikutnya mobil yang sama muncul dengan tampilan yang sama sekali berbeda.
Di kota-kota lain di Jepang, Honda Civic merupakan mobil yang sering terlihat di jalanan. Tapi di Osaka, hatchback ini identik dengan kendaraan outlaw karena balapan Kanjozoku sehingga besar kemungkinannya untuk dicurigai. Maka, para Kanjozoku racer selalu menyembunyikan “senjata” mereka itu di dalam garasi atau bengkel. Dari rumah, mereka pergi ke tempat penyimpanan mobil dengan kendaraan yang lebih tidak mencurigakan.
Meski Kanjozoku racing merupakan kegiatan yang highly illegal, mereka punya aturan yang harus ditepati. Beberapa di antaranya adalah tidak menyebabkan kecelakaan dan jangan menyakiti orang lain yang tak terlibat dalam balapan ini. Pasalnya, tujuan para racer itu bukanlah menimbulkan masalah dan keributan. Mereka hanya ingin mencari kesenangan dan memompa adrenalin. Dan yang lebih penting, Kanjozoku merupakan ajang untuk mengumpulkan orang dan menjalin brotherhood.
Salah satu pembalapnya berkata, “Kanjo is super fun. There’s no drug in the world that can beat it!” Lainnya menceritakan ketika ia sedang melesat dalam kecepatan tinggi di rute Kanjo, kepalanya dibanjiri dopamine sampai rasanya mau meledak. Tapi semua kesenangan itu tak membutakan mereka akan bahaya yang sangat mungkin terjadi. “Each time I drive the Kanjo, I wonder if I’m going to come back alive…”
MIRAH PERTIWI
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature