FEATURE: Flying Cars, Reach for The Sky

FEATURE: Flying Cars, Reach for The Sky
“LOGIC will take you from A to B. Imagination will take you everywhere.” Ucapan Albert Einstein sangat berkesan bagi saya. Ia tak akan menemukan teori relativitas jika tak berimajinasi. Begitu pula dengan konsep Utopia yang ditelurkan pertama kali oleh Sir Thomas More, pencerahan bahwa bumi bulat dan matahari sebagai pusat tata surya oleh Galileo Galilei, teori lubang hitamnya Stephen Hawking, dan banyak lagi. Imajinasi pulalah yang memungkinkan tiga proyek mobil terbang berbeda direncanakan akan selesai pada 2020. Proyek-proyek tersebut adalah Skydrive (didukung oleh Toyota), AeroMobil (perusahaan asal Slovakia) dan Uber (perusahaan transportasi berbasis online).

Dreams come true. Era The Jetsons sudah di depan mata. Tapi usaha melawan gravitasi ini tak terjadi dalam semalam. Sejak berabad-abad lalu, manusia sudah memimpikan untuk terbang, seperti yang terlihat pada banyak kisah dari berbagai belahan dunia. Legenda Yunani punya Daedalus dan Icarus (muncul pada ratusan tahun sebelum Masehi) yang menceritakan usaha Daedalus dalam menyelamatkan anaknya, Icarus, yang dikurung dalam sebuah menara. Ia membuat sayap dari bulu-bulu burung yang diikat agar mereka berdua bisa terbang menuju kebebasan.

Negara-negara lain pun memiliki legenda yang berhubungan dengan terbang. Sebut saja Vimana, istana atau kereta terbang, yang menjadi kendaraan Rahwana di kisah Sanskrit asal India. Atau karpet terbang yang dicantumkan dalam kisah 1001 Malam asal Timur Tengah. Indonesia juga punya legenda yang menggambarkan Antasena dengan kekuatan Halintangjagat yang membuatnya terbang.

Semua legenda tersebut tak berhenti di dalam teks dan prasasti belaka. Cepat atau lambat, manusia berusaha mewujudkannya. Berhubung benda terbang yang diketahui saat itu adalah burung dan kelelawar, maka itulah yang mereka tiru. Berawal dari Kaisar Cina pada 1 Masehi, Wang Mang, yang merekrut orang khusus untuk mengenakan sayap yang terbuat dari bulu-bulu burung. Ia mengklaim sayap tersebut membuatnya melayang sejauh 100 meter.



Seiring dengan kemajuan berpikir, para nenek moyang kita mulai menggunakan alat yang lebih masuk akal seperti baling-baling dan balon udara. Obsesi untuk terbang juga dimiliki salah satu manusia paling jenius yang pernah hadir di muka bumi, Leonardo da Vinci. Selama bertahun-tahun ia mengamati burung terbang, menganalisanya dan mencetuskan prinsip aerodinamika. Menurutnya, “Sebuah obyek memiliki resistansi terhadap udara sama seperti udara terhadap obyek tersebut.” Berdasarkan itu, ia membuat 500 sketsa dan analisa sebanyak 35.000 kata yang berhubungan dengan mesin terbang.

Prinsip aerodinamika menjadi dasar bagi William Samuel Henson dan John Stringfellow dalam menciptakan mobil terbang Henson Aerial Steam Carriage yang dipatenkan pada 1841, jauh sebelum mesin terbangnya Gustave Whitehead yang diperkenalkan pada 1901 dan milik Wright bersaudara yang selama ini disangka sebagai penemu pesawat pada 1903. Sayangnya, Henson dan Stringfellow tak pernah dapat membangun monoplane yang berfungsi seperti harapan. Tapi secara teori, rentang sayapnya mencapai 46 meter.



Usaha menciptakan mobil terbang mulai mencapai titik terang pada 1917. Glen Curtiss memamerkan Curtiss Autoplane di Pan-American Aerunautical Exposition, New York, tahun itu. Kendaraan ini menggunakan bodi aluminium, jendela plastik dan penghangat bagi penumpang. Tapi dengan meletusnya Perang Dunia I, mobil terbang ini tak pernah mengangkasa.

Pada 1937, Waldo Waterman menerbangkan Arrowbile ciptaannya. Kendaraan ini memiliki mesin 6-silinder dengan tenaga 100 hp. Berhubung sedikitnya minat, maka Arrowbile hanya diproduksi 5 unit saja. Lebih dari satu dekade kemudian, tepatnya 1946, Moulton Taylor mendesain Aerocar, pesawat yang bisa digunakan di jalan raya pada. Desain tersebut merupakan hasil pengamatannya pada Airphibian, mobil dengan bentuk dan ukuran yang lebih mirip pesawat.



Ia melihat kendaraan tersebut memiliki sayap yang panjang sehingga sulit untuk dikendarai di jalanan biasa, maka Taylor membuat sayap Aerocar bisa dilipat. Ia selesai membangunnya pada 1949. Uniknya, inilah mobil terbang pertama yang mendapatkan sertifikasi dari Civil Aeronautics Administration (CAA). Aerocar memang tak sampai pada tahap produksi, tapi Disney menjadikannya karakter pada film Plane yang dilansir 2013.

Henry Smolinski dan perusahaannya, Advanced Vehicle Engineers (AVE), punya cara berbeda dalam menginterpretasikan mobil terbang. Ia benar-benar menggabungkan mobil dan pesawat pada ciptaannya, AVE Mizar, yang selesai dibangun pada 1973. Pada bagian depan, Smolinski menggunakan Ford Pinto sedangkan belakangnya memakai Cessna Skymaster. Kedua bagian tersebut knock-down sehingga ketika mendarat, Ford Pinto dapat dilepaskan dari Cessna dan melenggang di jalanan.



A.K. Vishwanath menggunakan pendekatan serupa yang lebih ekstrem dari Smolinski pada Flying Maruti. Mobil terbang yang dipamerkan di Aero India 2011 ini berbasiskan Maruti 800, city car mungil dengan mesin 800cc. Vishwanath menambahkan baling-baling di atapnya dan fender tambahan yang diklaim mampu menciptakan ‘area vakum’. Flying Maruti tak pernah diproduksi.

Kini tiga proyek mobil terbang yang akan selesai pada 2020 terlihat sangat menjanjikan untuk masuk ke proses produksi. Sepertinya ramalah Henry Ford tak lama lagi akan terbukti: “Mark my words, a combination airplane and motorcar is coming. You may smile, but it will come.”

MIRAH PERTIWI

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature