TEST DRIVE: Nissan Kicks e-Power, Maximum Trip Ke Timur Jawa (Bagian 2)

TEST DRIVE: Nissan Kicks e-Power, Maximum Trip Ke Timur Jawa (Bagian 2)
JAKARTA, Carvaganza.com - Dalam pengujian Maximum Power bersama Nissan Kicks e-Power, kami mencoba mencari jawaban atas pertanyaan; Apakah benar ia adalah crossover terhebat? Atau ia masih punya beberapa kekurangan yang masih bisa ditingkatkan?

Kabin Lapang dan Nyaman

Dimensi Nissan Kicks e-Power terlihat sangat ringkas dari luar. Berdiri di atas platform dengan wheelbase 2.620 mm dan dimensi (P x L x T) 4.305 x 1.760 x 1.615 mm, ia tak punya tubuh yang membuatnya boleh berjumawa ketimbang Honda HR-V ataupun Toyota C-HR. Kenyataannya, ruang kabin bisa mengangkut lima orang dewasa. Oke, orang kelima yang duduk di bangku belakang tengah mungkin tidak punya ruang senyaman dua di kanan-kirinya, namun ia tetap diberi headrest. Sayangnya, tak ada arm rest bersembunyi di balik jok tersebut. Ruang lapang bisa tercipta kurang lebih karena konfigurasi baterai yang kecil. Ruang kabin pun tak terpangkas demi menempatkan penyimpan energi listrik. Headroom, legroom, semuanya dalam level sangat baik dalam penilaian kami. Baca juga: TEST DRIVE - Nissan Kicks e-Power, Maximum Trip Ke Timur Jawa (Bagian 1) Yang menarik dari konfigurasi bangkunya justru pada dua kursi depan, khususnya pada jok pengemudi. Dua jok ini disebutnya sebagai Zero Gravity Seats. Model kursi yang dirancang sedemikian rupa terinspirasi dari aktivitas astronot NASA di luar angkasa di mana tak ada gravitasi. Tujuannya membuat jok yang dapat memberikan postur duduk yang netral, rileks serta meminimalisir kelelahan pada tubuh. Efeknya, tentu sedikit banyak kami rasakan. Dalam perjalanan ribuan kilometer, begitu tiba kembali di Jakarta, atau saat tiba di kota-kota singgah, tak ada rasa pegal berarti. Ini juga didukung oleh penyetelan jok yang fleksibel, khususnya di bagian pengemudi. Sayang, pengaturan jok ini masih manual, saya rasa pembeli Kicks e-Power yang sudah melek teknologi, tak akan komplen jika harga mobil ini lebih mahal 2-4 juta karena fitur itu. Ruang bagasi pun tak kalah lapang. Klaimnya, 423 liter kargo, atau empat koper travel bisa dimasukkan dalam kargo belakang. Setelah kami tilik, ternyata kapasitas ini bisa tercipta karena ban serep dilucuti. Absennya ban 17 inci dari situ, memungkinkan lantai bagasi ditempatkan lebih bawah. Meski belum menggunakan run flat tyre (RFT), pengguna tak perlu takut tanpa ban serep. Soalnya ada tyre repair kit disiapkan. Baca juga: Di Bawah Rp 500 Juta, Nissan Kicks e-Power Mengaspal di Indonesia

Handling

Dimensi dan proporsinya memang seperti Crossover ringkas kebanyakan. Padu padan ukuran rodanya pun demikian, dan nyatanya, handlingnya serupa kompetitornya. Roda 17 inci berbalut ban profil lebar dan tipis, 205/55, dengan suspensi independen di depan serta torsion beam belakang, adalah rumus baku. Tak ada yang terlalu impresif di sektor ini. Ia tetaplah cekatan seperti mobil-mobil seukurannya, namun tak juga punya kelebihan yang membuatnya pantas disebut unggul. Ukuran mobil seperti Kicks e-Power juga untungnya tetap ringkas sehingga praktis dikendarai ke jalan dengan ruang sempit sekalipun. Sedikit catatan dari kami, karakter suspensinya cukup keras di kecepatan rendah. Bantingannya cukup mengintrusi hingga ke tubuh saat harus melintasi polisi tidur di perumahan. Kompensasi positifnya memang saat kecepatan tinggi. Kaki-kaki keras tadi, stabil diajak bermanuver maupun saat melintasi jalan bergelombang di kecepatan lebih dari 40 km/jam. Baca juga: Ini Beberapa Modifikasi Digital Nissan Z Proto

One Pedal Operation

Kami tak kaget dengan hadirnya sistem pengendaraan satu pedal (one pedal operation). Fitur ini bekerja mirip dengan e-Pedal yang ada pada Nissan Leaf, sang mobil listrik murni. Teknologi ini memungkinkan pengaturan gas dan rem lewat satu pedal saja (pedal gas). Menekan artinya memberi perintah gas, mengangkat artinya mengerem. Fitur ini, bisa digunakan ketika mode S (Smart) atau Eco digunakan. Saat kami menggunakan mode ECO, proses pelepasan pedal terasa sebagai pengereman regeneratif di level yang normal. Terindikasi dari MID dengan visualisasi baterai terisi listrik dari roda oleh generator yang memanen daya deselerasi. Begitu mode S dipakai, pelepasan pedal gas diartikan dengan sebuah pengereman yang lebih aktif lagi, bahkan hingga hampir berhenti. Panen energi pun tervisualisasi lebih banyak di MID dengan garis biru yang membesar. Asyik? Tentu saja. Kaki kanan tak perlu repot berpindah dari pedal gas ke rem. Saran kami, kalau mau memanfaatkan fitur one pedal, gunakanlah di dalam kota, dengan mode S aktif. Metode ini akan sangat bermanfaat untuk menjaga kaki dari kelelahan dan memungkinkan baterai terisi lebih efektif. IVAN HERMAWAN  | FOTO: SETIONO

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature