Pengamat: Demand Kendaraan Elektrifikasi Masih Kecil, Belum Siapkah Masyarakat Indonesia?

Toyota Corolla Cross Hybrid

JAKARTA, Carvaganza - Tren kendaraan elektrifikasi terus mengalami pertumbuhan di Tanah Air. Namun, kontribusinya masih terbilang sangat kecil dibandingkan unit ICE (Internal Combustion Engine). Lantas apakah ini disebabkan belum siapnya masyarakat Indonesia menerima tren global tersebut?

KEY TAKEAWAYS

  • Berapa harga mobil elektrifikasi yang terjangkau oleh orang Indonesia?

    Karena 70 sampai 74 persen mobil yang beredar di Indonesia harganya di bawah Rp 300 jutaan, maka produsen harus memproduksi mobil elektrifikasi di kisaran harga itu jika ingin massal.
  • Menurut pengamat otomotif Yuniadi Haksono Hartono, perkembangan kendaraan elektrifikasi di Tanah Air memang mengalami perkembangan cukup baik. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, antusiasme masyarakat mulai meningkat. Hal ini tak lepas dari berbagai pemicu. Salah satunya yakni mulai banyaknya merek otomotif yang mengenalkan produk elektrifikasi.

    Contohnya pada gelaran Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2022 yang diikuti hampir seluruh brand otomotif di Tanah Air. Mereka menyajikan unit-unit bertenaga ramah lingkungan mulai dari roda dua hingga sektor komersial. Walau begitu, dikatakan Yuniadi saat ini kendaraan elektrifikasi masih sebatas tren, bukan kebutuhan layaknya kendaraan konvensional. Salah satu penyebabnya adalah daya beli masyarakat.

    Yuniadi Haksono Hartono Yuniadi Haksono Hartono

     

    “Kalau bicara kesiapan masyarakat, kembali ke daya beli. Kalau dilihat daya beli saat ini di bawah Rp 300 juta. Dan 70% sampai 74% mobil yang beredar di Indonesia harganya berada di bawah Rp 300 juta,” ungkapnya.

    Artinya pabrikan perlu menyesuaikan produknya di level tersebut, guna meraih volume penjualan lebih baik. Lebih lanjut Yuniadi mengatakan, bila harga EV masih di level Rp 400 juta hingga Rp 500 juta, bakal sulit untuk mencapainya. Sekalipun terjadi peningkatan volume lebih disebabkan adanya produk baru. Di mana orang antre membeli. “Kalau mulai banyak unitnya, dia kembali normal,” tambahnya.

    Baca juga:  Pengamat: Kendaraan Elektrifikasi Adalah Keniscayaan Yang Harus Dihadapi

    Meski begitu, kini terdapat dorongan yang bisa menjadi salah satu pemicu masyarakat beralih, yakni kenaikan harga BBM. Tak bisa dipungkiri harga BBM terus melejit, bahkan dalam tempo cukup singkat. Ini terjadi tak hanya di Indonesia tapi juga global. Apalagi ditambah tekanan dari dunia yang semakin serius mengimplementasi kendaraan elektrifikasi. Salah satu contohnya dikatakan Yuniadi adalah European Union yang pada 2035 memastikan tidak ada lagi kendaraan konvensional. Lebih lanjut para ahli sudah memprediksi simpanan minyak pada 2060 habis.

    “Sekarang saja harga BBM sudah naik. Ini bahan bakar minyak belum habis seperti diramalkan. Kalau kita masih mengandalkan minyak, mau berapa harganya di 2060,” jelas pria yang telah berkarier di dunia otomotif lebih dari 25 tahun tersebut.

    Hyundai Ioniq 5 Test Drive Hyundai IONIQ 5

    Nyatanya faktor tersebut tak hanya berpengaruh ke konsumen tapi juga semua pihak. Produsen dan pemerintah harus terus bergerak mengikuti perkembangan zaman. Perlu diketahui standar emisi dunia terus meningkat, di Eropa sudah masuk Euro6 sementara di Amerika Serikat Tier 3. Bahkan tengah diupayakan untuk masuk ke level lebih tinggi. Sementara di Indonesia masih berusaha ke arah EURO4.

    “Kalau tetap begini, tahun 2035 kita mau ambil mobil dari mana? Apakah kita mau jadi negara unik masih jualan ICE? Pastikan kita berorientasi pada negara-negara luar. Itulah yang akhirnya bakal mengubah pola mobilitas kita. Apakah kita mau pakai transportasi umum atau berganti ke kendaraan listrik,” ucap Yuniadi.

    Baca juga:  GIIAS 2022: Ini Deretan Kendaraan Elektrifikasi Yang Dipamerkan Toyota

    Tentunya dorongan tersebut tidak serta-merta membuat konsumen bergerak. Soalnya masih banyak tugas rumah, salah satunya penguatan infrastruktur. Perangkat yang dimaksud salah satunya pengisian daya. Bicara Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), jumlahnya yang masih terbatas dan hanya di kota-kota besar tentu menjadi rintangan bagi kelumrahan kendaraan elektrifikasi. Tapi sejatinya tak cuma komponen tersebut. Pemerataan daya listrik rumahan turut menjadi perhatian.

    “Apakah kenaikan BBM cukup men-trigger orang ke mobil listrik? Tidak, karena yang belum terjawabkan sekarang infrastruktur yang belum lengkap. Baru di kota-kota besar. Contoh begini, kita pakai mobil listrik kalau charge di sini paling tidak butuh 1.300 watt atau lebih tergantung mobilnya. Sekarang kalau lebaran terus pulang kampung, nanti tidak bisa balik. Kalau listrik di kampung 900 watt bagaimana? Itu kan pekerjaan yang mesti kita bereskan,” terang Yuniadi.

    Jadi masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan agar tren kendaraan listrik bisa semakin diterima masyarakat Indonesia. Lantas langkah spesifik apa saja yang bisa dilakukan? Baca artikel berikutnya.  (MUHAMMAD HAFID/EK)

    Baca juga:  Segudang Keunggulan Hyundai IONIQ 5, Dari Bodi Sampai Jantung Pacu

    Featured Articles

    Read All

    Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

    Mobil Pilihan

    • Upcoming

    Updates

    Artikel lainnya

    New cars

    Artikel lainnya

    Drives

    Artikel lainnya

    Review

    Artikel lainnya

    Video

    Artikel lainnya

    Hot Topics

    Artikel lainnya

    Interview

    Artikel lainnya

    Modification

    Artikel lainnya

    Features

    Artikel lainnya

    Community

    Artikel lainnya

    Gear Up

    Artikel lainnya

    Artikel Mobil dari Oto

    • Berita
    • Artikel Feature
    • Advisory Stories
    • Road Test

    Artikel Mobil dari Zigwheels

    • Motovaganza
    • Tips
    • Review
    • Artikel Feature