Menjelajahi Pegunungan Oman dengan Porsche Cayenne 2018 (BAG. 2) 

Menjelajahi Pegunungan Oman dengan Porsche Cayenne 2018 (BAG. 2) 
FUJAIRAH, 30 Januari 2018 -- Ketika hendak memasuki jalanan off-road, posisi saya digantikan oleh rekan seperjalanan Arif yang biasa dipanggil Rifie. Setingan mobil dipindah ke Off-Road dengan mode Terrain. Jalanan gravel berdebu tertutup pasir dan batu-batu kerikil. Sesekali kami menjumpai rumah penduduk yang dikelilingi tembok tinggi, sepertinya memang rumah tradisi di Oman dan di Fujairah sama, rumahnya dikelilingi oleh tembok tinggi dan di dalamnya terdapat taman yang lumayan hijau. Tapi justru di sepanjang jalan bukan rumah penduduk yang banyak, kepulan debunya yang berlimpah.

Kawasan yang kami masuki ini berlokasi di Semenanjung Musandam, Kesultanan Oman dan wilayah ini memang terpisah dari wilayah Oman Selatan karena dipecah oleh wilayah Kesultanan Uni Emirat Arab. Lokasi Semenanjung Musandam ini terletak di kepala Teluk Oman. Untuk mencapai lokasi ini dari Muscat, ibukota Oman, bisa menggunakan pesawat terbang, melewati jalur laut atau lewat jalur darat. Kalau lewat jalur darat, Anda harus melewati wilayah negara Uni Emirat Arab (UEA) terlebih dahulu baru kemudian masuk ke Oman, atau lewat dua pos pemeriksaan.

Selepas jalanan aspal, 7 mobil masuk beriringan ke jalanan gravel. Pada saat masuk, jalanannya masih datar,  cukup untuk dua mobil berpapasan. Di kiri kanan jalan dijumpai rumah-rumah kecil penduduk yang terbuat dari batu dengan kandang-kandang dombanya. Baru kali ini saya melihat kambing dan domba naik ke atas bukit-bukit berbatu, orang menyebutnya domba gunung. Sebelumnya hanya melihat di TV saja. Kondisi medannya tetap sama; kering kerontang, dengan tumbuhan hanya satu dua saja.

Sekitar lima kilometer perjalanan, medan gravel mulai menyempit. Hanya muat satu mobil sehingga jika berpapasan dengan mobil lain salah satu mobil harus berhenti di tempat yang lebih luas. Selama perjalanan gravel pulang pergi, kami hanya berpapasan dengan tiga mobil saja.



Kondisi medan yang sekarang lebih seram lagi, kontur gravelnya turun naik dengan kecepatan mobil antara 20 – 30 km. Kami melaju di lembah sempit yang diapit oleh gunung karang dan batu di kedua sisi, mirip seperti di film Rambo dengan setingan lokasi di Afghanistan. Konvoi Mobil kami mirip seperti konvoi truk perang yang menelusuri lembah yang suatu saat habis ditembaki musuh.

Yang lebih ngeri lagi adalah batu-batu sebesar rumah yang menggantung di atas gunung yang siap menggelinding ke bawah setiap saat. Di sisi kanan terlihat seperti bekas sungai kecil dengan tumpukan-tumpukan batu besar. Total perjalanan di medan gravel tersebut pulang pergi sekitar 40 km yang kemudian dilanjutkan dengan jalanan menanjak terjal menuju Six Sense Restaurant dengan pemandangan Teluk Zaghy, yang terkenal di kawasan Timur Tengah karena keindahannya.



Porsche Cayenne 2018 dengan santai meladeni kontur tanjakan terjal. Ketika di medan gravel dan tanjakan dengan medan berbatu halus, sistem AWD mendistribusikan traksi dan tenaga dengan baik sehingga tidak terjadi slip. Lewat perjuangan yang cukup berat, sampai juga kami di Six Sense Restaurant di atas sebuah gunung batu dengan pemandangan Teluk Zaghy untuk makan siang.

Resto ini adalah bagian dari jaringan Six Sense Hotel yang tersebar di seluruh dunia. Pemandangan resto ini langsung  ke lokasi hotel dan sebuah pelabuhan kecil di bawahnya. Menurut manager resto, Six Sense Hotel Oman adalah hotel termahal ketiga di kawasan Timur Tengah dan merupakan tempat berlibur mewah dan mahal yang kerap dikunjungi oleh sejumlah selebritis dan orang kaya dunia.



Selepas makan siang, kami berjalan lagi menuju hotel Fairmont dan kini harus melewati jalanan menurun terjal serta jalanan berdebu tebal. Sebelum masuk hotel pukul 5.30 sore, kami melakukan sesi pemotretan dan pengambilan video dekat kampung bersejarah Zigt di Fujairah, dekat sebuah waduk yang kering yang diapit oleh pegunungan karang.

Fujairah merupakan wilayah UEA yang paling kaya dengan warisan budaya. Di sini terdapat masjid tertua dan bersejarah Al Badyah dan terdapat sejumlah kampung peninggalan abad ke-15. Di Zigt Heritage Village, rumah-rumah penduduknya terbuat dari lumpur dan batu bata, namun sudah tidak didiami lagi. Beberapa bagian rumah ada yang sudah roboh. Pemerintah UEA menjaga kelestariannya dengan memagari sekitar perkampungan dengan kawat dan tidak sembarang orang bisa masuk.

EKA ZULKARNAIN (FUJAIRAH)

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature