Menikmati Keindahan Alam Priangan Bersama All-New Mazda CX-8 (Bagian 1)

Menikmati Keindahan Alam Priangan Bersama All-New Mazda CX-8 (Bagian 1)
KUNINGAN, 26 Desember 2019 – Bandung memang kota yang sangat menarik untuk berlibur. Tapi bukan berarti Bandung merupakan satu-satunya kota di daerah Priangan yang memiliki daya tarik wisata. Masih banyak lagi kota-kota di daerah Parahyangan yang menarik yang tidak jauh dari kota besar Jakarta atau bahkan dari Bandung sendiri. Sebelum libur Natal kemarin, Carvaganza mencari inspirasi daerah berlibur yang menarik yang tak jauh dari Jakarta. Kehadiran Tol Trans Jawa menjadi bahan pertimbangan penting di dalam menentukan tempat liburan tersebut. Kami pun memilih daerah Kuningan dan Majalengka yang bisa merepresentasikan keindahan alam Priangan. Bahkan saking indahnya, kami dengan sedikit bercanda bilang, “sepertinya Tuhan sedang tersenyum ketika sedang menciptakan Alam Priangan.” Nah, untuk mengisi liburan tersebut, kami telah memilih mobil yang dipakai adalah SUV All-New Mazda CX-8, SUV yang baru diluncurkan pada bulan November 2019 oleh PT Eurokars Motor Indonesia (EMI). SUV ini sekarang sedang booming di kalangan kelas menengah yang hidup dinamis, inovatif dan menyukai tantangan perubahan. Sebagai kelas menengah dengan karakteristik seperti itu, mereka sangat menghargai anugerah alam dan karya. Di sisi lain, mereka juga sangat mengapresi nilai-nilai modern dan sangat adaptif dengan aneka perubahan. Kota besar adalah tempat tinggal, dan mengeksplore nilai hidup adalah bagian dari gaya hidup itu sendiri. Baca juga: VIDEO: Eksplorasi Wisata Jawa Barat dengan All-New Mazda CX-8 Baca juga: Mazda CX-8 Meluncur di Indonesia, Pilihan Baru SUV Premium Baca juga: GALERI FOTO: Detail Kemewahan All-New Mazda CX-8 Versi Indonesia Kota Kuningan hanya berjarak 200 km saja dari kota Paris van Java atau jika ditempuh dengan mobil hanya 4 jam saja. Sedangkan Majalengka hanya berjarak 130 km dari Bandung, atau 3 jam perjalanan mobil.  Akses jalan menuju kedua Kabupaten di Jawa Barat itu lebar, mulus dan traffic-nya lancar. Sedangkan dari Jakarta, berkat adanya akses tol Trans Jawa, kedua kota kecil yang indah itu bisa lebih mudah diakses lagi. Hanya membutuhkan waktu sekitar 3 jam saja ke Majalengka dan ke Kuningan sekitar 4 jam, apalagi sekarang ini Jalan Tol Layang Cikampek sudah dioperasikan, makin tambah singkat saja. Dulu sebelum ada tol Trans Jawa, untuk mencapai Majalengka membutuhkan waktu sekitar 6 jam, dan Kuningan 7 jam lebih dari Jakarta. Kuningan dan Majalengka menyajikan pesona daerah pegunungan dan perbukitan, lembah, danau dan areal pesawahan yang luas. Selain itu juga menawarkan bentangan hutan dan aneka ragam tumbuhan. Alamnya masih alami, sentuhan tradisionalnya masih sangat kuat dibandingkan dengan Bandung yang sudah mengandung aneka nilai modern, apalagi Jakarta.

Desa Sangkahurip

Desa yang terletak di Cigandamekar ini menjadi destinasi pertama yang kami kunjungi dalam perjalanan inspirasi liburan ini. Ketika kami bangun pagi, udara terasa dingin. Wangi pepohonan dan aroma segar pedesaan cukup menyengat di hidung ketika kami membuka jendela kamar. Suara cuitan burung meningkahi seruputan kopi kami pagi itu. Di desa ini Anda bisa menikmati suasana pedesaan yang masih asri, kebudayaannya tetap terjaga. Hamparan sawah, kebun ubi, jagung dan aneka tumbuhan membentang luas.  Gemericik suara aliran air dari tanggul Irigasi Bendung Katiga menjadi irama alam yang mendamaikan. Jika Anda membawa anak-anak, di sini juga terdapat wahana wisata air dan wahana permainan lainnya yang tidak membosankan. Dari Sangkanhurip kami melanjutkan perjalanan ke Gedung Perundingan Linggarjati yang letaknya hanya 5 km dari desa indah Sangkanhurip. Atau hanya 11 menit perjalanan dengan SUV Mazda CX-8. Linggarjati terletak di Desa Linggajati, Kecamatan Cilimus yang terletak di kaki Gunung Ciremai.

Gedung Perundingan Linggarjati

Bangunan bergaya klasik kolonial Belanda ini masih berdiri kokoh dan kini menjadi museum Perundingan Linggarjati. Dibangunan inilah Indonesia dan Belanda melakukan perundingan pada 11 November 1946 yang menghasilkan persetujuan mengenai status kemerdekaan Indonesia. Hasil perundingan ini diteken di Istana Merdeka, Jakarta, pada 15 November 1946 dan ditandatangani secara sah oleh kedua negara pada 25 Maret 1947. Kami sengaja menyinggahi Linggarjati karena bagi kami ini merupakan bagian dari perjalanan bangsa Indonesia. Bangunan ini dulunya adalah sebuah gubuk yang dibangun tahun 1918 oleh seorang ibu bernama Jasitem dan menjadi tempat tinggalnya. Bangunan ini sempat beberapa kali berganti kepemilikan sebelum akhirnya menjadi tempat perundingan, bahkan pernah dijadikan hotel oleh seorang pemiliknya yang berkebangsaan Belanda. Ketika masuk ke dalam museum, pengunjung seperti dibawa ke dalam napak tilas diplomatik para pendiri bangsa. Terdapat meja tempat perundingan, berbagai dokumentasi berupa foto, diorama, benda-benda peninggalan lainnya, hingga hasil naskah perjanjian Linggarjati. Selepas menikmati Linggarjati yang terletak di Kuningan Timur, Mazda CX-8 membawa kami menuju Utara, ke daerah wisata Batu Luhur dan Kebon Raya Padabeunghar. Perjalanan menuju destinasi berikutnya ini berjarak sekitar 23 km dan memakan waktu tempuh 35 menit.

Perjalanan Nyaman dengan All-New Mazda CX-8

Ok, saya mau cerita sedikit tentang All New Mazda CX-8 yang kami gunakan. SUV yang menjadi adik CX-9 ini berkapasitas tujuh penumpang, sama dengan kakaknya. Mazda CX-8 yang kami bawa adalah tipe Elite, tipe yang tertinggi dari dua varian yang dipasarkan di Indonesia; Elite dan Touring. Saya duduk di baris kedua yang memiliki format jok captain seat, yang bisa memberikan akses yang lebih lega kepada penumpang di baris ketiga baik pada saat masuk kabin maupun pada saat di dalam kabin. Jok baris kedua ini dipisahkan oleh konsol tengah permanen, yang bisa berfungsi sebagai arm rest dan terdapat cup holder serta tombol fitur pemanas kursi. Kami merasakan manfaat fitur pemanas ini pada saat perjalanan dari Sangkanhurip. Kami menghidupkan fitur pemanas kursi di dalam perjalanan karena paginya kami mandi dengan air dingin yang menusuk tulang. Waktu kami berangkat masih jam 06.00 WIB pagi, suhu udara masih dingin. Alhasil fitur itu kami hidupkan untuk menghangatkan badan. Fitur ini tidak saja terdapat di bangku baris kedua, juga ada di jok pengemudi dan penumpang depan. Tapi tak ada di baris ketiga. Dengan dimensi panjang 4.900 mm, lebar 1.840 mm tinggi 1.730 mm serta wheelbase 2.930, Mazda CX-8 terasa lega. Captain seat-nya, membuat kami bisa mengatur dengan mudah legroom di baris kedua sehingga meningkatkan kenyamanan pengemudi. Jok di setiap baris terasa empuk, dibalut oleh Napa leather yang halus dengan jahitan yang sangat apik. Kami berempat melakukan perjalanan ini, dan jok baris ketiga tetap dibuka. Berkat jok baris kedua model captain seat, jok bisa menjadi lebih lega dan akomodasi keluar masuk ke jok baris ketiga menjadi lebih mudah. PT EMI menawarkan dua varian Mazda CX-8 yang dibanderol Rp 664,8 juta untuk varian Touring dan Rp 746,8 juta untuk varian Elite. Keduanya dalam kondisi on the road (OTR) untuk wilayah Jakarta.  

Batu Luhur dan Kebun Raya Padabeunghar

Kembali ke perjalanan kami. Jalanan yang kami pilih menuju Batu Luhur dan Kebun Raya Padabeunghar yang terletak di kaki Gunung Ceremai adalah Jalan Bojong – Pakembangan, masuk ke Lebak Singkup baru masuk ke Jalan Pasawahan – Padabeunghar. Tak jauh dari Gedung Linggarjati, Anda bisa menikmati daerah wisata Woodland, Taman Batu Hanjuang dan Leuweung Monyet Cibeureum. Oh ya, Anda harus sedikit hati-hati di Cibeureum karena banyak monyet yang lalu-lalang di tengah atau pun pinggir jalan untuk meminta makan kepada pengunjung. Jalanannya aspal mulus dan lebar. Tak ditemukan kemacetan seperti di kota besar yang menyita energi. Anda bisa menikmati pemandangan indah areal pesawahan, hutan pinus dan daerah pertanian khas daerah Parahyangan di kanan kiri jalan. Apalagi buat yang senang mengemudi, perjalanan ini bisa mengalahkan perjalanan darat ke Eropa sekalipun. Masuk ke Jalan Pasawahan – Padabeunghar,  konturnya mulai menanjak dan menurun. Banyak blind spot, sehingga mesti hati-hati di sini. Juga agak sedikit sempit, sehingga harus ada yang mengalah. Rute ini mengingatkan saya pada kawasan Gunung Kidul karena terhampar batu-batu hitam besar dan di beberapa spot terdapat tumpukan pecahan batu kecil-kecil. Bahkan mengingatkan saya pada jalanan di Pegunungan Alpen ketika saya melakukan test drive di sana. Kenapa dinamai Batu Luhur? Karena di kawasan ini terdapat batu-batu yang menjulang tinggi. Dari sini, dapat melihat keindahan di sekitar kota Kuningan dan Cirebon. Bagus buat tempat selfie dan menikmati panorama. Tak jauh dari Batu Luhur, sekitar 3 km, kami menyambangi Kebun Raya Padabeunghar yang terletak di Desa Padabeunghar, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Luas lahannya sekitar 156 hektar, sekaligus menjadi kebun raya terluas di Indonesia. Berbeda dengan kebun raya pada umumnya yang merupakan kebun raya buatan kolonial Belanda, ini merupakan kebun raya murni buatan Indonesia. Kebun raya ini yang terletak di kaki Gunung Ciremai ini mulai dibangun sebagai obyek wisata tahun 2014 dan diresmikan serta dibuka untuk umum pada tahun 2015. Cuaca di sekitar kebun raya sejuk karena berada diketinggian 870 meter di atas permukaan laut. Padabeunghar memiliki taman tematik dengan background yang memikat terutama untuk berselfie ria. Nah, karena lokasinya yang luas dan apik, sering dipakai pengunjung untuk bersepeda dan jogging. Puas menikmati udara sejuk Padabeunghar, kami meluncur menuju Telaga Remis, Telaga Nilam dan Situ Cicerem, yang lokasinya berdekatan. Untuk menuju ke sini, kami sengaja mengambil rute jalan yang lebih cepat tapi agak sempit untuk mobil dengan dimensi seperti CX-8. Justru kami ingin mengukur steering ratio dan kelincahan mobil jika dibawa ke jalan seperti ini. Wow, meskipun bodinya cukup bongsor dan masuk kategori large SUV, kami merasa CX-8 tak kesulitan meliuk-liuk di jalanan sempit. Terkadang kami harus berhenti dulu jika ada mobil dari lawan arah. Mendekati Telaga Remis kami mendapat sajian barisan hutan pinus yang tertata apik, rumputan hijau dan beberapa batuan hitam menyerupai karang.

Talaga Remis dan Talaga Nilam

Talaga Nilam dan Talaga Remis dikelilingi pepohonan pinus hijau dan rindang sehingga suasana di sekitarnya sejuk. Kedua telaga – orang Sunda menyebutnya talaga – ini terletak di kawasan Desa Kaduela, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Talaga Remis berjarak sekitar 36 km dari pusat kota Kuningan yang dapat ditempuh dengan kendaraan 1 jam. Luas lahan Telaga Remis 13 hektar, sedangkan luas danaunya mencapai 3,25 hektar. Di sini Anda bisa menikmati wisata air sambil naik sampan, wahana bebek-bebekan dan membeli suvenir khas lokal. Keberadaan Telaga Remis ini konon ada hubungannya dengan hikayat Keraton Cirebon dan Kerajaan Mataram. Telaga Nilam letaknya tak jauh dari Telaga Remis, sekitar 400 m. Di Nilam Anda bisa berenang sambil selfie di dalam air. Airnya bening, bagian dasar danaunya keliatan. Terlihat puluhan ikan berenang hilir mudik. Obyek wisata telaga ini di tata apik dan bersih, serta berudara sejuk. Telaga Nilam menjadi destinasi kami terakhir hari itu. Hari sudah menjelang sore, pukul 16.30 WIB. Total jarak yang kami tempuh sangat pendek untuk mencapai keenam destinasi liburan yang ada di Kabupaten Kuningan, hanya sekitar 45 km. Kalau di total waktu tempuhnya hanya sekitar 1,5 jam saja. EKA ZULKARNAIN

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature