Lamborghini Aventador S 2017, Blistering Pace (Bagian 1)

Lamborghini Aventador S 2017, Blistering Pace (Bagian 1)
KETIKA undangan dari Sant’ Agata Bolognese yang merupakan markas Lamborghini di Italia datang ke meja redaksi Carvaganza, kami sempat bertanya-tanya apa maksud “Dare Your Ego” pada email undangan. Meskipun sebetulnya bunyi utama dari undangan tersebut adalah mengajak kami menjajal produk teranyar Lamborghini Aventador S 2017.

Saya membuka-membuka maksud dari tema tersebut. Ketemu, tapi masih punya tanda tanya besar. Pertanyaan itu terjawab ketika pada 21 Januari lalu saya terbang ke Valencia, Spanyol, untuk mengemudikan supercar tersebut di Sirkuit Ricardo Tormo, sirkuit yang dipakai oleh MotoGP sekarang ini dan pernah menjadi sirkuit uji coba F1.

Ternyata Ego adalah ‘filosofi’ baru bagi Lamborghini untuk memberikan kesenangan mengemudi kepada car enthusiast sehingga mereka betul-betul menikmati Lamborghini sesuai dengan karakter yang diinginkan. Filosofi ini diwujudkan dalam bentuk menyediakan jenis mode pengendaraan terbaru, Ego, untuk melengkapi mode yang sudah ada yakni Strada, Sport dan Corsa.

Akhirnya pada hari yang dijanjikan oleh Sant’ Agata Bolognese, sebanyak 20 unit mobil Lamborghini menyambut kami pada hari Senin (23/1) di Sirkuit Ricardo Tormo, dalam acara  Lamborghini Aventador S Global Dynamic Launch 2017.



Carvaganza menjadi satu-satunya media dari Indonesia yang menikmati kesempatan tersebut bersama dengan beberapa media lainnya dari Asia Pasifik. Dari 20 unit Lambo yang disediakan, 16 unit di antaranya adalah Lamborghini Aventador S yang menjadi superstar di hari itu, empat lainnya adalah Lamborghini Aventador versi sebelumnya yang posisinya digantikan oleh Aventador S.

Ada tiga model sesi mengemudi yang harus kami jalani, yakni di sirkuit, berslalom dan mengemudikannya mengelilingi kota Valencia dengan bermodalkan GPS.

Setelah driver briefing selama 15 menit, kami dibagi menjadi empat kelompok yang ditandai dengan warna gelang di tangan. Carvaganza berada di Grup Kuning, di mana setiap grup terdiri dari 4 mobil; tiga mobil dikemudikan oleh jurnalis dan satunya lagi adalah mobil pace car yang dikemudikan oleh instruktur bernama Peter Mullen, yang sudah menjadi test driver Lamborghini selama 10 tahun dan mantan pereli asal Italia. Untuk pengemudian di trek ini, satu jurnalis satu mobil.



Total lap yang kami lahap di trek adalah 16 lap yang terbagi ke dalam 4 stint (sesi), di mana masing-masing sesi adalah adalah 4 lap. Pada stint pertama saya memakai mode manual dengan paddle shift dan untuk mode pengendaraan memilih Sport. Keluar dari pit, ketika memasukkan dari gigi satu ke kedua, pertambahan kecepatan membuat kepala tertolak ke belakang. Suara mesin naturally aspirated V12 6.5 liter meraung-raung  tepat di belakang jok pengemudi. Seperti suara harimau yang mengaum dekat telinga.

Peter Mullen melalui radio mengingatkan agar kami mengikuti line mobilnya sehingga bisa menikmati sirkuit secara maksimal dan mengenal racing line pada lap-lap berikutnya. “Follow my line and my pace, this is your first stint. Please, know your line and the track,” ujarnya dengan logat Italia yang kental. Suaranya terdengar samar-samar karena ditelan oleh suara gemuruh mesin tengah Aventador S. Pada sesi ini, lintasan masih basah karena habis diguyur hujan pada subuh dan pagi hari. Pas kami datang ke sirkuit, hanya tinggal gerimisnya saja.

Sesi ini merupakan sesi pengenalan trek dan racing line sehingga kecepatannya dibuat lebih pelan agar para pengemudi bisa merasakan feeling pengendaraan dan pengemudian. Sirkuit Ricardo Tormo sendiri dikenal sebagai sirkuit medium-cepat, yakni layout sirkuit yang mengombinasikan kecepatan sedang dan tinggi.



Ketika saya memacunya di trek lurus sepanjang 650 meter di depan pit lane dan harus menurunkan gigi, mesin meraung-raung dan menyentak. Seperti suara-suara auman di samping telinga yang terus menghantui sepanjang sirkuit. Tetapi Ia begitu stabil ketika memasuki tikungan  medium dan cepat di Tikungan 3 ke kanan atau di Tikungan 7 (Curva Aficion) atau pun S kecil medium sehabis Curva Aficion. Ketika memasuki tikungan pelan seperti di Tikungan 2 (Curva Doohan) dan Tikungan Terakhir (Curva A. Campos) setelah melesat di trek lurus, Aventador S masuk dengan tenang, gesit dan meledak-ledak di exit tikungan.

Peter menginstruksikan kepada semua anggota grup agar menambah kecepatan, namun Ia mengingatkan agar berhati-hati karena trek masih basah sehingga licin. “Jika kecepatan saya terlalu pelan, Anda tempel saja mobil saya, kayak disundul-sundul, bayangin terus itu tandanya yang di belakang saya ingin menambah kecepatan.”

Pengoperasian fitur mode pengendaraan dan transmisi pada Aventador S sangat mudah. Tinggal pencet saja tombol ke mode-mode pengendaraan yang diinginkan. Untuk menginginkan transmisi manual, juga begitu tinggal pencet tombol yang terletak di konsol tengah. Ketika memakai Sport mobil terasa agresif, suspensi menjadi tambah keras dan setir bertambah berat demi kestabilan. Namun ketika diberi input saat masuk tikungan, tangan Anda tak perlu effort berlebihan karena tinggal menginput enteng saja. Dan layaknya supercar, bantingannya memang keras tapi masih terasa nyaman.

Bersambung…..

EKA ZULKARNAIN

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature