Ferrari Portofino, Two Face Sportscar

FERRARI dan Dubai, entah kenapa dua nama ini kian akrab dengan Carvaganza. Sudah dua kali saya datang ke salah satu kota terbesar di Uni Emirat Arab ini untuk melakukan test drive The Prancing Horse. Tahun lalu saya datang untuk menjajal Ferrari GTC4Lusso, dan bulan lalu saya kembali mendapat undangan untuk merasakan performa salah satu model terbaru; Ferrari Portofino.
“Welcome to the world’s very first Ferrari Portofino road test drives,” tulisan besar ini saya baca di materi product presentation yang diberikan Ferrari. Inilah yang membuat saya exciting. Pasalnya, test drive di Dubai ini adalah pertama di jalan raya bagi jurnalis seluruh dunia usai Portofino diperkenalkan secara global di Maranello, markas besar Ferrari di Italia.
Portofino adalah V8 GT terbaru milik Ferrari. Mobil ini diperkenalkan dan dipajang pertama kali di Frankfurt Motor Show, Jerman, September 2017 lalu. Mobil ini menjadi yang paling murah dari seluruh varian pabrik mobil mewah asal Italia itu. Kehadirannya untuk menggantikan seri California, Ferrari pertama dengan "harga terjangkau" yang diperkenalkan pada 2008 dan ditutup dengan kehadiran California T (2014-2017).
Murah? Yup, jika dibandingkan model-model lainnya. Harian Inggris, Telegraph, menulis jika mobil ini dibanderol 160.188 pound sterling atau jika dirupiahkan sekitar Rp 3 miliar lebih. Angka ini jauh jika dibandingkan dengan LaFerrari standar yang dijual US$ 1,5 juta (sekitar Rp 20,647 miliar).
Okelah. Meski paling murah, toh Ferrari Portofino bukanlah mobil murahan. Namanya punya makna tersendiri. Portofino diambil dari sebuah desa nelayan yang indah di wilayah Genoa, Riviera, pantai barat Italia. Nama ini melambangkan simbol elegan. Ferrari yakin, desa nelayan ini dapat mewakili keindahan sederhana tapi eksklusif dari grand tourer terbaru mereka.
Kembali ke test drive. “Welcome to the world’s very first Ferrari Portofino road test drives,” kata Helmi Sghaier, PR & Press Manager Ferrari Middle-East & Africa ketika bertemu saya. Ini merupakan pertemuan kedua saya dengan pria ramah ini.
Ketika masuk ke dalam kabin, bahasa desain yang sama dengan GTC4Lusso dan California juga saya temukan. Kemudi di bagian kiri dipenuhi tombol-tombol pengendalian, instrument cluster meter, infotaintment dengan 10.25 inci full HD multitouch screen, dan perangkat lainnya hampir mirip-mirip, sehingga saya tak lagi kagok menghadapinya.
Yang membuat saya terkesan adalah dekapan erat dari kursi bucket adjustable yang membuat badan terasa lengket dan menyatu dengan mobil. Nah, tinggal atur posisi jok (kursi pengemudi memiliki 18-way adjustment), atur sandaran, atur kemudi, sehingga saya punya visual yang pas ke depan.
Menyusuri jalanan di Dubai, cukup mengasyikkan. Jalanan lebar, rapi, dan rambu-rambu dan petunjuk jelas. Lead car mengajak kami melewati beberapa landmark terkenal di Dubai seperti Burj Khalifa gedung tertinggi di dunia dengan 828 meter dan 160 lantai. Kami juga melewati Dubai Mall, sebuah pusat perbelanjaan yang diisi tak kurang dari 1.200 retail store dan lebih dari dari 200 outlet makanan minuman.
Saya memang tak bisa merasakan performa maksimal ini. Lead car membuat saya harus menahan diri di belakang. Sesekali saya mundur ke belakang agar bisa menekan gas cukup dalam meski kecepatan maksimal yang bisa saya dapatkan hanya sekitar 160 km/jam. Ah sayang, padahal teriakan knalpot di belakang menggoda saya untuk menekan gas lebih dalam.
Okelah. Yang jelas mobil ini sangat menyenangkan dalam kecepatan apapun. Fungsi mekanikal Electric Power Steering (EPS) yang pertama kali disematkan pada Portofino mampu membaca gerakan agresif mobil ini secara cepat sehingga mobil terasa sangat stabil.
Soal kenyamanan, saya beri dua jempol. Ferrari Portofino memiliki chassis serba baru yang terbuat dari alumunium. Hal ini membuat bobotnya turun 80 kg dibandingkan California T. Hasilnya, performa mobil lebih baik dan juga lebih rigid.
Oh ya, di lokasi ini saya sempat mencoba berkeliling dengan membuka bagian hard top. Hanya butuh 14 detik untuk Portofino bertransformasi dari coupe sporty dan proporsional menjadi cabriolet nan ramping dan lincah. Anda bisa merasakan angin berhembus menyibak rambut Anda. Tadinya saya berniat membuka atap sepanjang perjalanan tapi angin, debu dan pasir membuat saya mengurungkan niat itu.
Meski tak leluasa menyiksa mobil ini – saya bisa mengerti alasannya – menikmati Ferrari Portofino di Dubai tetaplah pengalaman menarik. Desain outstanding, kabin nan nyaman, dan mesin bertenaga. I can say that Portofino is the most powerful retractable-hardtop convertible in the world.
Spesifikasi Ferrari Portofino
Layout kendaraan: Grand tourer mesin depan, 2-pintu convertible, 2+2 penumpang, RWD. n
Mesin: V-8 twin-turbo 3.9L/ 591 hp @ 7500 rpm; 760 Nm @ 3000-5250 rpm
Transmisi: A/T 7-kecepatan dual clutch with manual shifting mode
0-100 km/jam: 3,5 detik
Top speed: 320 km/jam
PxLxT: 4586 x 1938 x 1318 mm
Wheelbase: 2670 mm
Bobot kosong: 1664 kg
Kapasitas tangki BBM: 80 liter
Rekomendasi BBM: N/A
RAJU FEBRIAN


Tampilannya Elegan
Selain saya ada 7 jurnalis lain, masing-masing dari Thailand, Filipina, Malaysia, dan satu rekan dari Indonesia. Berbeda dengan test sebelumnya, kali ini saya menempuh rute yang tidak terlalu jauh. Setelah sarapan di Shangri-la Hotel, Dubai, kami bergerak menuju Hatta Water Dam yang berjarak sekitar 141 kilometer. Sebelum berangkat, saya akan bahas sedikit soal tampilan. Secara dimensi mobil lebih besar dibandingkan GTC4Lusso yang saya coba sebelumnya di Dubai, namun sedikit lebih kecil dari Superfast yang dicoba teman-teman Carvaganza di Jakarta. Lekukan bodinya menunjukkan mobil ini memiliki performa tinggi. Yang sedikit berbeda adalah lampu depan horizontal sehingga tampak lebih gagah dan agresif. Tim desain Ferarri sukses ‘menyembunyikan’ lubang udara yang berfungsi mengurangi hambatan udara. Untuk menyamakan dengan indahnya dengan Desa Portofino, Ferrari meracik bagian belakang grand tourer ini agar beraroma sport. Desain serta penempatan lampu belakang dibuat baru. Jika dibandingkan dengan California, desain dan lekuk Portofino terlihat lebih elegan.

Engine of the Year
Setelah itu kami masuk jalan bebas hambatan Ras Al Khor Road, Shaljah-Kalba Road menuju Hatta Water Dam. Lantaran di jalanan bebas hambatan perjalanan kami serba “teratur” tak bisa ngebut karena ada speed limit. Sedikit keluar kota barulah saya bisa sesekali merasakan performa Ferrari Portofino. Seperti produk lainnya yang lahiran dari jenama asal Italia itu, Portofino dilengkapi mesin V8 3.855cc twin-turbocharge. Mesin ini memiliki tenaga 591 hp pada 7500 rpm dan torsi 760 Nm pada 3000-5250 rpm. Mesin V8 Portofino dikembangkan dari mesin V8 Ferrari yang meraih gelar Engine of The Year selama dua tahun berturut-turut (2016 dan 2017). Tenaga besar ini disalurkan menggunakan transmisi 7-kecepatan F1 dual-clutch yang dihubungkan dengan E-Diff generasi ketiga dari Ferrari. Oh ya, mobil ini memiliki 3 mode pengendaraan yaitu comfort, sport, dan manual menggunakan paddle shifter. Nah, kebetulan Hui Ping Lim, Head Communitions Ferrari Far East duduk di sebelah saya. Beberapa kali kami bercakap-cakap soal kemampuan mobil ini. Ferrari Portofino memiliki kemampuan dari titik diam menuju 100 km/jam hanya dalam waktu 3.5 detik. Sedangkan kecepatan maksimal mencapai 320 km/jam. “Well, not bad at all,” kata saya.

Handlingnya Menyenangkan
Mendekati Hatta Water Dam, rasa gregetan saya karena tak bisa menggeber mobil, bisa terbayar dengan pemandangan. Rute yang dipenuhi jalanan berbelok, naik turun, gurun pasir dan pegunungan batu di kiri kanan jadi penghibur mata. Lokasi yang berdekatan dengan perbatasan Oman ini menjadi salah satu tujuan wisata warga Dubai. Sering digunakan untuk bermain kayak, sepeda air, atau sekedar menyaksikan pemandangan gunung batu yang mengelilinginya. Tak jauh ada mural besar menghormati ayah pendiri UEA dibangun di lokasi ini. Karya seni memukau ini untuk menghormati Sheikh Zayed bin Sultan Al Nahyan dan Sheikh Rashid bin Saeed Al Maktoum. Setelah 45 menit beristirahat kami melanjutkan ke destinasi kedua yaitu Bab Al Shams, sebuah resort yang tersembunyi di antara bukit pasir di pinggiran kota Dubai. Perjalanan sekitar 178 km ini melewati sebagian besar jalan bebas hambatan seperti Shaljah-Kalba Road, Emirates Road, dan Al Qudra Road. Bab Al Shams berasal dari bahasa Arab yang berarti ’pintu gerbang menuju matahari’ — mungkin terdengar sangat indah. Tapi di resort ini kami menikmati makan siang khas Timur Tengah yang nikmat.
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature