FEATURE: BMW 3-Series Touring, Lahir Dari Kecintaan Seorang Ayah

FEATURE: BMW 3-Series Touring, Lahir Dari Kecintaan Seorang Ayah
JAKARTA, Carvaganza.com -- BMW Indonesia akhirnya mengenalkan tipe bodi Touring untuk mengisi line up Seri-3. Inilah untuk pertama kalinya BMW hadir dengan bodi wagon di Tanah Air. BMW 320i Touring itu diperkenalkan pekan lalu. Padahal model ini sudah lama hadir. Seri 3 touring – lazim juga dipanggil Station Wagon, Estate, Kombi – telah dimulai sejak 1987 alias 33 tahun lalu. Ia malah hadir tanpa niat BMW. Lho? Yap, kelahiran model ini memang bukan dari rencana BMW sebagai pabrikan. Meski kemudian touring masuk dalam jajaran model yang sukses bertahan hingga kini. Semua berawal dari imajinasi seorang ayah, Max Reisböck, yang ingin bertamasya bersama keluarga. Ceritanya kembali ke 1982. Saat itu BMW Cerita 3-Series telah memasuki generasi kedua, E30. BMW sudah merencanakan tambahan tipe bodi untuk mengakomodir berbagai kebutuhan berbeda. Cabriolet dan sedan empat pintu mengisi kekosongan yang tak dimiliki generasi sebelum, E21. Estate? Tampaknya tidak terbersit sama sekali di benak para bos BMW saat menyiapkan E30. Dianggap tidak terasa premium dan bukan menjadi kebutuhan. Pada saat yang sama Max Reisbock, yang bekerja sebagai Prototype Engineer BMW punya masalah. Bukan soal pekerjaan tapi justru di rumah. Di 1984, Reisbock merasa kesulitan jika ingin mengajak keluarga bertamasya dengan sebuah sedan BMW. Bagaimana tidak, ia memiliki dua orang anak kecil sehingga membawa barang tambahan seperti sepeda sang buah hati adalah hal menyulitkan. "Motivasi saya hanya membuat mobil dengan bagasi lebih besar, sesederhana itu,” kata Reisböck kepada Autocar. "Saat itu tidak ada (model) Touring, dan mobil lain masih terlalu kecil. Terdapat 3-Series berpintu empat, jadi di benak saya proyek ini terlihat mudah. Tinggal menyisihkan uang, waktu dan memulai kerja dari pilar C.” Baca juga: BMW 320i Touring Dijual Via Online, Harga Rp 1,289 Miliar

Butuh 11 Bulan

Proyek pribadi ini melibatkan sebuah 323i saloon bekas untuk dikonversi jadi Touring. Semua dilakukan tanpa campur tangan sedikitpun dari BMW. Ia memboyong sedan itu ke bengkel milik seorang teman dan lanjut menumpahkan seluruh imajinasi. Tanpa basa basi apalagi rencana cetak biru. Apa yang ada di kepala langsung diterjemahkan ke pelat bodi. Reisböck mengakui butuh waktu empat sampai lima bulan memikirkan berbagai probabilitas. Barulah kemudian ia mengadaptasi dan menyesuaikan ide dalam bentuk nyata. Anggaran sebesar 30 ribu DM – sekitar 7.500 Euro atau Rp 128 jutaan di 2020 – ditetapkannya bersama istri. Ia pun tidak membuat komponen baru, hanya memanfaatkan barang di sekitar. Merealisasikan imajinasi, pilar C dipindahkan jauh ke belakang sampai ujung. Pelat bodi memanfaatkan komponen jadi pre-cast sehingga tinggal sedikit dimodifikasi agar tidak melenceng jauh dari desain bawaan Seri 3. Frame pintu disesuaikan, kaca samping ditempelkan plexiglass, dan mobil disemprot cat baru. Kendati begitu, ia mengalami permasalahan pada pintu hatchback. Berdasarkan peraturan, kaca belakang harus tersertifikasi dan pria ini kesulitan mencari bentuk serupa. Baca juga: REVIEW: BMW 320i Touring, Mewah dan Serba Guna

Komponen VW

“Saya tak bisa menemukan ukuran dan bentuk yang cocok,” cerita Reisbock. Solusinya justru ditemukan saat ada pertandingan sepak bola di Stasion Olimpiade Munich. Ketika semua orang menonton pertandingan, ia malah pergi ke parkiran. Berbagai kaca belakang diukur sampai akhirnya menemukan solusi pada VW Passat. Ya, kaca belakang prototipe pertama menggunakan komponen VW. Singkat cerita, ia merasa harus menunjukkan karya ini kepada para petinggi. Pasalnya, dalam kontrak sudah jelas dilarang untuk membuat apapun tanpa arahan BMW. “Saya sadar bahwa harus menunjukkan ini kepada mereka, karena dapat berakibat buruk bila saya membawa mobil ini ke jalan raya tanpa izin,” jelasnya. Beruntung jajaran manajemen merespons positif. Kendati mendapatkan tanggapan positif, rencana berlibur dengan karyanya justru pupus. BMW mengambil model ini untuk dikembangkan jadi produk massal dan ia juga mendapat bayaran. “Saya diberikan kompensasi, itu sudah pasti – meski mungkin tak sebesar kepada Pininfarina! – namun saya dan istri luar biasa bangga. Bukan soal uang.” Baca juga: Nyaris Gagal Meluncur, BMW Seri 3 Touring untuk Pembeli ‘Spesial’

Lahir di 1987

Tidak butuh waktu lama bagi BMW untuk menciptakan model produksi. Kurang lebih tiga tahun, tepatnya pada 1987, 3er Touring pertama dipasarkan. Tidak banyak berubah dari model rancangan Reisböck karena para petinggi sudah keburu terpukau atas kecantikan estate ini. Secara konsep dipertahankan hanya saja bagian antara lampu dibuat memisah guna memudahkan akses barang. Cerukan tengah ketika pintu dibuka ini dikenal dengan lubang kerat bir karena persis seukuran. Di samping itu, versi produksi menyesuaikan rancangan E30 facelift. Lampu belakang sudah mengenakan komponen besar berisi kotak bak permainan tetris. Begitu pula area bumper, valance dibuat gondrong ketimbang model sebelum. Headlamp tidak lagi reflektor sealed beam karena diturunkan proyektor ellipsoid dari 7 Series E32. Baca juga: COVID-19 Paksa BMW 4-Series Coupe Meluncur via Digital

Babak Baru ‘Lifestyle Touring’

Tiga tahun untuk pengembangan produk terbilang cepat saat itu. Hal ini pun membuka pandangan baru R&D BMW dengan cara membuat full-scale model yang dapat beroperasi. “Sebagai perusahaan, kami belajar banyak melalui proyek ini. Faktanya, seiring berjalannya waktu, tim saya di Prototype Engineering berkembang pesat setelah mengerti nilai dari full-scale model. Saya pensiun pada 2008, dan saya rasa tidak ada BMW, Mini, atau Rolls Royce meluncur tanpa tim saya membuat satu atau dua contoh terlebih dahulu untuk diuji.” Setelah kedatangan sedan kombinasi bokong MPV pertama di BMW, body type ini terus bertahan. “Saya dapat menyebut saat itu merupakan kelahiran dari ‘Lifestyle Touring’ pertama. Waktunya sempurna, rancangan sempurna, dan yang jelas saya sangat bangga,” jelasnya dalam kanal YouTube BMW. Tak butuh waktu lama juga untuk kemudian ditularkan ke Seri-5. Hasil kerja keras Reisböck jauh melebihi ekspektasi awal. Lewat karyanya ia berhasil mengubah sudut pandang perusahaan dalam hal pengembangan produk. Tak hanya itu, ia sukses melahirkan nenek moyang Wagon dalam produk BMW, terutama Seri-3. Eksistensi tubuh ini tidak pernah absen pada 3er generasi berikut seperti E36, E46, E90, F30, sampai G20. Ada satu hal yang masih diingat Reisbock. Setelah prototype touring diambil BMW, ia membeli VW minibus dan berlibur dengan keluarganya. “Hingga saat ini, cucu saya, keponakan saya, kapan saya mereka melihat Touring, mereka menyebutkan ‘mobil saya’. Itu membuat saya bangga,” kata Reisbock. https://youtu.be/MF0CUaS0czk Sumber: autocar, youtube; Foto: autocar, bimmertoday Baca Juga: Asal Muasal BMW 3-Series Touring, Keinginan Seorang Ayah Membawa Keluarga Berlibur AHMAD KARIM | RAJU FEBRIAN

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature