FEATURE: Left or Right, That is The Question

FEATURE: Left or Right, That is The Question
ARISTOTELES pernah berkata, “We are what we repeatedly do.” Rangkaian kebiasaan ini tak kita sadari sampai saat ketika kita harus mengubah atau menghilangkannya. Dan ini dirasakan ketika saya harus mengemudikan mobil dengan posisi setir di sisi kiri. Kalau dilihat sekilas, seharusnya tak sulit pindah posisi pengemudian. Tapi ternyata tak semudah itu karena melibatkan subtle feelings yang terbentuk akibat kebiasaan seperti sisi jalur, garis marka jalan yang harus diikuti dan banyak lainnya. Maklum, negara yang pernah saya tinggali semuanya menggunakan setir kanan. Dan dari semua negara di dunia ini, hanya 30 persen yang menggunakan setir kanan termasuk Indonesia. Dengan kata lain, kendaraan di Indonesia dan negara bersetir kanan lain meluncur di sisi kiri jalan atau biasa disebut Left-Hand Traffic.

Tapi berabad-abad lalu, ketika alat transportasi masih mengandalkan binatang seperti kuda atau jalan kaki, hampir seluruh wilayah di dunia menggunakan sistem Left-Hand Traffic seperti yang diterapkan Indonesia saat ini. Alasannya sederhana saja, karena lebih dari 80% manusia lebih aktif menggunakan tangan kanan alias tidak kidal. Alhasil para prajurit memilih jalur kiri untuk mempermudah mereka menggunakan pedang atau senjata lain dengan tangan kanan saat berpapasan dengan lawan. Hal ini juga mengurangi risiko sarung pedang – yang disematkan di sisi kiri tubuh – mencederai orang lain. Selain itu, mereka juga lebih mudah menaiki kuda dari sisi kiri karena tak terhalang pedang yang digantungkan di sisi kiri sang penunggang. Dengan begitu, akan lebih mudah naik/turun kuda dari sisi kiri.

Di era 1700-an, beberapa negara, seperti Prancis dan Amerika Serikat, mulai menggunakan gerobak besar yang ditarik beberapa kuda untuk mengangkut hasil pertanian. Saat itu belum ada kursi pengemudi, jadi mereka duduk di punggung kuda yang ada di sebelah kiri belakang agar tangan kanannya bisa memegang cambuk. Dengan begitu, secara alamiah ia menggunakan jalur kanan (Right-Hand Traffic) supaya dengan gampang bisa melihat pengguna gerobak lain melewatinya.



Meski semakin banyak pengguna jalan di negara-negara tersebut menggunakan Right-Hand Traffic, regulasi mengenai hal ini baru mulai muncul pada pertengahan 1700-an. Rusia merupakan salah satu negara pertama yang melakukannya. Ratu Elizabeth (Elizaveta Petrova) secara resmi mewajibkan warganya mengemudi di jalur kanan pada 1752.

Tapi peralihan jalur tak semata-mata karena kebutuhan/fungsi. Politik juga berpengaruh besar terhadap kondisi ini. Prancis menjadi salah satu negara pengguna Right-Hand Traffic setelah Revolusi Prancis pada 1789. Sebelumnya, para bangsawan mendapat keistimewaan untuk menggunakan jalur kiri, sedangkan rakyat jelata diharuskan jalan di jalur kanan. Pasca penyerbuan ke Bastille, kaum aristokrat memilih untuk low profile dan mengikuti kebiasaan rakyatnya. Dan sistem ini ditetapkan secara resmi di Paris pada 1794. Kemudian Napoleon Bonaparte – namanya meningkat di era Revolusi Prancis – membawa sistem ini ke negara-negara jajahannya: Belgia, Belanda, Luxembourg, Swiss, Jerman, Polandia, Spanyol dan Italia.



Beberapa negara yang menentang Napoleon mempertahankan sistem Left-Hand Traffic, seperti Inggris, Kerajaan Austria-Hungaria, dan Portugal. Tapi satu per satu pindah ke Right-Hand Traffic kecuali Inggris. Portugal merupakan negara pertama yang beralih pada 1928, diikuti dengan Austria pada 1938 kemudian Hungaria di 1941.

Sebagai negara kolonial, Inggris juga berpengaruh besar terhadap sistem traffic dunia. Negara-negara jajahannya seperti Malaysia, India, Australia, New Zealand, dan Afrika Selatan menggunakan Left-Hand Traffic sampai sekarang. Mesir merupakan pengecualian. Meski negara tersebut merupakan salah satau koloni Inggris, mereka sempat dikuasai Napoleon sebelumnya sehingga menerapkan Right-Hand Traffic.



Jepang memang tak pernah menjadi koloni Inggris, tapi mereka pengguna Left-Hand Traffic. Kebiasaan ini berawal sejak Zaman Edo (1603-1867). Tapi bukan berarti Inggris tak ikut berperan. Pada 1872, mereka memberikan bantuan dalam pembangunan jaringan rel kereta dan trem yang tentu saja berada di jalur kiri. Setengah abad kemudian, tepatnya pada 1924, Jepang menetapkan sistem tersebut dalam undang-undang.

Indonesia mendapat pengaruh dari Belanda saat VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) menguasai tanah air di era 1600-an. Saat itu, Belanda masih belum dijajah Prancis dan masih menggunakan Left-Hand Traffic. Tapi regulasi mengenai sistem ini baru ada di Indonesia pada 1975.



Mantan wilayah Indonesia, Timor Timur, berganti sistem sampai dua kali. Ketika masih di bawah koloni Portugal pada abad ke-16, mereka mengikuti sistem Portugal saat itu yaitu Left-Hand Traffic. Tapi saat negara Eropa Selatan tersebut pindah ke Right-Hand Traffic pada 1928, Timor Timur ikut ganti sistem. Ketika dikuasai Indonesia pada 1975, negara yang berbatasan dengan Nusa Tenggara Timur ini kembali berganti ke Left-Hand Traffic sampai sekarang meski telah merdeka pada 2002.

Mana yang lebih baik, berkendara di sisi kiri atau kanan? Jawabannya adalah dua-duanya. Semua itu tergantung dari sistem negara yang kita tinggali. Tapi sebagai orang yang terbiasa mengemudikan mobil bersetir kanan, saya akan menjawab, “We’re on the right side.

MIRAH PERTIWI

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature