6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi?

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi?

JAKARTA, 2 Januari 2020 – Ranah otomotif Indonesia di tahun 2019 tiba-tiba saja jadi fasih bicara mobil listrik. Pemerintah getol mendorong semua pihak menuju penggunaan mobil listrik. Ambisi besar atau hanya sekedar mimpi?

Pemerintah di bawah Presiden Joko Widodo menunjukkan keseriusannya dengan mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik (KBL) Berbasis Baterei untuk transportasi jalan. Perpres itu diteken Presiden Jokowi pada 5 Agustus 2019 lalu.

Ada beberapa hal yang bisa dicatat dalam Perpres tersebut. Perpres tersebut menyebut soal percepatan KBL berbasis baterei yang diselenggarakan percepatan pengembangan industri KBL berbasis baterei di dalam negeri, pemberian insentif, penyediaan infrastruktur pengisian listrik dan pengaturan tarif tenaga listrik untuk KBL Berbasis Baterei.

Selain itu juga mengatur soal pemenuhan ketentuan teknis KBL berbasis baterei dan perlindungan terhadap lingkungan hidup.

Lahirnya aturan ini memunculkan suara pro dan kontra. Suara pro menilai, kebijakan pemerintah tersebut dapat menurunkan emisi karbon dan polusi di jalan raya sehingga lingkungan lebih bersih dan sehat. Selain itu, bisa menurunkan impor BBM sehingga menyelamatkan devisa negara.

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi? Foto: otomotif.kompas.com

Namun ada juga yang kontra. Keluarnya Perpres ini dianggap belum dipertimbangkan secara matang sehingga dikhawatirkan malah menjadi PR bagi pemerintah dan masyarakat. Misalnya, infrastruktur yang masih minim. Belum lagi soal insentif dan harga mobil listrik akankah lebih terjangkau.

Pemerintah sendiri pede dengan rencana mereka. Pemerintah bahkan sudah menetapkan di tahun 2025, sebanyak 20 persen dari kendaraan yang diproduksi di Indonesia merupakan mobil Low Carbon Emission Vechile (LCEV). Angka ini termasuk di dalamnya ya itu tadi, kendaraan listrik.

Dalam Perpres tersebut, pemerintah menargetkan pengembangan mobil listrik mencapai 2.200 unit, hybrid 711.000 unit, dan 2,1 juta unit sepeda motor listrik pada 2025. Wowwww….

Bukannya tidak setuju. Tapi apa yang ditargetkan pemerintah menurut saya terlalu ambisius. Hari ini kita sudah masuk tahun 2020. Artinya semua yang digadang-gadangkan itu harus dikejar hanya dalam waktu 5 tahun.

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi? Line-up mobil elektrifikasi Toyota di IEMS 2019

1. Sosialisasi Mobil Listrik

Sosialisasi menjadi hal pertama yang perlu dilakukan. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BBPT) dan didukung oleh beberapa institusi pemerintah lainnya menggelar Indonesia Electric Motor Show (IEMS) 2019 di Balai Kartini, Jakarta, pada 4–5 September 2019 lalu. Pameran ini menghadirkan deretan mobil dan motor listrik beserta komponen pendukung dari berbagai perusahaan.

Nissan menghadirkan Leaf dan mobil hybrid Note e-Power. PT Mercedes-Benz Distribution Indonesia menghadirkan Mercedes-Benz E 300 EQ Power yang merupakan kendaraan sedan plug-in hybrid. Lewat tangan Importir Umum Prestige Motorcars, Tesla Model 3 hadir meramaikan IEMS dan menyedot perhatian pengunjung.

Dua pabrikan asal Cina yang sedang naik daun di pasar nasional, DFSK dan Wuling juga tak mau ketinggalan menghadirkan andalannya. DFSK menghadirkan Glory E3, sedangkan Wuling menghadirkan dua mobil sekaligus yakni E100 dan E200.

Toyota, sebagai pabrikan mobil terbesar di Indonesia, menyuguhkan teknologi elektrifikasi terlengkap lewat Toyota C-HR Hybrid, Prius Plug-in Hybrid Electric Vehicle, i-Road Battery Electric Vehicle dan Mirai sebagai kendaraan Fuel-Cell Electric Vehicle (FCEV). Mitsubishi menghadirkan i-Miev dan Outlander PHEV.

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi? Stasiun pengisian daya listrik Mitsubishi di Plaza Senayan

2. Kampanye Mitsubishi dan Toyota

Mungkin yang paling antusias menyambut urusan mobil listrik ini adalah Mitsubishi. Lewat PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI), Mitsubishi meluncurkan Outlander PHEV (Plug-in Hybrid Electric Vehicle) di ajang GIIAS 2019.

Guna mendukung kehadiran Outlander PHEV, Mitsubishi juga membangun fasilitas quick charging station. Salah satunya berad di pusat perbelanjaan Plaza Senayan Jakarta Selatan. Total, Mitsubishi sudah memiliki 16 charging station di dealer-dealer Mitsubishi di Jakarta dan Bali.

“Kalau tidak sekarang kapan lagi kita memulai?” kata Naoya Nakamura, President Director PT MMKSI dalam percakapan santai dengan Carvaganza.

Padahal pembangunan quick charging station ini tidak murah. Pihak MMKSI menyebut jika untuk membangun 1 charging station butuh dana sekitar Rp 500 juta. Hitungan kasarnya, dengan 16 lokasi yang sudah ada, Mitsubishi sudah merogoh kocek sendiri hingga Rp 8 miliar.

Belum lagi donasi kepada pemerintah dalam bentuk 10 unit kendaraan listrik. Ada 8 Outlander PHEV dan 2 unit i-MiEV. Kalau hitungan awam saja, tiap unit Outlander PHEV dibanderol Rp 1,289 miliar dikali 8 unit sekitar Rp 10,4 miliar. Ditambah charging station sekitar Rp 8 miliar. Artinya, setidaknya Mitsubishi sudah menggelontorkan dana Rp 18,4 miliar.

Beberapa merek lain masih wait and see. Toyota, misalnya, meski tak terlalu gencar mereka sudah menjual mobil ramah lingkungan dengan teknologi hybrid seperti Alphard, Camry, Corolla Altis, dan C-HR Hybrid. Lalu ada BMW i3S BEV, BMW i8 Hybrid, Nissan X-Trail Hybrid, Lexus LS Hybrid, Mercedes-Benz E300 eAMG Line PHEV, dan Tesla Model X.

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi? Media nasional mencoa line-up mobil elektrifikasi Toyota

3. Stasiun Pengisian Daya Kendaraan Listrik

Setelah sosialisasi dan kesiapan APM memasarkan kendaraan listrik, pertanyaan berikutnya adalah soal infrastruktur. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) mengklaim telah membangun 1.900 Stasiun Pengisian Listrik UMUM (SPLU) di wilayah DKI Jakarta.

Pembangunan stasiun pengisian listrik itu sebagai upaya perusahaan mendorong penggunaan kendaraan listrik di ibukota negara. Bahkan dalam waktu dekat, PLN akan membangun lagi beberapa SPLU di sejumlah kota di Indonesia seperti Banten, Bandung, dan Bali.

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi? Balapan Formula E di Hong Kong. (Foto: gpdestination.com)

4. Insentif Kendaraan Listrik

Untuk memuluskan kehadiran mobil listrik di Indonesia dan mendorong masyarakat untuk menggunakannya, pada Oktober 2019 Pemerintah Propinsi DKI Jakarta menyuarakan rencana membebaskan pajak bea baliknama kendaraan bermotor untuk kendaraan listrik.

Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan mengungkapkan hal itu usai mengikuti konvoi kendaraan listrik di Jakarta. Nah kendaraan listrik yang terkena pembebasan itu berlaku untuk kendaraan roda empat maupun roda dua. Bahkan Anies berharap pemerintah pusat menghapus kendaraan listrik dari kategori barang mewah sehingga pajaknya tidak besar sehingga harganya lebih terjangkau oleh masyarakat.

Jangan lupa, Gubernur Anies Baswedan juga telah membeli ijin untuk menggelar kejuaraan dunia balap Formula E selama empat tahun ke depan, mulai tahun 2021. Hal ini merupakan bagian dari kampanye mendorong mobil listrik dan mobil elektrifikasi di Jakarta khususnya dan Indonesia pada umumnya.

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi?

5. Hyundai Produksi Mobil Listrik di Indonesia

Hyundai secara resmi mengumumkan rencana pembangun pabrik mobil di Indonesia. Kabar ini menjadi berita yang sangat menggembirakan di akhir tahun 2019. Pabrikan Korea Selatan ini pada saat meneken nota kesepahaman (Memorandum of Understanding) dengan pemerintah Indonesia, berkomitmen menggelontorkan investasi sebesar US$ 1,55 milyar di Indonesia hingga 2030 mendatang. Angka ini setara dengan Rp 21,8 trilyun.

Pabriknya berlokasi di Kota Deltamas, Cikarang Pusat, Jawa Barat di atas lahan seluas 77,5 hektar. Pabrik ini nantinya pada 2021 akan memproduksi mobil listrik untuk pasar Indonesia maupun ekspor.

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi?

6. Potensi Pasar

Dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia, Indonesia menjadi pasar yang empuk bagi komoditas dan barang. Dengan angka kepemilikan mobil yang masih rendah, pasar mobil di Indonesia akan terus tumbuh. Puncak penjualan mobil di Indonesia pernah mencapai 1,1 juta unit per tahun dan akan terus tumbuh.

Indonesia adalah negara dengan populasi terbesar di ASEAN, pertumbuhan kelas menengahnya pun pesat serta rasio kepemilikan mobilnya masih rendah sehingga masih sangat potensial. Makanya, Hyundai berani membangun pabrik di sini menyusul kompetitornya dari Jepang yakni Mitsubishi, Toyota, Isuzu, Nissan dan Daihatsu.

Tapi itukan pasar mobil mesin konvensional. Bagaimana dengan mobil listrik dan mobil hybrid? Memang pada saat ini, mobil hybrid dan listrik masih sangat mahal di Indonesia sehingga kurang terjangkau oleh konsumen. Namun dengan adanya dorongan dan keinginan dari pemerintah untuk membangun industri mobil listrik dan pasar mobil listrik, akan sangat memungkinkan harga mobil listrik menjadi lebih terjangkau.

Pemerintah harus bisa ikut serta dalam menekan biaya produksi mobil listrik dan menyiapkan sejumlah aturan agar harganya menjadi lebih rendah. Misalnya, menghapuskan pajak barang mewah untuk kendaraan listrik dan lebih rajin memberikan insentif kepada mobil listrik dan hybrid.

6 Hal Tentang Mobil Listrik di Indonesia, Ambisi atau Mimpi?

Lalu, efektifkah untuk mendorong pengembangan mobil listrik? Memang masih sulit memprediksi. Harus diakui jika mobil listrik adalah masa depan. Tapi melihat dari kondisi Indonesia saat ini, memang terlalu dini mengharapkan kendaraan listrik bisa mencatat penjualan dengan angka lumayan. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi.

Sebut saja mindset konsumen, kesadaran menggunakan produk ramah lingkungan, harga mobil yang selangit akibat biaya produksi dan “pajak bejibun a ka berlapis-lapis” yang dikenakan pemerintah.

Kemudian ketersediaan infrastuktur seperti fasilitas pengisian daya cepat (quick charging) di lokasi umum. Kita belum bicara soal penyediaan baterai dan juga pengolahan limbah baterai bekas.

Perbincangan dengan beberapa APM lain di Indonesia, mereka lebih cenderung memilih model hybrid ketimbang langsung mobil listrik. “Dengan segala kondisinya, yang paling cocok dengan Indonesia adalah hybrid,” kata seorang petinggi mobil Jepang kepada Carvaganza.

“Kita tentunya harus melangkah step-by-step, bukannya loncat langsung ke atap rumah yang pondasinya saja belum kokoh. Yang ada bukannya naik ke atap, malah rumahnya ambrol,” kata dia lagi.

So? Kita tunggu saja rencana ini. Sekedar ambisi atau mimpi…

EKA ZULKARNAIN

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature