Ternyata Mobil Listrik Bisa Cegah Penyebaran Virus Corona
JAKARTA, Carvaganza.com - Teknologi dari dunia otomotif ternyata bisa memberi manfaat tidak hanya untuk kebutuhan mobilitas, tetapi juga kesehatan. Apalagi dengan gawatnya wabah virus Corona, teknologi dari otomotif ini bisa membantu mencegah penyebarannya.
Manfaat tersebut bisa dirasakan salah satunya dengan menggunakan mobil listrik dalam kegiatan sehari-hari. Kebiasaan dalam menggunakan mobil listrik ternayata dapat membantu pencegahan pertukaran dan penyebaran virus Corona. Bagaimana caranya?
Dilansir oleh InsideEVs, berdasarkan studi di Amerika Serikat, selang pengisian bahan bakar dinilai sebagai salah satu permukaan paling kotor. Bahkan selang nozzle lebih berkuman ketimbang ruang toilet di rumah kita sendiri.
Selain selang, banyak permukaan berkuman lain pada stasiun pengisian bahan bakar, misalnya pada keypad di pompa bensin. Bisa jadi sama kotornya, termasuk pegangan pintu, baik itu pintu kios SPBU, toilet, atau lemari pendingin juga dinilai kotor.
Baca juga: Virus Corona Mewabah, Produsen Mobil di Indonesia Tetap Beroperasi
Electric vehicle charging stations di lokasi parkiran di Oklahoma, AS.
Sumber foto: www.kgou.org
Sumber foto: www.kgou.org
Meminimalisir Risiko
Hali ini wajar karena tidak satu atau dua orang yang menyentuh benda tersebut. Dengan mudah dan cepatnya pengisian bahan bakar berarti semakin banyak pergantian pemakai. Di masa seperti ini, bisa berdampak pada peningkatan potensi perpindahan virus. Penggunaan mobil listrik dinilai bisa meminimalisir risiko, dengan alasan sederhana, yaitu seringnya pengguna mobil listrik mengisi sendiri baterai mobil di rumah. Sama halnya seperti pandangan bahwa ‘makanan rumah’ lebih sehat daripada beli di luar. Pemilik bertanggung jawab atas kebersihan peralatan pengisian baterai. Jika merasa perlu, tinggal mengelap charger dengan tisu pembersih untuk menjaga sanitasi. Begitu juga dengan pemakainya, hanya satu atau dua individu dan tidak berbagi dengan orang asing yang entah sedang sakit atau membawa penyakit. Sama halnya dengan melakukan pengisian baterai di tempat umum, karena jumlah pengguna fasilitas jauh lebih sedikit ketimbang SPBU (setidaknya saat ini). Masuk akal karena dari jumlah pengguna EV, populasinya belum sebanyak mobil konvensional. Baca juga: Gara-Gara Virus Corona, IIMS 2020 Terpaksa DitundaWaktu Pengisian
Hal yang sama berlaku saat menimbang cara pengisian, dengan contoh rata-rata fasilitas supercharging Tesla yang memakan waktu 45-50 menit di pusat kota. Kemungkinan perpindahan virus berarti lebih kecil akibat interval setiap pengisian ulang. Tidak seperti saat mengisi BBM yang dapat terselesaikan kurang dari 5 menit lalu berganti dengan konsumen selanjutnya. Meski terkesan kotor dan ‘jorok’, bukan berarti kita harus langsung beralih ke mobil listrik. Saat ini teknologi yang ada belum sepraktis mesin pembakaran, sehingga menciptakan keuntungan bagi penggunaan mobil listrik. Lain cerita bila pandemi sejenis Corona datang di masa penerapan teknologi EV sudah sangat maju. Tindakan preventif dapat diambil tanpa perlu repot hijrah ke mobil listrik, seperti menggunakan sarung tangan sekali pakai saat pengisian, dan langsung dibuang setelah pengisian selesai. Bisa juga dengan menyemprot cairan disinfektan ke peralatan jika memungkinkan. Paling memungkinkan adalah segera mencuci tangan setelah selesai melakukan pengisian. Penggunaan EV dari sudut pandang penyebaran virus Corona tampak menguntungkan di belahan dunia lain. Di Indonesia belum tentu, karena mayoritas SPBU kita masih dilayani oleh petugas dari membuka tangki sampai kembali ditutup. Sumber: InsideEVs AHMAD KARIM | WAHYU HARIANTONOFeatured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature