Terdampak COVID-19, Isuzu: Pakai Strategi Mengambang untuk Selamat

Terdampak COVID-19, Isuzu: Pakai Strategi Mengambang untuk Selamat
JAKARTA, Carvaganza.com – Pandemi COVID-19 benar-benar membuat dunia otomotif Tanah Air menderita. Tak banyak yang tahu jika para pabrikan harus megap-megap agar bisa bertahan hidup. Tak hanya pemegang merek kendaraan penumpang, masalah juga dihadapi para pabrikan kendaraan komersial. Salah satu yang merasakan adalah PT Isuzu Astra Motor Indonesia (IAMI) selaku pemegang merek Isuzu di Indonesia. Isuzu bahkan menilai kondisi ini akan berlangsung untuk beberapa waktu dan belum akan pulih dalam waktu dekat. Attias Asril, General Manager PT Isuzu Astra Motor Indonesia, menyebutkan 2020 menjadi tahun yang menantang untuk seluruh pelaku bisnis di sebagian industri, tidak terkecuali industri otomotif. Mengutip data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), retail sales hingga Mei 2020 ini, market sudah mengalami penurunan sampai 40%. Penurunan terbesar ada di segmen kendaraan penumpang non sedan, seperti multi purpose vehicle (MPV) dan sport utility vehicle (SUV). “Hingga Mei lalu penjualan otomotif seluruh brand adalah 260.664 unit. Angka ini turun 40% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang ada di angka 434.466 unit,” kata Attias Asril dalam bincang digital dengan wartawan akhir pekan lalu. Menurut Attias, dampak pandemi memang lebih terasa pada sektor kendaraan penumpang alias passenger car. Hal ini terjadi karena pola konsumsi masyarakat akan menahan pengeluaran pribadi, mengamankan diri sehingga pengeluaran untuk pembelian kendaraan menjadi urutan kesekian. Namun hal ini berbeda dengan segmen kendaraan komersial, sebagai penopang dari pergerakan logistik dan distribusi di tengah pandemi kebutuhan akan logistik dan distribusi retail justru meningkat mengakibatkan pertumbuhan pada segmen bisnis ini.

Performa Isuzu

Bagaimana dengan penjualan Isuzu? Secara umum, Isuzu Indonesia juga mengalami penurunan seperti brand otomotif lainnya. Sampai dengan YTD Mei 2020, Isuzu melakukan penjualan sebesar 6.792 unit, turun 27.9% dibandingkan YTD 2019. Meski dilihat dari besaran market share naik dari 2.4% menjadi 2.6%. Walaupun seluruh produk Isuzu mengalami penurunan penjualan, akan tetapi dari sisi market share, Isuzu justru mengalami kenaikan. Seperti Isuzu Traga dengan market share 24.8% (1.865 unit), Isuzu Elf di 22.5% (3.653 unit) dan Isuzu GIGA di 15.5% (701 unit). Attias Asril mengatakan cukup gembira dengan kondisi ini. Ia mengatakan kondisi ini menunjukkan jika produk-produk Isuzu semakin diterima di kalangan para pebisnis logistik. “Karena di tengah pandemi, segmen yang masih tetap berjalan seperti segment logistic dan sitributor retail justru tumbuh pesat,” katanya. “Mereka masih menggunakan kendaraan komersial terutama pick-up dan light truck.”

Strategi Mengambang

Meski demikian, menghadapi situasi ini Attias mengakui Isuzu tak bisa berbuat banyak. Pihaknya hanya menyiapkan strategi agar bisa bertahan. Ada dua strategi yang disiapkan defence mode dan offensive mode. “Defence mode bagaimana perusahaan bisa mengapung di tengah badai (pandemi). Kami tidak berpikir untuk race, yang penting ngapung, masih ada dan hidup,” kata Attias menggambarkan kondisi yang terjadi. Karena pandemi, ekonomi melambat dan daya beli masyarakat turun. Kondisi ini tentunya berdampak pada produksi dan penjualan produk Isuzu. “Sementara untuk offensive mode, kami menyiapkan langkah menghadapi new era. Misalnya memetakan kembali segmentasi pasar, mencari segmen baru, fokus di segmen itu. Kemudian melakukan multichannel dalam penjualan dan layanan purna jual. Serta utilisasi digital dan bekerja sama untuk meningkatkan ketahanan perusahaan,” kata dia.

Pit Stop

Banyak istilah menarik yang digunakan Attias untuk menggambarkan kondisi saat ini. Ia menilai para pabrikan tak bisa berbuat banyak karena kondisi. Saat pandemi pemerintah melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) sehingga pabrikan tidak bisa melakukan produksi. Meski di sisi lain, produksi jadi tak juga mengutungkan kaena kemampuan beli konsumen yang turun. Kini, saat memasuki era New Normal, menurut Attias seperti pit stop sebuah balapan. Semua kendaraan melambat saat memasuki area pit stop, tanpa tahu bagaimana kondisi di depan. “Kita tengah berhenti dan tidak tahu medan pertempuran seperti apa pas keluar pit stop,” kata dia. Menurut Attias, Isuzu dan juga beberapa pabrikan lain masih bisa bertahan karena bisnis logistik, distribusi dan delivery masih hidup. “Mereka banyak yang menggunakan produk commercial veicle (CV) Isuzu,” kata dia. “Itu yang membuat kami masih bisa bertahan.”

Bagaimana ke Depannya?

Isuzu Indonesia, kata Attias, tidak terlalu optimistis dengan kondisi yang ada. Ia menilai terlalu dini membuat prediksi seperti apa situasi ke depannya. Pasalnya, menjelang era new normal dimana semua orang kembali melakukan aktivitas, penderita COVID-19 masih tinggi dan zona merah masih banyak. “Kita lihat saja 1-2 bulan ke depan, bagaimana perkembangannya. Tapi yang jelas, segmen kendaraan komersial bisa hidup jika ekonomi dan roda bisnis jalan. Tapi melihat data Maret hingga Mei, maka di akhir tahun nanti total penjualan otomotif kita akan mengalami penurunan besar (dibandingkan tahun lalu),” kata dia. Turunnya seberapa banyak? Tergantung bagaimana situasi di semester kedua nantinya. Jika ekonomi dan bisnis tidak jalan, kebutuhkan kendaraan (baik passenger maupun komersial) akan nyungsep,” tutup Attias. RAJU FEBRIAN

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature