Kembali Setelah 7 Tahun, Ini 5 Momen F1 Paling Ikonik di Nurburgring

Kembali Setelah 7 Tahun, Ini 5 Momen F1 Paling Ikonik di Nurburgring
NURBURG, Carvaganza.com – Akhir pekan ini, Formula 1 akan menggelar seri Eifel Grand Prix 2020. Seri kesepuluh musim ini berlokasi di sirkuit dengan salah satu nama paling ikonik, yaitu Nurburgring. Siapapun yang menyukai motorsport pasti tahu reputasi dari sirkuit berjuluk The Green Hell ini. F1 kembali ke Nurburgring setelah tujuh tahun, di mana terakhir kali balap F1 digelar di sana pada tahun 2013.

Memang, sirkuit yang akan dipakai musim ini bukan versi Nordschleife alias bagian loop utara yang sepanjang 20 kilometer lebih. Balapan edisi ini akan menggunakan layout GP yang sudah digunakan sejak tahun 1984, dengan Panjang 5,1 kilometer. Layout ini digunakan demi memenuhi tuntutan keselamatan dari FIA seiring semakin kencangnya mobil balap F1. Layout Nordschleife dianggap sudah terlalu berbahaya untuk menggelar balap F1 modern.

Meski tidak sepanjang dan menantang seperti versi original, Nurburgring tetap mampu memberikan cerita menarik dari setiap penyelenggaraannya. Bahkan, Nurburgring menggelar balap F1 dengan beberapa nama berbeda. Mulai dari GP Luxemburg, GP Jerman, GP Eifel, sampai dengan GP Eropa saat Jerman menggelar dua kali balapan dalam satu musim.

Apa saja momen-momen menarik dan paling dikenang dari F1 yang pernah terjadi di Nurbugring? Ini dia daftarnya.

Parkir Massal di Tikungan 1 (2007)

Saat menggelar GP Eropa 2007, ada momen menarik yang akan sangat dikenang dari Nurburgring bagi para penggemar F1. Saat itu, hujan deras sempat mewarnai jalannya balapan di lap-lap awal. Selain memberikan persaingan menarik, hujan juga mengakibatkan insiden unik di tikungan 1.

Setelah lap 1, hujan sangat deras mengguyur sirkuit, dan membuat beberapa bagian tergenang khususnya yang berkontur menurun. Salah satunya adalah tikungan 1. Lemahnya grip ban hujan saat itu membuat beberapa pembalap tergelincir dan terjebak ke gravel tikungan 1. Sebut saja Jenson Button, Vitantonio Liuzzi, Scott Speed, Anthony Davidson, Adrian Sutil, Nico Rosberg yang mengalami insiden sama. Bahkan Lewis Hamilton sebagai rookie saat itu juga ikut tergelincir di tikungan 1.

Buruknya kondisi memaksa steward hentikan balapan sementara sampai cuaca membaik. Kejutan datang saat itu, di mana Markus Winkelhock telah berada di posisi pertama saat bendera merah. Keputusan tim Spyker mengganti ban tepat sebelum start menjadi berkah bagi Winkelhock di balapan F1 satu-satunya. Namun posisinya hanya sesaat.

Saat balapan dimulai kembali, Felipe Massa dan Fernando Alonso langsung menyalipnya di tikungan 1. Winkelhock pun akhirnya gagal finish karena masalah teknis. Massa dan Alonso terus bertarung sepanjang balapan demi kemenangan. Namun akhirnya Alonso berjaya setelah menyalip Massa di tikungan 5, beberapa lap jelang finish.

Jackie Stewart Sang Rain Master (1968)

Selain dikenal sebagai sosok yang sangat berperan penting dalam prioritaskan keselamatan di F1, Sir Jackie Stewart juga dikenal lewat aksi heroiknya di Nurburgring 1968. Legenda berdarah Skotlandia itu  jugalah yang memberi julukan The Green Hell untuk Nurburgring, karena dianggap terlalu berbahaya untuk balap F1.

Memacu mobil balap Matra berbentuk cerutu (cigar), Stewart sukses mendominasi balapan hujan di Nurbugring klasik. Saat itu balapan masih digelar dengan layout Nordschleife. Padahal awalnya Stewart menentang keputusan balapan digelar dengan kondisi yang terlalu berbahaya menurutnya. Di depan, dirinya memimpin 9 detik dari Graham Hill, Chris Amon, Jochen Rindt dan Dan Gurney di akhir lap pertama.

Di saat beberapa pembalap di belakangnya terganggu masalah teknis dan tersingkir karena kecelakaan, Stewart terus memimpin dengan nyaman. Dengan visor helm yang berembun, dominasi Stewart ditunjukkan lewat finish dengan jarak hingga 4 menit di depan Hill. Bukan tanpa masalah, mobil yang dikendarainya bahkan mengalami pedal gas macet dan tekanan oli yang berkurang. Kemenangan Stewart di Nurbugring 1968 disebut sebagai salah satu demonstrasi kemampuan balap terbaik sepanjang sejarah F1.

Kebakaran Niki Lauda (1976)

Membahas F1 di Nurburgring tentu tidak akan bisa lupakan kejadian yang dialami oleh Niki Lauda. Bisa dibilang cerita yang hampir sama seperti Stewart tahun 1968, namun dengan akhir yang berbeda. Di momen ini ditunjukkan sosok Lauda sebagai seorang pejuang, lewat kecelakaan yang dialaminya.

Hujan deras turun sebelum start balapan, yang menjadi perdebatan di antara para pembalap untuk mempertimbangkan digelarnya balapan. Lauda menentang balapan untuk digelar, namun kalah suara dari para pembalap lain, termasuk rival utamanya saat itu James Hunt. Balapan pun akhirnya dimulai dengan Lauda kehilangan posisi dari grid ke-2 akibat start buruk.

Kencangnya mobil F1 dan buasnya performa mesin flat-12 3,0 liter saat itu membuat balapan hujan semakin sulit. Hunt yang juga terlempar dari pole position karena start buruk behasil rebut posisi kedua di akhir lap pertama. Berambisi mengejar jarak dari Hunt sebagai penantang gelar, Lauda mengganti ban di akhir lap pertama.

Menggeber maksimal Ferrari 312T di trek basah, Lauda melintir dan menabrak keras pembatas di lap 2. Tabrakan memantulkan mobilnya ke tengah lintasan, yang gagal dihindari oleh dua pembalap lain. Mobil yang masih terisi bahan bakar penuh langsung meledak dan membakar Lauda yang terjebak di kokpit. Berhasil diselamatkan, Lauda harus dirawat intensif akibat luka bakar serius dan absen balapan enam pekan.

Hunt memenangkan balapan dan kemudian gelar juara dunia di musim tersebut. Namun Lauda yang belum sepenuhnya pulih, sukses berikan persaingan ketat pada Hunt dan akhiri musim di posisi kedua klasemen. Hanya 3 poin di bawah Hunt.

One Hit Wonder Stewart GP (1999)

Jackie Stewart, Nurburgring, dan hujan sepertinya sudah menjadi kombinasi untuk menciptakan sejarah di F1. Bahkan saat Stewart sudah tidak lagi menjadi pembalap aktif. Sejarah tersendiri bagi Stewart terulang di Nurbugring, saat menjadi pemilik tim Stewart GP selama tahun 1996 sampai 1999. Di tahun terakhirnya, Stewart GP membuat sensasi di Nurburgring.

Seri ke-14 di musim balap F1 1999 mempersembahkan kemenangan pertama dan satu-satunya bagi Stewart GP. Johnny Herbert dan Rubens Barrichello mencetak sejarah Stewart GP dengan meraih podium ganda di Nurburgring. Herbert keluar sebagai pemenang di balapan ini.

Hujan dan rangkaian masalah teknis mewarnai jalannya balapan, serta membuat sejumlah pembalap berguguran. Heinz-Harald Frentzen di Williams yang tampak akan bersinar di balapan kandang, justru tersingkir karena gagal finish setelah start dari pole position. Selain Frentzen, pembalap papan atas lain juga alami sial, sebut saja Mika Hakkinen, David Coulthard, Ralf Schumacher yang melintir dan tersingkir dari balapan.

Rangkaian insiden tampak membuat situasi berpihak pada Ferrari dan Benetton, di mana Mika Salo dan Giancarlo Fisichella mengambil alih pimpinan balapan. Namun ternyata kejutan belum berhenti, saat Salo mundur karena masalah rem, dan Fisichella melintir dan gagal teruskan balapan. Laju Stewart yang stabil dan penuh perhitungan akhirnya berbuah kemenangan dan posisi ketiga, diselingi Jarno Trulli di posisi kedua.

Lap Terakhir Kimi Raikkonen (2005)

Kalau ditanya soal kekecewaan terbesar di Nurburgring, mungkin Kimi Raikkonen bisa menjadi contohnya. Balapan edisi 2005 akan dikenang bukan karena kemenangan Fernando Alonso, tetapi kesialan yang dialami oleh Raikkonen pada lap terakhir.

2005 menjadi salah satu tahun paling kompetitif Raikkonen, saat menjadi penantang gelar dengan Alonso. Mobil McLaren MP4-20 saat itu menjadi yang terkencang, menandingi Renault R25. Nurburgring menjadi salah satu buktinya. Meski tidak start terdepan, Raikkonen berhasil merebut posisi pertama dan dipertahankannya sampai lap terakhir. Hanya satu lap terpenting gagal dipertahankan Raikkonen.

Dengan nyaman memimpin balapan sejak awal, Raikkonen harus mempertahankan jarak sambil menahan getaran dari ban. Akibat kesalahan saat mengerem, ban depan kanan Raikkonen tergerus dan mengakibatkan flat spot. Regulasi saat itu tidak mengizinkan penggantian ban saat pitstop, kecuali ban pecah atau bocor. McLaren memilih untuk tidak mengganti ban dan meraih kemenangan.

Getaran ban yang semakin kencang memaksa McLaren dan Raikkonen mengurangi kecepatan dan terancam posisinya dari Alonso di belakang. Intensnya getaran akhirnya berakibat fatal, membuat suspensi hancur di lap terakhir, saat mengerem di tikungan 1. Alonso akhirnya finish terdepan, dan Raikkonen harus relakan salah satu kemenangan terpentingnya musim itu lepas begitu saja di lap terakhir. Pun dengan gelar juara dunia yang jatuh ke Alonso di akhir musim.

Sumber: Ragam Sumber

WAHYU HARIANTONO

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature