FEATURE: Pesona Salju di Tateyama Kurobe Alpine Route

FEATURE: Pesona Salju di Tateyama Kurobe Alpine Route
JAKARTA, 5 November 2019 – Perjalanan ke Jepang dalam rangkaian The 46th Tokyo Motor Show 2019 yang berlangsung 23 Oktober hingga 4 November 2019 lalu memberikan banyak pengalaman. Selain meliput pameran dunia dua tahunan itu, PT Honda Prospect Motor (HPM) juga mengajak kami mengunjungi kawasan wisata. Salah satu yang membuat saya terkesan adalah Tateyama Kurobe Alpine Route.

Saya tak sekedar bercerita soal jalan-jalan kami ke lokasi ini. Ada satu hal menarik yaitu bagaimana keseriusan pemerintah Jepang mengelola kawasan ini agar tetap asri, apa adanya, dan -- tentu saja -- ramah lingkungan.

Tateyama Kurobe Alpine Route adalah jalur wisata pegunungan tinggi yang menjadi favorit di Negeri Matahari Terbit. Rute ini dibuka setelah musim dingin lewat pada 15 April hingga 30 November. perjalanan menembus pegunungan dengan ketinggian 2.500 meter yang menghubungkan dua kota, Tateyama di Prefektur Toyama dan Shinani-Omachi di Prefektur Nagano.

Di Tateyama Kurobe Alpine Route kita bisa menikmati panorama pemandangan alam Jepang, daun hijau di musim semi, kuning dan merah di musim gugur, serta salju nanti putih di musim dingin.



Untuk mencapai lokasi ini, banyak cara. Dari Tokyo kita bisa menggunakan kereta api cepat Hokuriko Shinkansen Kayagaki, dilanjutkan dengan commuter JR Toyama menuju Tateyama Station. Bisa juga dari Osaka, Nagoya, atau dengan penerbangan ke Komatsu.

Rombongan kami, yang terdiri dari petinggi PT HPM dan jurnalis, mengambil rute dari Ogizawa ke Tateyama. Kami menggunakan bus dari hotel di Kanazawa menuju Ogizawa Station yang berada di ketinggian 1.443 meter di atas permukaan laut (mdpl). Ini merupakan lokasi terakhir dimana semua kendaraan umum diperbolehkan. Setelah itu semua alat transportasi di Alpine Route hanya menggunakan kendaraan khusus pengelola.



Dari sini kami membeli tiket. Riket one way perjalanan dari Ogizawa menuju Tateyama Station dihargai 8.430 Yen untuk dewasa (sekitar Rp 1 juta) dan 4.230 Yen (Rp 547 ribu) untuk anak-anak.

Nah, perjalananpun di mulai. Kendaraan pertama yang kami gunakan adalah Kanden Tunnel Electric Bus. Bus listrik ini mengunakan jalur membelah perut gunung Akazawa-dake yang memiliki ketinggian 2.678 mdpl. Tujuan kami adalah Kurobe Dam berjarak 6,1 km yang ditempuh dalam waktu 16 menit.

Kanden Tunnel Electric Bus

Meski singkat saya takjub dengan kemampuan Jepang membangun terowongan ini. Selain itu untuk menjaga lokasi tetap terjaga, pengunjung hanya boleh menggunakan bus listrik yang disediakan, plus jadwal yang teratur dan ketat.

“Kendaraan lain tidak diijinkan, semua pengunjung harus naik bus listrik khusus ini. Karena lebih ramah lingkungan,” kata Anissa Dyah Setyowati, guide kami selama di Jepang.

Kurobe Dam dengan tinggi 186 m menjadi bangunan waduk tertinggi di Jepang.

Dari sini kami tiba di Kurobe Dam, bendungan terbesar ketiga di Jepang. Pemandangan menakjubkan bendungan ini kami nikmati dengan berjalan kaki. Dam berada di ketinggian 1.470 mdpl, sedangkan bangunan dam sendiri memiliki tinggi 186 meter yang menjadi dam tertinggi di Jepang. Hujan dan hawa dingin kalah oleh pemandangan indah.

Setelah menikmati pemandangan selama 45 menit kami menuju Kurobeko (1.455 mdpl) yang diteruskan menuju Kurobedaira. Alat transportasi kali ini adalah Kurobe Cable Car. Semacam trem menanjak naik dengan kemiringan rel sekitar 30 derajat yang ditempuh selama 5 menit.

Kurobe Cable Car

Meski hanya 800 meter, lagi-lagi saya dibuat kagum. Trem ini merangkak naik dengan tenang. Meski sedikit ngeri ketika melihat ke bawah karena kemiringan rel yang lumayan terjal.

Sampai di Kurobedaira (1.828 mdpl) kami naik kereta gantung Tateyama Ropeway. Tujuannya adalah Daikanbo (2.316 mdpl). Jarak tempuh adalah 1,7 km dengan durasi 7 menit.



Kereta gantung ini merupakan salah satu yang paling unik dunia. Inilah satu-satunya kereta gantung di Jepang yang tidak ada tiang di antara dua stasiunnya. Kami seperti menaiki “observatorium bergerak” sehingga bisa melihat pemandangan sekeliling dengan leluasa.

Tapi kami sempat kecewa karena kabut tebal mengelilingi Gunung Tateyama (3.015 mdpl). Dari atas kereta gantung tak ada sama sekali pemandangan yang bisa dilihat karena kabut dan hujan yang turun lumayan lebat. “Wah mau liat apa nih,” kata seorang jurnalis rada kesal.



Namun wajah-wajah yang sempat muram berubah ceria ketika kami tiba di Dainkanbo. Ternyata di luar stasiun ini hujan salju turun. “Wah salju pertama di Jepang tahun ini,” kata seorang teman. Tak ayal kamera dan video lagsung dikeluarkan untuk mengabadikan suasana yang langka ini. Kami sampai harus diperingatkan Anissa jika tujuan utama masih menunggu yaitu Murodo.

Perjalanan kami kembali menggunakan bus. Kali ini adalah Tateyama Tunnel Trolley Bus menuju Murodo (2.450 mdpl) yang menjadi lokasi tertinggi. Perjalanan dengan bus troli ini kami tempuh selama 10 menit. Yang patut diberi catatan, ini adalah bus dengan tenaga listrik sehingga tidak menghasilkan polusi.

Salju di Murodo

Nah, disinilah, puncak keindahan Tateyama Kurobe Alpine Route. Hujan salju yang turun membuat semua menjadi putih seperti kapas. “Utsukushii Keshiki… (pemandangan yang indah).” Udara dingin menusuk tulang kami yang terbiasa dengan hawa panas di Jakarta. Penunjuk suhu menunjukkan angak 0.2 derajat Celsius. Pantas saja, brrrrr…

Banyak pemandangan yang bisa dinikmati di Murodo. Berada di ketinggian 2.450 mdpl, lokasi ini menjadi lokasi tertinggi di Tateyamah Kurobe Alpine Route. Anda bisa berjalan-jalan menikmati lokasi, hiking ke Murodo Terminal, mandi air panas, atau – jika beruntung – melihat Raicho, burung ptarmigan yang menjadi kebanggaan Murodo.



Lantaran waktu dan juga hujan salju yang makin lebat, kesempatan kami bermain salju harus berakhir. “Lumayanlah, sekali-sekalinya liat salju,” kata seorang teman jurnalis. Sebenarnya, salju di Murodo akan sangat tebal pada musim dingin sekitar petengahan bulan April hingga akhir Juni. Jadi kami sebenarnya beruntung bisa melihat salju di musim gugur bulan November.

Kami naik bus Tateyama Highland Bus dari Murodo menuju Bijodaira (1.930 mdpl). Perjalanan dengan bus kali cukup menghibur. Selama 50 menit di sepanjang jalan terlihat pemandangan daun hijau, kuning, merah, sebagian ditutupi putih salju. Makin ke bawah salju menghilang, udara mulai hangat. Pemandangan berganti menjadi daun-daun hijau dan pepohonan besar. Salah satunya adalah Beautiful Woman Cedar, pohon Aras raksasa berusia ratusan tahun.



Dari Bijodeira, kami menggunakan Tateyama Cable Car menuju Tateyama Station (475 mdpl). Bedanya, jika Kurobe Cable Car jalurnya mendaki, di Tateyama Cable Car ini kami menuruni gunung. Persamaannya, sama-sama bikin perut bergolak. Tateyama Station menjadi pemberhentian terakhir kami.

Sebenarnya ada satu hal menarik yang tidak kami dapatkan yaitu Yuki-no-Otani atau dinding salju. Biasanya jalur Tateyama kita bisa melintasi jalur bus yang dikelilingi dinding salju dengan tinggi bisa mencapai 3 meter. Hal ini hanya bisa didapatkan jika kita datang pada pertengahan April hingga bulan Juni saat musim dingin.

Pemandangan di sekitar Tateyama Station

Toh, perjalanan ini tetap memberikan kesan luar biasa. Selain pemandangan indah, saya juga memberikan dua jempol bagi pengelola yang menggunakan kendaraan ramah lingkungan sehingga Tateyama Kurobe tetap terjaga keasliannya. Hal yang bisa dipelajari -- dan ditiru -- pengelola wisata di Tanah Air.

“Totemo utsukushii basho desu ne... what a beautiful place”. Semoga ada kesempatan saya datang lagi ke tempat ini.

RAJU FEBRIAN (KANAZAWA)

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature