Driving Toyota New Yaris, Jalan-Jalan Ke Museum Sumpah Pemuda

Driving Toyota New Yaris, Jalan-Jalan Ke Museum Sumpah Pemuda
JAKARTA, 14 Oktober 2019 – Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya. Begitu ucapan Presiden Soekarno dalam pidato memperingati Hari Pahlawan 10 November 1961. Sebuah ungkapan bersejarah yang selalu didengungkan sampai saat ini untuk mengingatkan kembali kepada para pengisi kemerdekaan, terutama generasi muda, tentang perjalanan bangsa yang besar ini, Bangsa Indonesia.

Mungkin para pembaca akan berpikir, eits ngapain Carvaganza menyinggung-nyinggung soal sejarah bangsa? Ini media otomotif bukan? Justru karena media otomotif kami juga ingin ikut menyebarkan ‘ghiroh’ kebangsaan, apalagi kami menyadari bahwa pembaca Carvaganza umumnya berasal dari kalangan muda. Industri otomotif pun adalah industri yang sangat lekat dengan generasi muda yang hidupnya selalu dinamis dan memiliki visi ke depan.

Kami jadi teringat pada kutipan dari Franklin Delano Roosevelt, negarawan dan Presiden Amerika Serikat ke-32, “…Kita tidak selalu bisa membangun masa depan untuk generasi muda, tapi kita dapat membangun generasi muda untuk masa depan.”

Dan hari ini adalah hari Sumpah Pemuda, tanggal 28 Oktober. Sebuah momen agung yang akhirnya kami gandengkan dengan test drive Toyota New Yaris, sebuah mobil yang identik dengan kalangan muda yang dinamis. Dalam test drive ini kami ingin mencoba angle baru yang tak hanya membicarakan mobil, melainkan juga dikaitkan dengan perjalanan bangsa Indonesia bertemakan Sumpah Pemuda. Bahasa diplomatisnya, kami sebagai media juga memiliki tanggung jawab untuk mengingatkan generasi muda dengan cara kami.



Kami tidak bosan dengan test drive mobil yang membicarakan selalu produk, namun boleh dong kalau menu makanan kami mendapat tambahan menu lain yang tak kalah sedap.

Dan penulis tidak sendirian mendatangi museum, melainkan mengajak dua rekan dengan mengendarai Toyota New Yaris.

Toyota Yaris sendiri pertama kali dipasarkan kepada publik pada tahun 1999 untuk menggantikan Toyota Starlet dan kini telah memasuki generasi keempat. Yaris kini telah menjelma menjadi mobil hatchback paling laris di Indonesia.

EKSTERIOR

Sebagai kendaraan kalangan berjiwa muda, medium hatchback ini mengedepankan konsep desain Advance and Emotional baik pada eksterior maupun interiornya sehingga menjadikan New Yaris terlihat kian sporty dan lebih stylish. Selain itu, Toyota juga memperhatikan faktor keselamatan dengan mengaplikasi fitur safety yang semakin lengkap.

Desain eksteriornya terlihat sporty, memiliki sudut-sudut tajam mulai dari headlamp sampai ke lower grille. Pada New Yaris TRD Sportivo yang kami coba secara khusus diberi aksen garis merah pada bumper spoiler agar aura racingnya menonjol. Aksen ini sekaligus menjadi special signature pada grade teratas ini.



Area pilar belakang mendapatkan penyempurnaan karena adanya desain floating roof. Untuk tipe TRD Sportivo dilengkapi stiker TRD serta TRD side skirt. Velg 16 inci Alloy mengaplikasi sentuhan two-tone yang selaras dengan livery eksterior.

INTERIOR

Perjalanan di dalam kota menuju Museum Sumpah Pemuda di Jalan Kramat Raya No.106 Jakarta Pusat tidak terasa ‘membosankan’ padahal kondisi traffic bikin nangis. Maceet buanget. Kabinnya yang lega, tempat duduknya yang ergonomis dan layout tombol-tombol pengaturan mudah dijangkau dan user friendly membuat perjalanan menjadi nyaman.

Interior New Yaris didukung oleh Entertainment System yang terdiri dari HD Display, DVD, Radio FM/AM, USB, AUX, Bluetooth (audio dan phone). Khusus untuk tipe G dan TRD Sportivo, dilengkapi dengan iPod readymiracastweblinkinternet connectivity serta multitasking window dan remote apps melalui smartphone. Lengkap.



Dalam hal tenaga, mesin 2NR-FE 4 silinder segaris 16 valve DOHC dual VVT-I 1.5 liter menghasilkan tenaga maksimal 107 ps dan torsi 14,3 kgm (140 Nm). Cukup bertenaga untuk pengendaraan di dalam dan di luar kota, apalagi dipadukan dengan bodinya yang gesit. Mesinnya bekerja secara linear ketika mengaktifkan mode Eco dan sangat responsif ketika dipindahkan ke mode Sport. Transmisi CVTnya bekerja dengan halus dan jika Anda ingin menambah sensasi mengemudi tinggal menggunakan paddle shift.

SEJARAH SUMPAH PEMUDA

Sesampainya di museum, kami didampingi oleh seorang guide yang dengan fasih memaparkan tentang sejarah Sumpah Pemuda. Museum tersebut adalah bangunan tua yang dibangun di era Penjajahan Belanda yang dulunya adalah rumah pondokan khusus pelajar dan mahasiswa dan bangunan ini menjadi lokasi pembacaan naskah Sumpah Pemuda.

Rumah pondokan tersebut pernah menjadi tempat ngekos tokoh-tokoh pergerakan nasional seperti Muhammad Yamin, Aboe Hanifah, Amir Sjarifudin, Soegondo Djojopoespito, Setiawan, Assaat dt Moeda dan lain.

Sejak tahun 1925 gedung ini menjadi tempat tinggal para pelajar yang tergabung dalam Jong Java (Pemuda Jawa). Kebanyakan dari mereka adalah pelajar Sekolah Pendidikan Dokter Hindia (STOVIA) dan mahasiswa sekolah tinggi hukum RHS. Para aktivis dari Jong Java menyewa bangunan seluas 460 meter persegi ini karena tempat kontrakan sebelumnya terlalu sempit untuk kegiatan kepanduan, diskusi masalah politik dan untuk latihan kesenian Jawa. Gedung ini  kemudian disebut Langen Siswo.



Tarif sewa sebesar 12,5 gulden per bulannya, atau setara dengan sejumlah 40 liter beras pada waktu itu. Penghuninya semakin beragam sejak tahun 1926, kebanyakan adalah aktivis pemuda dari daerah. Kegiatan penghuninya juga ikut beragam dari mulai aktif di kepanduan, olahraga sampai kesenian. Gedung ini juga dijadikan markas Perhimpunan Pelajar – Pelajar Indonesia (PPPI) yang didirikan pada September 1926 setelah Kongres Pemuda Pertama. Para penghuni anggota PPPI sering mengundang Soekarno untuk berdiskusi di rumah tersebut.

Sumpah Pemuda sendiri adalah Keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan selama dua hari pada 27 – 28 Oktober 1928 di Jakarta dan diselenggarakan di bangunan yang sama yang sekarang menjadi Museum Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda itu menegaskan cita-cita akan ada "tanah air Indonesia", "bangsa Indonesia", dan "bahasa Indonesia". Gelombang dari pergerakan-pergerakan pemuda inilah yang pada akhirnya ikut mendorong lahirnya Negara Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Bertepatan dengan Kongres Pemuda Kedua pada 28 Oktober 1928, untuk pertama kalinya Lagu Kebangsaan Indonesia Raya ciptaan Wage Rudolf Soepratman diperdengarkan kepada khalayak umum. Teks lagu Indonesia Raya dipublikasikan pertama kali oleh suratkabar Sin Po, sedangkan rekaman pertamanya dimiliki oleh seorang pengusaha bernama Yo Kim Tjan.

Hmm, dari hasil jalan-jalan ke museum, kami bertiga menjadi sangat terkesan dan ghiroh kebangsaan seperti ditiupkan kembali ke dalam jiwa. Semoga Indonesia menjadi bangsa dan negara yang lebih hebat lagi.

Carvaganza juga membuat video Driving Toyota New Yaris ini dengan format yang berbeda dengan test drive yang biasanya dikerjakan. Pasalnya kami mengombinasikan test drive dengan tema Sumpah Pemuda, sehingga video ini memiliki alur cerita yang lebih menarik dan lebih panjang. Tonton saja videonya di channel Youtube Carvaganza.

https://www.youtube.com/watch?v=4674vZUDAkQ&t=329s

Soempah Poemuda

Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.

EKA ZULKARNAIN & WAHYU HARIANTONO

 

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature