Krisis Pabrikan Inggris, Giliran Aston Martin PHK Ratusan Pegawai
GAYDON, Carvaganza.com – Lagi-lagi pabrikan premium asal Inggris mengumumkan kondisinya yang mengalami krisis dan akan melakukan perampingan jumlah pengawai. Setelah McLaren, kini giliran Aston Martin yang mengungkap kondisi kurang sehatnya perusahaan saat ini.
Dilansir dari Autocar, Aston Martin akan mengurangi hingga lebih dari 500 pegawainya, dari total jumlah 2.600 orang tenaga kerja saat ini. Langkah ini disebut bagian dari program pemotongan biaya £ 10 juta, dampak dari krisis pandemi virus Corona.
Pemecatan ratusan pegawai tersebut olah Aston Martin ditujukan demi membantu peningkatan profitabilitas dengan membuat dasar biaya sejalan dengan berkurangnya tingkat produksi. Penurunan produksi melibatkan lini model sportscar Aston Martin.
Pekan lalu McLaren resmi mengumumkan akan melakukan PHK terhadap sekitar 1.200 orang pegawainya, demi memulihkan kesehatan finansial perusahaan. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 orang di antaranya berasal dari tim balap Formula 1, yang juga terkena pembatasan anggaran pada regulasi baru.
Langkah di atas merupakan bagian dari rencana pabrikan baru-baru ini, yang memungkinkan menghasilkan pertumbuhan yang menguntungkan. Rencana strategis ini diklaim memerlukan penyesuaian ulang fundamental, termasuk reduksi pada jumlah produksi sportscar bermesin depan. Hal ini untuk menyeimbangkan kembali rasio antara persediaan dengan permintaan terhadap produk.
Kegiatan perampingan ini akan dilakukan secara bertahap. Aston Martin akan mengadakan proses konsultasi dengan para pegawai dan serikat pekerja mengenai PHK ini. Faktor lain yang melatarbelakangi keputusan ini adalah untuk mengurangi biaya dan pengeluaran perusahaan.
Lebih lanjut, pabrikan yang terkenal sebagai mobil James Bond ini berencana juga untuk memotong biaya produksi sebanyak £ 8 juta. Begitu juga dengan belanja modal sebesar £ 10 juta dan biaya restrukturisasi tunai terkait £ 12 juta tahun ini.
Selama tiga bulan pertama tahun 2020, Aston Martin mencatat kerugian sebelum pajak sebesar £ 118,9 juta. Tahun ini juga Aston Martin akan mulai pasarkan model SUV pertamanya, DBX.
Sementara itu, belakangan pemegang saham terbesar kedua di Aston Martin, Investment Advisors Limited, telah mengurangi kepemilikan sahamnya. Dalam dokumen yang dirilis menyebut sahamnya kini hanya 14,99% dari sebelumnya sebanyak 19,92%.
Restrukturisasi perusahaan ini diperkirkan akan membantu Aston Martin berhemat sekitar £ 38 juta dalam setahun. Bahkan sejak tahun 2018, harga saham Aston Martin mengalami penurunan sejak memutuskan go public. Dan sejak itu juga, Aston Martin mencari investor baru untuk mengakuisi mayoritas sahamnya.
CEO BARU
Baru-baru ini juga, posisi CEO Aston Martin yang sebelumnya ditempati Andy Palmer telah digantikan oleh Tobias Moers dari Mercedes-AMG. Perubahan kepemimpinan ini merupakan efek domino dari datangnya Lawrence Stroll menjadi pemegang saham baru Aston Martin, sejak April lalu, sebanyak 16,7%.
Selama beberapa tahun terakhir, Palmer berhasil menelurkan terobosan model baru untuk Aston Martin, termasuk Valkyrie dan DBX. Kinerja Palmer justru belum berhasil menyelamatkan Aston Martin dari masalah finansial, meski keuntungan yang dicapai cukup positif.
Tobias Moers, Mercedes-AMG
Kedatangan Moers, diharapkan tren baik yang dialami AMG selama ini bisa ‘menular’ ke Aston Martin. Prestasi Moers di AMG terbukti lewat meningkat pesatnya angka penjualan dari 70.000 unit di tahun 2015, menjadi 132.000 unit pada 2019. Selain itu kesuksesan dan dominasi Mercedes di F1 belakangan ini juga ikut mengangkat nilai merek AMG.
Mercedes-AMG dan Aston Martin saat ini sama-sama di bawah naungan Daimler AG, raksasa otomotif Jerman. Berkat ikatan ini, mesin V8 pada model-model terbaru Aston Martin dipasok langsung oleh AMG.
Sumber: Autocar
WAHYU HARIANTONO
Dilansir dari Autocar, Aston Martin akan mengurangi hingga lebih dari 500 pegawainya, dari total jumlah 2.600 orang tenaga kerja saat ini. Langkah ini disebut bagian dari program pemotongan biaya £ 10 juta, dampak dari krisis pandemi virus Corona.
Pemecatan ratusan pegawai tersebut olah Aston Martin ditujukan demi membantu peningkatan profitabilitas dengan membuat dasar biaya sejalan dengan berkurangnya tingkat produksi. Penurunan produksi melibatkan lini model sportscar Aston Martin.
Pekan lalu McLaren resmi mengumumkan akan melakukan PHK terhadap sekitar 1.200 orang pegawainya, demi memulihkan kesehatan finansial perusahaan. Dari jumlah tersebut, sekitar 70 orang di antaranya berasal dari tim balap Formula 1, yang juga terkena pembatasan anggaran pada regulasi baru.
Langkah di atas merupakan bagian dari rencana pabrikan baru-baru ini, yang memungkinkan menghasilkan pertumbuhan yang menguntungkan. Rencana strategis ini diklaim memerlukan penyesuaian ulang fundamental, termasuk reduksi pada jumlah produksi sportscar bermesin depan. Hal ini untuk menyeimbangkan kembali rasio antara persediaan dengan permintaan terhadap produk.
Kegiatan perampingan ini akan dilakukan secara bertahap. Aston Martin akan mengadakan proses konsultasi dengan para pegawai dan serikat pekerja mengenai PHK ini. Faktor lain yang melatarbelakangi keputusan ini adalah untuk mengurangi biaya dan pengeluaran perusahaan.
Lebih lanjut, pabrikan yang terkenal sebagai mobil James Bond ini berencana juga untuk memotong biaya produksi sebanyak £ 8 juta. Begitu juga dengan belanja modal sebesar £ 10 juta dan biaya restrukturisasi tunai terkait £ 12 juta tahun ini.
Selama tiga bulan pertama tahun 2020, Aston Martin mencatat kerugian sebelum pajak sebesar £ 118,9 juta. Tahun ini juga Aston Martin akan mulai pasarkan model SUV pertamanya, DBX.
Sementara itu, belakangan pemegang saham terbesar kedua di Aston Martin, Investment Advisors Limited, telah mengurangi kepemilikan sahamnya. Dalam dokumen yang dirilis menyebut sahamnya kini hanya 14,99% dari sebelumnya sebanyak 19,92%.
Restrukturisasi perusahaan ini diperkirkan akan membantu Aston Martin berhemat sekitar £ 38 juta dalam setahun. Bahkan sejak tahun 2018, harga saham Aston Martin mengalami penurunan sejak memutuskan go public. Dan sejak itu juga, Aston Martin mencari investor baru untuk mengakuisi mayoritas sahamnya.
CEO BARU
Baru-baru ini juga, posisi CEO Aston Martin yang sebelumnya ditempati Andy Palmer telah digantikan oleh Tobias Moers dari Mercedes-AMG. Perubahan kepemimpinan ini merupakan efek domino dari datangnya Lawrence Stroll menjadi pemegang saham baru Aston Martin, sejak April lalu, sebanyak 16,7%.
Selama beberapa tahun terakhir, Palmer berhasil menelurkan terobosan model baru untuk Aston Martin, termasuk Valkyrie dan DBX. Kinerja Palmer justru belum berhasil menyelamatkan Aston Martin dari masalah finansial, meski keuntungan yang dicapai cukup positif.
Kedatangan Moers, diharapkan tren baik yang dialami AMG selama ini bisa ‘menular’ ke Aston Martin. Prestasi Moers di AMG terbukti lewat meningkat pesatnya angka penjualan dari 70.000 unit di tahun 2015, menjadi 132.000 unit pada 2019. Selain itu kesuksesan dan dominasi Mercedes di F1 belakangan ini juga ikut mengangkat nilai merek AMG.
Mercedes-AMG dan Aston Martin saat ini sama-sama di bawah naungan Daimler AG, raksasa otomotif Jerman. Berkat ikatan ini, mesin V8 pada model-model terbaru Aston Martin dipasok langsung oleh AMG.
Sumber: Autocar
WAHYU HARIANTONO
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature