TEST DRIVE: Rolls-Royce Cullinan 2019, Merasakan Sensasi “Tank Mewah”
PADA tulisan sebelumnya Carvaganza sudah cerita tentang sejarah dan tampilan eksterior Rolls-Royce Cullinan. Saya kebetulan mendapat kesempatan menjajal SUV pertama pabrikan mewah asal Inggris tersebut di Singapura. SUV ini juga sudah diperkenalkan resmi di Indonesia dengan harga “basic” saat masuk Indonesia kira-kira di angka Rp 14 miliar.
Di belakang setir, sulit sekali untuk merasakan perbedaannya dengan Phantom. Kecuali, tentu saja, driving position yang lebih tinggi dan commanding, serta pemandangan ke arah luar yang lebih luas. Juga tak perlu takut akan blind-spot, karena Cullinan telah dilengkapi 5 kamera luar, termasuk satu kamera ‘flag bearer” di bagian atas kaca depan. Fungsi kamera di bagian atas ini, salah satunya adalah untuk mengantisipasi kondisi permukaan jalan di depan, sambil mengirimkan signal ke komputer mobil untuk menyesuaikan setting suspensi, juga transmisi.
Tak ada mode sport atau sport + pada Cullinan. Namun, jika Anda ingin sekadar merasakan sensasi yang lebih menggetarkan, tersedia tombol “low” di tuas perseneling yang terpasang di sebelah kanan batang setir. Tekan tombol itu, suspensi udaranya akan otomatis turun sebanyak 40mm dan putaran mesin meningkat karena jarak perpindahan antar gigi transmisi yang lebih panjang.
Baca juga: Rolls-Royce Cullinan, SUV Seharga Rp 6,4 Miliar Meluncur di Indonesia Baca juga: VIDEO: Mengintip Kemewahan Rolls-Royce Cullinan di Indonesia Baca juga: REVIEW: Rolls-Royce Cullinan 2019, Warisan para Sheik dan Maharaja
Gejala limbung yang menjadi karakter khas setiap SUV juga sangat minim. Teknologi all-wheel steering di Cullinan dapat membuat mobil bermanuver secara lembut nyaris tanpa hentakan berarti. Pada saat hendak menyalip atau berpindah jalur, misalnya, mobil seolah beringsut atau bergeser, bukan berbelok. Sistem all-wheel steering ini juga sangat membantu saat mobil harus berbelok di tikungan yang patah, atau saat hendah berbalik arah. Makanya, meski memiliki wheelbase sepanjang 130 inci atau 3295mm, radius putar Cullinan hanya 13,23 meter. Bandingkan dengan radius putar Land Rover Defender 130 (double cabin) yang juga memiliki wheel-base yang mirip, yakni 14,46 meter.
Kondisi lalu-lintas yang padat membuat saya tak bisa mengeksplorasi tenaga mobil secara maksimal. Saya hanya sempat mencoba performa steeringnya saat melibas satu ruas jalan pendek yang membelah kawasan “hutan kota” yang relatif sepi. Jalanan aspal yang cukup sempit dan banyak tikungan seolah tak berarti apa-apa bagi Cullinan. Kemudinya yang enteng namun padat selalu presisi, seakan mampu membaca pikiran pengemudi. Mobil akan berbelok tepat ke arah yang kita inginkan, tanpa ada gejala understeer maupun oversteer alias netral.
Menjelang senja, saya mohon izin kepada rekan-rekan Rolls-Royce Asia Pasific untuk menjajal kemampuan off-road mobil ini. Soalnya, dari tadi saya sudah sangat penasaran untuk memainkan tombol “off-road” dan hill descent control yang ada di konsol tengah. Masalahnya, di mana kita bisa mendapat trek off-road di Negara Kota yang sangat maju seperti Singapura?
Untunglah, dalam perjalanan pulang ke hotel, kami menemukan sebuah lahan kosong yang sedang digarap untuk pembangunan apartemen. Tapi, tetap tidak ada lumpur atau tanjakan serta turunan tajam yang bisa digunakan untuk menguji kemampuan mobil ini di medan berat. Cuma ada sebidang lapangan rumput terbuka seluas hampir setengah lapangan bola.
Saya mencoba melakukan beberapa manuver a la drifting yang membuat mobil sliding ke arah yang saya inginkan sambil membangkitkan debu tebal di belakang mobil. Di permukaan rumput yang licin, Cullinan bergerak secara sangat smooth mirip penari balet yang terlatih. Roda belakang tidak spin apalagi meninggalkan lubang dalam saat pedal gas dinjak mendadak dari posisi diam. Lagi-lagi, torsi mesin tersalur ke setiap roda secara smooth dan terukur. Mobil pun meluncur anggun seolah tanpa usaha.
Kemudinya enteng, tapi tetap padat dan presisi. Anda bahkan bisa melakukan aksi manuver angka 8 hanya dengan satu tangan di lingkar setir, tanpa harus berkeringat menahan beban torsi di roda. Remnya juga bekerja sangat optimal. Mobil selalu dapat berhenti di titik yang Anda inginkan, meski itu di atas rumput yang masih basah oleh sisa gerimis.
Sebagai penyuka kegiatan off-road adventure, Cullinan bukanlah buat saya. Dan memang, sejak awal, SUV supermewah ini sejatinya lebih ditujukan untuk melibas medan-medan seperti gurun pasir, es, atau permukaan jalanan yang licin lainnya. Lagi pula, rasanya sulit sekali menemukan orang kaya mana pun, yang tega memakai SUV seharga (minimal) 1,5 juta dolar Singapura ini untuk melahap medan-medan off-road ekstrem sekelas Camel Trophy atau melakuan rock crawling di gurun Moab, Amerika Serikat. Mobil ini diciptakan bagi para penggemar kegiatan olahraga luar ruang atau petualangan dan hobi di alam bebas, tapi bukan untuk membuka jalan baru di hutan Kalimantan.
MUNAWAR CHALIL (SINGAPURA)
Di belakang setir, sulit sekali untuk merasakan perbedaannya dengan Phantom. Kecuali, tentu saja, driving position yang lebih tinggi dan commanding, serta pemandangan ke arah luar yang lebih luas. Juga tak perlu takut akan blind-spot, karena Cullinan telah dilengkapi 5 kamera luar, termasuk satu kamera ‘flag bearer” di bagian atas kaca depan. Fungsi kamera di bagian atas ini, salah satunya adalah untuk mengantisipasi kondisi permukaan jalan di depan, sambil mengirimkan signal ke komputer mobil untuk menyesuaikan setting suspensi, juga transmisi.
Tak ada mode sport atau sport + pada Cullinan. Namun, jika Anda ingin sekadar merasakan sensasi yang lebih menggetarkan, tersedia tombol “low” di tuas perseneling yang terpasang di sebelah kanan batang setir. Tekan tombol itu, suspensi udaranya akan otomatis turun sebanyak 40mm dan putaran mesin meningkat karena jarak perpindahan antar gigi transmisi yang lebih panjang.
Baca juga: Rolls-Royce Cullinan, SUV Seharga Rp 6,4 Miliar Meluncur di Indonesia Baca juga: VIDEO: Mengintip Kemewahan Rolls-Royce Cullinan di Indonesia Baca juga: REVIEW: Rolls-Royce Cullinan 2019, Warisan para Sheik dan Maharaja
Gejala limbung yang menjadi karakter khas setiap SUV juga sangat minim. Teknologi all-wheel steering di Cullinan dapat membuat mobil bermanuver secara lembut nyaris tanpa hentakan berarti. Pada saat hendak menyalip atau berpindah jalur, misalnya, mobil seolah beringsut atau bergeser, bukan berbelok. Sistem all-wheel steering ini juga sangat membantu saat mobil harus berbelok di tikungan yang patah, atau saat hendah berbalik arah. Makanya, meski memiliki wheelbase sepanjang 130 inci atau 3295mm, radius putar Cullinan hanya 13,23 meter. Bandingkan dengan radius putar Land Rover Defender 130 (double cabin) yang juga memiliki wheel-base yang mirip, yakni 14,46 meter.
Kondisi lalu-lintas yang padat membuat saya tak bisa mengeksplorasi tenaga mobil secara maksimal. Saya hanya sempat mencoba performa steeringnya saat melibas satu ruas jalan pendek yang membelah kawasan “hutan kota” yang relatif sepi. Jalanan aspal yang cukup sempit dan banyak tikungan seolah tak berarti apa-apa bagi Cullinan. Kemudinya yang enteng namun padat selalu presisi, seakan mampu membaca pikiran pengemudi. Mobil akan berbelok tepat ke arah yang kita inginkan, tanpa ada gejala understeer maupun oversteer alias netral.
Menjelang senja, saya mohon izin kepada rekan-rekan Rolls-Royce Asia Pasific untuk menjajal kemampuan off-road mobil ini. Soalnya, dari tadi saya sudah sangat penasaran untuk memainkan tombol “off-road” dan hill descent control yang ada di konsol tengah. Masalahnya, di mana kita bisa mendapat trek off-road di Negara Kota yang sangat maju seperti Singapura?
Untunglah, dalam perjalanan pulang ke hotel, kami menemukan sebuah lahan kosong yang sedang digarap untuk pembangunan apartemen. Tapi, tetap tidak ada lumpur atau tanjakan serta turunan tajam yang bisa digunakan untuk menguji kemampuan mobil ini di medan berat. Cuma ada sebidang lapangan rumput terbuka seluas hampir setengah lapangan bola.
Saya mencoba melakukan beberapa manuver a la drifting yang membuat mobil sliding ke arah yang saya inginkan sambil membangkitkan debu tebal di belakang mobil. Di permukaan rumput yang licin, Cullinan bergerak secara sangat smooth mirip penari balet yang terlatih. Roda belakang tidak spin apalagi meninggalkan lubang dalam saat pedal gas dinjak mendadak dari posisi diam. Lagi-lagi, torsi mesin tersalur ke setiap roda secara smooth dan terukur. Mobil pun meluncur anggun seolah tanpa usaha.
Kemudinya enteng, tapi tetap padat dan presisi. Anda bahkan bisa melakukan aksi manuver angka 8 hanya dengan satu tangan di lingkar setir, tanpa harus berkeringat menahan beban torsi di roda. Remnya juga bekerja sangat optimal. Mobil selalu dapat berhenti di titik yang Anda inginkan, meski itu di atas rumput yang masih basah oleh sisa gerimis.
Sebagai penyuka kegiatan off-road adventure, Cullinan bukanlah buat saya. Dan memang, sejak awal, SUV supermewah ini sejatinya lebih ditujukan untuk melibas medan-medan seperti gurun pasir, es, atau permukaan jalanan yang licin lainnya. Lagi pula, rasanya sulit sekali menemukan orang kaya mana pun, yang tega memakai SUV seharga (minimal) 1,5 juta dolar Singapura ini untuk melahap medan-medan off-road ekstrem sekelas Camel Trophy atau melakuan rock crawling di gurun Moab, Amerika Serikat. Mobil ini diciptakan bagi para penggemar kegiatan olahraga luar ruang atau petualangan dan hobi di alam bebas, tapi bukan untuk membuka jalan baru di hutan Kalimantan.
MUNAWAR CHALIL (SINGAPURA)
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature