FEATURE: Mike Horn, a Modern Day Explorer

FEATURE: Mike Horn, a Modern Day Explorer
TAK BANYAK orang yang tahu Mike Horn. Tapi di beberapa negeri francophone, Mike Horn terkenal dengan reputasinya sebagai penjelajah dunia. Dia kerap disejajarkan dengan Jacques Costeau atau Roald Amundsen, atau bahkan versi nyata Indiana Jones. Pasalnya pria 51 tahun ini telah 13 kali keliling dunia dalam 20 tahun terakhir.

Petualangannya sebagian besar dilakukan seorang diri. Mike tercatat telah menuntaskan perjalanan mengelilingi garis khatulistiwa pada 2001. Perjalanan itu ia mulai dari Gabon, Afrika, melayari Samudra Atlantik menuju Amerika Selatan dengan kapal layar trimaran. Ia kemudian menjelajah garis khatulistiwa di Amerika Selatan dengan mengayuh kano di Amazon hingga bersepeda ke Peru, sebelum akhirnya kembali berlayar menembus Samudra Pasifik dan Lautan Hindia menuju Asia. “Saya sudah melewati Halmahera dan Sulawesi dengan berjalan kaki. Saya ingat, saat itu di Maluku sedang terjadi konflik yang merenggut banyak nyawa,” kenangnya.

Petualangan Horn yang juga tercatat spektakuler adalah saat ia dan Børge Ousland asal Norwegia, mengunjungi Kutub Utara pada 2006. Hebatnya, mereka melakukannya dengan berjalan kaki, saat musim dingin pula. Tujuan Horn adalah mengulang perjalanan yang pernah dilakukan seorang diri pada 2002. Saat itu, ia harus menghentikan petualangannya karena terserang frostbite parah akibat suhu udara -600C sehingga beberapa ujung jari kaki dan tangannya harus diamputasi.



Pada 2004, Horn kembali menguji nyali. Kali ini, ia menempuh perjalanan seorang diri mengelilingi Lingkar Arktik. Jarak  sejauh 19 ribu kilometer ditempuh dengan berjalan kaki, perahu kayak dan ski layar, sambil menarik perbekalan seberat 180 kg. Petualangan ke medan terberat di permukaan Bumi itu tuntas dalam dua tahun.

Seolah belum cukup, Mike Horn juga tercatat sebagai penjelajah yang sudah mendaki 4 gunung dengan tinggi di atas 8000 m dari permukaan laut. Namun, bukan berarti ia tak pernah gagal. Pada 2012, ia terpaksa putar balik dari puncak K2 di Himalaya karena kondisi cuaca yang sangat berbahaya. Padahal, ia tinggal 1500 m lagi dari puncak. Keputusan yang tepat. Beberapa jam kemudian, bencana salju longsor terjadi dan menewaskan beberapa pendaki. Setelah peristiwa ini, Mike Horn pun dikenal dengan kata-katanya yang sangat bijak: “Turning around might be seen as a failure by others, but true failure is dying.”



MUNAWAR CHALIL

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature