FEATURE: Elon Musk, For the Sake of Mankind

FEATURE: Elon Musk, For the Sake of Mankind
PARA kutu buku dan car enthusiast di dunia bersorak ketika Tesla Roadster, supercar paling kencang sejauh ini, meluncur ke luar angkasa dengan roket buatan SpaceX – perusahaan pribadi Elon Musk – pada awal Februari 2018. Hanya dalam beberapa menit, terdapat live stream yang menayangkan manekin berpakaian a la astronaut sedang duduk di balik kemudi Tesla Roadster yang sedang melayang tanpa gravitasi di luar angkasa. Dan di tengah dashboard terdapat tulisan “DON’T PANIC!”

Sentuhan dark humor itu sangat Elon Musk. Ia kerap melontarkan kalimat-kalimat kontroversial untuk menekankan maksudnya, seperti “give a hardcore smackdown to gasoline cars” saat peluncuran Tesla Roadster. Atau “Saingan utama jangka panjang kami [SpaceX> dari Cina – jika membuat paten, bakal jadi konyol karena mereka akan menggunakannya sebagai buku resep” saat berkomentar tentang alasan tak punya paten untuk SpaceX.

No doubt that Elon Musk is a nerd, but not your regular nerd. He’s more like bad boy type of nerd. Jika mengambil analogi tokoh komik Marvel, komentar-komentar “nakal” itu menggambarkan bahwa Elon Musk lebih mirip Tony Stark-nya Iron Man ketimbang Bruce Banner-nya Hulk. Tony dan Elon sama-sama cerdas dan kaya, menurut Forbes kekayaan Elon per Desember 2017 mencapai US$20,2 miliar. Bedanya, Tony merupakan tokoh khayalan dan terlalu sibuk memerangi musuh-musuh yang juga fiksi. Sedangkan Elon harus menghadapi persoalan nyata: pemanasan global.



Masalah ini berpengaruh terhadap semua makhluk hidup di muka bumi, tapi tak semua yang menjadikannya sebagai tujuan hidup. Salah satunya adalah Elon. Ia berambisi untuk memecahkan persoalan perubahan iklim dan memastikan kelangsungan hidup umat manusia dalam jangka panjang. Sounds too good to be true? Jika ucapan ini keluar dari seorang politikus, saya akan menganggap itu sekadar propaganda. Tapi Elon bukanlah politikus – ia berhenti menjadi penasihat presiden Amerika Serikat saat Donald Trump memutuskan US mundur dari Paris Agreement karena tak percaya dengan konsep pemanasan global. Dan terlebih lagi, Elon membuktikan kesungguhannya dengan berbagai perusahaan dan ciptaannya.
“Elon Musk berambisi untuk memecahkan persoalan perubahan iklim dan memastikan kelangsungan hidup umat manusia dalam jangka panjang.”

Elon menjelaskan alasannya membuat perusahaan roket seperti SpaceX. Ia mengatakan bahwa ambisinya adalah membuat manusia dapat pindah dari satu planet ke planet lainnya. Tak hanya untuk membuat masa depan lebih menjanjikan dan menarik, tapi juga untuk keberlangsungan hidup umat manusia. Lagi pula, spesies yang dapat hidup di berbagai planet merupakan spesies yang berpeluang lebih besar untuk survive. Visinya adalah membawa manusia untuk berkoloni di Mars dalam 20 tahun mendatang, dan ia semakin dekat untuk mewujudkannya dengan Big Falcon Rocket yang diharapkan akan meluncur ke orbit Bumi pada tiga sampai lima tahun lagi. Hebatnya, SpaceX telah berhasil menciptakan roket sepertiga dari biaya pembangunan roket biasa!



Jika kisah berkoloni di planet lain masih terlalu science fiction buat Anda, saya akan membawa Anda kembali ke bumi. Bahkan lebih dekat lagi, ke garasi jika Anda punya mobil Tesla. Elon selalu bersikeras bahwa tujuan utama Tesla bukanlah membangun mobil. Hal ini terbukti ketika Tesla Inc – berdiri pada 2003 – menghilangkan kata “Motors” dari nama brand mereka. Alasan pendirian Tesla adalah membantu dunia beralih dari ketergantungan dengan bahan bakar fosil ke energi berkelanjutan. “Maka dari itu, saya open-source patennya [Tesla>. Itulah satu-satunya cara untuk mendorong manusia beralih ke energi berkelanjutan,” ujarnya. Demi memperkuat ambisi itu, Tesla Inc mengambil alih SolarCity Corporation pada 2016. Perusahaan tersebut memproduksi, memasarkan dan memasang solar panel untuk perumahan dan industri. Tak hanya itu, SolarCity juga menyediakan charging station untuk mobil-mobil listrik.

Di dunia yang serba materialistis ini, Elon membuktikan bahwa filosofi dan ambisinya lebih berarti ketimbang kekayaan. Ketika mendapatkan bayaran US$180 juta dari penjualan PayPal ke eBay, ia menghabiskan US$100 juta untuk SpaceX, US$70 juta untuk Tesla dan US$10 juta untuk SolarCity. Ia mengaku, “Saya harus pinjam uang untuk bayar sewa tempat tinggal saya.” Elon juga tak keberatan untuk tidak dibayar satu sen pun oleh Tesla – tanpa gaji, tanpa bonus – sampai kapitalisasi pasar perusahaan tersebut mencapai US$650 miliar. Saat ini Tesla “hanya” benilai US$50 miliar. Salah satu alasan ia menyetujuinya karena Tesla bersedia mengganti rencana kompensasi Elon.



Sebelumnya, ia diharuskan untuk memenuhi target produksi kendaraan. Pada press release, Tesla menyebutkan rencana baru bahwa mereka akan membuat line produksi kendaraan yang akan memenuhi kebutuhan transpor di bumi. Mereka juga menjelaskan akan mengembangkan energi matahari melalui Solar Roof dan produk lainnya yang diintergrasikan dengan baterai penyimpanan. Tak ada penyebutan spesifik mengenai produksi dan reliabilitas mobil. Hal ini sejalan dengan ambisi Elon, menyediakan energi alternatif yang terbarukan.

Sulit untuk meragukan ketulusan motivasi Elon. Jika ingin memonopoli teknologi masa depan demi meraup keuntungan besar, ia tak akan membuat paten-patennya menjadi open-source. Elon merupakan salah satu dari segelintir orang yang super cerdas dan mau berjuang habis-habisan mewujudkan idealismenya, meski itu mengorbankan kehidupan pribadinya. Di tengah krisis lingkungan seperti sekarang ini, umat manusia memang butuh orang “gila” sepertinya demi masa depan yang lebih baik.

MIRAH PERTIWI (RAGAM SUMBER)

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature