Wuling Cortez 1.8L, Unexpected MPV

Wuling Cortez 1.8L, Unexpected MPV
MENGIKUTI jejak Wuling Confero, kehadiran Wuling Cortez yang menggoda langsung menyengat pasar mobil di Indonesia. Dengan harga mulai dari Rp 254 juta – 264 juta, Wuling Cortez memang sangat menggoda jika dibandingkan dengan kompetitor dengan harga dari Rp 300 juta sampai 400 jutaan. Dengan harga segitu, Wuling Cortez menawarkan limpahan fitur yang luar biasa yang tidak kalah dengan kompetitornya yaitu Toyota Innova, tapi masih banyak orang yang meragukannya karena masih ada stigma buruk terhadap brand ini.

Carvaganza akhirnya merancang sebuah perjalanan yang menantang kemampuan mobil yang bisa mewakili kebutuhan konsumen di segmen ini terhadap sebuah kendaraan. Total jarak perjalanan yang kami tempuh adalah 360an km dengan rute mengelilingi kota Jakarta dan di luar kota kami menjajalnya di jalanan di kaki Gunung Halimun Salak, Sukabumi, Jawa Barat, di mana sebelum di aspal bulan Oktober 2017, jalanan ini sering menjadi rute main motor trail karena lebih dari 20 km jalanan ini berupa batu perkerasan dan terkenal dengan tanjakan terjal dan turunan curamnya.

Wuling Cortez warna Burgundy Red ini memiliki desain body yang menarik, lampu depan dan belakang sudah LED serta sudah Daytime Running Light (DRL). Spionnya pun dapat terlipat otomatis, desain velg unik dan antenna radionya sudah model sirip hiu di atap belakang.



Mesinnya  terasa halus dan linear yang memang menjadi karakteristik mobil-mobil keluarga. Tenaga 129 hp pada 5600 rpm terasa padat di setiap putaran baik bawah, medium maupun atas. Torsi maksimal 174 Nm pada 3600 – 4600 rpm terasa besar ketika saya mengambil momentum untuk menyalip kendaraan besar di tol yang menghubungkan Tanjung Priok dengan Cilincing, Jakarta Utara dan langsung menghubungkan dengan Tol JORR.

Waktu saya menggunakan mode pengendaraan ECO, tenaganya linear karena mode ini dirancang untuk mengejar efisiensi BBM. Namun ketika dipindahkan ke Sport, mesin langsung responsif, setir terasa sedikit kaku dan suara mesin sedikit lebih keras. Namun, suara mesin yang sedikit lebih keras itu tidak membuat kabin terlalu berisik karena sepertinya hanya untuk memberitahu bahwa mobil sedang dalam pengendaraan Sport. Nah ketika di mode Sport, Anda bisa meng-kickdown tenaganya.



Transmisi otomatis 5-kecepatannya menyandang teknologi i-AMT (Intelligent Automated Mechanical Transmission) yang bekerja cukup halus untuk menyalurkan tenaga ke roda belakang. Ketika transmisi berpindah memang terasa seperti ada jeda dan terasa sedikit seperti transmisi manual, tapi menurut saya justru di situ sensasi manualnya. Namun jeda itu tidak mengganggu perjalanan Anda yang terbiasa membawa mobil otomatis, justru saya suka hal itu ketika mobil sedang berada di tanjakan.

Dengan panjang 4.780 mm, lebar 1816 dan tinggi 1755 mm (termasuk roof rail) dan dibantu oleh torsi yang besar, mobil terasa gesit untuk bermanuver di traffic yang padat dalam kota. Apalagi mobil ini minim sekali blind spot, sehingga Anda dapat leluasa memprediksi jika ingin berpindah jalur atau pun membelok di tengah traffic padat. Setirnya terasa obyektif dalam membaca permukaan jalan sehingga pengemudi dapat memberikan input yang pas ketika dibutuhkan.



Kalau Anda ingin parkir di gedung dengan ruang parkir yang cukup sempit, Anda tak perlu khawatir karena Rear Parking Camera yang ditampilkan oleh layar sentuh 8 inci sangat membantu melihat kondisi di belakang mobil dan juga dibantu oleh parking sensor. Layar display ini berisikan informasi tentang mobil dan juga sistem infotainment yang terkoneksi dengan USB, AUX maupun iPod serta Bluetooth.

Sistem navigasi juga terdapat di dalamnya. Nah, Anda dapat mengatur multi informasi tentang kendaraan dari layar Multi Information Display (MID) yang terletak di belakang kemudi, di mana di dalamnya termasuk fitur Tire Pressure Monitoring System yang tidak dimiliki oleh kompetitornya.



Kabinnya yang lega dengan tata ruang apik dikemas dengan tiga tone yaitu beige pada jok dan trim pintu, coklat kemerahan dan aksen kayu berwarna hitam di bagian dashboard. Jahitan pada jok dan dashboard sangat rapi. Kabin cukup senyap namun sebaiknya pabrikan meningkatkan insulasi interior agar suara dapat teredam lebih baik. Sejumlah ruang penyimpanan terlihat di hampir setiap sudut untuk memudahkan keluarga dalam bepergiaan. Bahkan pabrikan memikirkan hal detail seperti tempat charging untuk smartphone yang terdapat di baris pertama, kedua sampai ketiga.

Jok pengemudi dan penumpang dapat diatur secara elektrik baik maju mundur maupun reclining dan setir juga sudah tilt steering. Jok di baris kedua sudah captain seat dapat maju mundur dan direbahkan dengan kondisi reclining ke jok baris ketiga. Semua fitur-fitur tersebut memperlihatkan kecanggihan yang dimiliki oleh Cortez 1.8L dan tentunya menambah kenyamanan dan kesenangan pemiliknya.



Pada waktu kami membawa Wuling Cortez 1.8L tipe tertinggi ini ke jalanan Halimun Salak, medium MPV ini dengan mudah meliuk-liuk di jalanan yang sempit berkelok-kelok dan berlubang. Suspensi depan McPherson Strut Coil Spring, Independent Suspension dan belakang Coil Spring, Independent Suspension secara umum cukup baik meredam guncangan meskipun terdengar bunyi ‘ngejeduk’ sedikit di suspensi depan kiri dan kanan ketika melewati polisi tidur atau jalanan berlubang yang cukup tinggi dengan kecepatan 30 km per jam.

Yang menggembirakan, kerja mobil sungguh diluar dugaan ketika kami melewati tanjakan terjal cukup ekstrim sepanjang lebih dari 1 km di daerah Cipeuteuy di kaki Gunung Halimun, Kabupaten Sukabumi. Dengan penumpang hanya 2 orang, Wuling Cortez dengan santai meladeni tanjakan ekstrim itu dengan transmisi pada posisi D. Lantas sampai di tengah tanjakan saya pindahkan ke mode manual yang tinggal digeser ke kiri untuk mempertinggi dorongan torsi. Saya merasa, dengan 5 dan 6 penumpang, Wuling akan santai saja meladeni tanjakan seperti itu yang terpenting Anda bisa memanfaatkan momentum.



Di sini, saya pun mencoba Hill Hold Control (HHC) yang merupakan nama lain dari Hill Start Assist (HAS). Ketika mobil berhenti di tengah tanjakan, HHC akan menahan mobil selama tiga detik sehingga mobil tak langsung mundur dan pengemudi tak banyak kehilangan momentum. Perjalanan kami semakin menyenangkan karena sunroof menambah sensasi mengemudi terutama di daerah perkebunan teh karena kami dapat menghirup langsung udara pegunungan, apalagi jika cuaca berkabut.

Nah untuk konsumsi BBM, dengan bahan bakar Pertamax 92 MPV ini cukup efisien. Untuk jalan di daerah perkotaan, kami bisa mendapatkan rata-rata 7,5 – 7,8 km per liter, sedangkan luar kota kami bisa mendapatkan 8,4 – 8,6 km per liter dengan mengombinasikan mode Eco dan Sport.

Wuling Cortez 1.8L

Layout kendaraan: MPV, mesin depan, 4 pintu, 5 penumpang, RWD
Mesin: I-4  DOHC VVT-i 1.8L/ 129 hp @ 5600 rpm/ 174 hp @ 3600 – 4600 rpm
Transmisi: A/T i-AMT 5-kecepatan
0 – 100 km/jam: -
PxLxT: 4780 x 1816 x 1755 mm
Wheelbase: 2750 mm
Kapasitas tangki BBM: 52 liter
Rekomendasi BBM: Ron 92



EKA ZULKARNAIN

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature