TEST DRIVE: Mercedes-Benz C180 (W205), Seberapa 'Mercedes'? (Bag. 2)

TEST DRIVE: Mercedes-Benz C180 (W205), Seberapa 'Mercedes'? (Bag. 2)
JAKARTA, Carvaganza.com - Mobil besar berjantung kecil merupakan rumus kendaraan membosankan. Hal ini membuat varian terendah sering dipersepsikan tidak sanggup berlari, payah, dan sebagainya. Tidak salah kalau ukuran C180 dibilang besar karena definisi kompak sudah berevolusi mengikuti perkembangan zaman. Mesin kecil? Ada benarnya juga secara kubikasi. Kendati begitu, pandangan awam itu selalu terpatahkan ketika langsung mencoba.

Sebagai informasi, sedan entry level Mercedes-Benz ini memiliki dimensi setara E-Class era 90-an akhir. Bandingkan saja, C-Class W205 diukur 4.686 x 2.020 x 1.442 mm (PxLxT). Sementara itu, E-Class W210 mencatatkan 4.818 x 1.798 x 1.417 mm. Sepantaran kan?

Performa di Atas Panggung

Hanya unit empat silinder 1.500 cc, bukan 1.800 cc sesuai nomenklatur, bersembunyi di balik bonnet Mercedes-Benz C180 Avangarde. Jangan dulu berasumsi mesin itu payah. Lihat dulu data spesifikasi, karena turbocharger bantu siapkan pukulan uppercut lumayan kuat. Torsi keluar sejak putaran bawah, tepatnya mulai dari 1.500 rpm dengan kekuatan 250 Nm. Sementara itu, total ekstraksi tenaga dituliskan sebesar 156 hp pada rentang 5.300-6.100 rpm. Dalam skenario kebanyakan mobil di jalan raya, besaran ini lebih dari cukup meski terbilang moderat untuk sebuah jenama kelas kakap.



Enjin empat silinder dikawin girboks otomatis 9-percepatan 9G-Tronic, menyalurkan tenaga ke roda belakang. Seleksi mode Dynamic Select mengatur dinamisme seperti titik perpindahan gigi, respons pedal, dan karakter mesin sesuai keinginan. Mau bersikap sensitif nan agresif atau santai seperti sedang bersandar di kursi malas, atau mungkin mengirit minuman, bisa ia laksanakan.

Yang pasti dalam penggunaan harian paling nyaman menggunakan mode Comfort atau Eco. Tidak ada alasan untuk bersikap agresif – lewat opsi Sport atau Sport+ – di tengah kota selama disiplin mengatur waktu. Jika memang perlu, otak C180 akan memindahkan gigi di putaran lebih tinggi sementara respons pedal membuatnya mudah naik pitam. Kendati begitu, mode Comfort pun menyuguhkan akselerasi cekatan dan tidak linglung sama sekali. Juga tersedia paddle shift andai ingin lebih spesifik memilih gigi untuk berakselerasi.

Grafik tenaga terasa nikmat untuk keliling perkotaan. Dorongan kuat namun lembut keluar sejak pedal dipijak. Peningkatan tenaga cukup linear meski ada sedikit kekosongan di putaran bawah. Minim memang dan nyaris tidak terasa, menggambarkan karakteristik mesin turbo modern. Pandangan boyo pun mudah ia patahkan lantaran tarikan ke 100 kpj kurang dari 9 detik. Diklaim hanya butuh waktu 8,6 detik dengan top speed sekitar 223 kpj. Kendari begitu, ia turut membawa ciri khas mesin empat silinder Mercedes-Benz sejak dahulu. Napasnya kurang ‘plong’ di putaran atas, terdengar harus berusaha walau sebenarnya punya potensi cukup.



Output yang lumayan besar berimbas pada konsumsi bahan bakar. Tidak spesial hanya saja masih masuk akal untuk sebuah unit pengganti 1.800 cc N/A. Bahkan ada usaha meminum seminimal mungkin lewat automatic start/stop engine kala berhenti. Informasi dalam panel instrumen menunjukkan rentang 12-13 kmpl selama mengarungi jalan bebas hambatan. Dalam dinamisme perkotaan – stop and go, akselerasi, idle – angka itu memburuk hingga 8-9 kmpl.

Realita tidak jauh dari catatan pribadi C180. Setelah melaju sejauh 183 km, dibeberkan informasi konsumsi 7,35 kmpl – mayoritas perjalanan terlaksana dalam mode comfort. Dalam perhitungan full-to-full sendiri, sang edan eksekutif kompak entry level ini menghabiskan minuman sebanyak 24,62 liter. Kalau dihitung berarti 7,43 kmpl. Tak selisih jauh bukan? Sebagai catatan, itu merupakan hasil pengujian campuran antara perjalanan tol nan konstan, akselerasi di tengah perkotaan, macet, idle, dan sebagainya.

Sisi Anggun dan Seksi Pembuka Hati

Hati terbuka lebar setelah menghabiskan banyak waktu bersama Mercy C180 ini keliling kota. Bukan karena mesin melainkan settingan suspensi Agility Control. Caranya menerjemahkan kontur jalan terkomposisi rapi. Bantingan lembut tapi tidak terlalu mengompromikan presisi dan postur ketika berbelok. Bahkan tutur kata semakin lemah lembut saat melaju kencang. Terutama di poros belakang, selalu mengayun anggun.

Kemanapun mata memandang, pasti melewati lansekap gunung dan lembah perubahan kontur permukaan interior nan manis. Dari situ baru bisa melihat ke luar. Bukaan kaca tidak serbabesar, tapi tidak juga sempit. Pas? Minimal tidak membuat klaustrofobia meski pilar-pilar tebal agak menghalangi.

Mungkin sebagian merengek kabin C180 terlalu sederhana layaknya taksi. Terutama palang setir karena dikelir hitam serta pengaturan bangku campuran elektris dan manual. Tapi itulah inti dari si ‘Cibo’, melayani jalur perkenalan dunia Mercedes serta mereka yang mencari kesahajaan di tengah hingar-bingar kemampuan canggih. Nuansa hitam dengan aksen perak bakal membuat terasa elegan kemana saja ia dibawa pergi.



Bungkusan elegan dan ayunan suspensi anggun menyimpan sisi seksi: safety. Dalam pandangan saya keselamatan komplet itu seksi, demikian pula seharusnya pola pikir Anda. Airbag jelas eksis, dilengkapi pula Kneebag serta sebagian lain bersembunyi di pilar. Tyre Pressure Monitoring Sensor sudah menjadi standar. Peranti pengereman dan handling? Dijamin komplet karena Electronic Stability Control (ESC) saja hadir.

Tahan dulu, belum selesai. Tanpa kancing sensor bukan berarti alat pendeteksi nihil. Active Braking Assist siap melindungi seluruh penumpang dari kecelakaan. Sistem akan memberikan peringatan jika pengemudi kurang awas terhadap rintangan di depan. Ambil contoh ada mobil berhenti. Kekuatan menjepit piringan otomatis dioptimalkan dengan sendirinya. Bahkan bisa menghentikan total bila pengemudi tidak bereaksi.

Simpulan

Citra sebuah Mercedes tetap dipunya meski menduduki posisi sedan termurah. Andai berekspektasi macam-macam di harga Rp 759 juta (OFR) mungkin banyak opsi lain. Tapi semua itu terbayarkan oleh pengendalian terkomposisi lembut, ‘mainan’ infotainment premium kekinian, serta tak kalah penting adalah prestise merek.

Ia mewakili simplisitas dari nama besar sedan Mercedes Benz modern. Bisa dijadikan hadiah pertama atas capaian prestasi hidup, atau mungkin sebagai penghargaan di masa tua. Tak banyak fitur sekunder berarti minim hal memusingkan di masa mendatang – sepuluh atau mungkin dua puluh tahun lagi. Sekaligus juga memudahkan adaptasi. Andai tertarik, hanya dua pilihan warna ditawarkan yakni Obsidian Black dan Polar White, dipadu kabin hitam Artico Leather.

AHMAD KARIM

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature