Tarif Impor Trump, Senjata Bermata Dua untuk Industri Otomotif Amerika Serikat
Kebijakan Trump berpotensi merugikan pabrikan non-Amerika untuk melanjutkan bisnisnya di Amerika.

WASHINGTON DC, Carvaganza - Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, belum lama ini menerapkan kebijakan tarif impor yang turut berlaku pada industri otomotif. Tujuan utamanya adalah melindungi produsen mobil dalam negeri dan menjaga lapangan kerja warga Amerika. Namun, regulasi ini dalam praktiknya bisa jadi malah berdampak negatif pada perusahaan-perusahaan yang harusnya dilindungi.
KEY TAKEAWAYS
Apa tujuan kebijakan tarif impor mobil yang diterapkan Donald Trump?
Tujuan utama kebijakan tarif impor adalah untuk melindungi produsen mobil dalam negeri AS, menciptakan lapangan kerja, dan mendorong produksi lokal. Namun, kebijakan ini juga membawa dampak negatif pada produsen yang bergantung pada impor untuk pasar AS.Apakah kebijakan tarif ini berpotensi menjadi bumerang bagi industri otomotif Amerika?
Ya, meskipun niat kebijakan tarif untuk melindungi industri dalam negeri, hal ini dapat membuat produsen mobil AS semakin bergantung pada pasar domestik dan mengurangi daya saing global mereka, khususnya jika tarif tinggi berlanjut.Hal ini terlihat dari banyaknya merek domestik Amerika yang nyatanya tidak memproduksi semua modelnya di dalam negeri. Tiga raksasa domestik Detroit yaitu General Motors (GM), Ford, dan Stellantis menjual sekitar 1,85 juta mobil impor di pasar Amerika Serikat pada tahun lalu. Jumlah ini setara dengan 13% dari total penjualan global mereka.
Sebagai perbandingan, tiga produsen besar Jepang yaitu Toyota, Honda dan Nissan menjual 1,53 juta unit di AS. Meskipun jumlahnya mendekati, porsi ini hanya mewakili 9% dari total penjualan global mereka. Produsen Jerman seperti Volkswagen Group, BMW, dan Mercedes-Benz bahkan lebih sedikit lagi, hanya 7% penjualan global berasal dari unit impor ke Amerika.

Melihat data tersebut, artinya produsen mobil AS lebih bergantung pada impor dibanding pesaing utama dari luar. Mereka kerap membawa kendaraan dari fasilitas produksinya di Meksiko, Kanada dan negara lain untuk memenuhi kebutuhan pasar AS. Tantangan lain yang membuat tiga raksasa Detroit semakin riskan datang dari ketergantungan terhadap pasar domestiknya. Produsen Eropa dan Jepang memiliki pasar global yang lebih luas.
Dampak Kebijakan Tarif Impor Trump terhadap Industri Otomotif Global
General Motors menjadi pihak paling rentan terhadap kebijakan ini. Menurut data 2024, GM merupakan salah satu importir kendaraan terbesar ke AS setelah Hyundai-Kia dan Toyota. Besarannya mencapai 18% dari total penjualan global GM. Pabrikan tersebut pun makin terdesak dengan mengerucutnya permintaan global terhadap mereknya.
Baca Juga: BYD Kenalkan Han L dan Tang L, Kecepatan Charging Setara 2 KM/Detik
Cina misalnya, konsumen mulai beralih ke merek lokal. Sementara GM sudah lama kehilangan pangsa pasarnya di Eropa. Akibatnya, Amerika Serikat kini menjadi satu-satunya fokus mereka. Penerapan tarif tentunya bakal mempersulit bisnisnya lantaran harga kendaraan yang berpotensi mengalami kenaikan signifikan.
Lebih lanjut, merek lain sejatinya juga terdampak yang harusnya memaksa mereka untuk menyiapkan strategi dalam menghadapi kebijakan. Mazda pada tahun lalu mengimpor 343.000 unit ke Amerika. Kemudian Subaru lebih ekstrem lagi, 71% dari total penjualannya berasal dari pasar AS.

“Pemberlakuan tarif ini adalah tantangan baru bagi industri otomotif. AS adalah pasar kendaraan terbesar kedua di dunia, dan akan semakin sulit bagi mayoritas produsen non-Cina untuk bertahan di sini,” ucap Felipe Munoz, analis global dari JATO Dynamics.
Munoz menambahkan bahwa Amerika Serikat adalah pasar vital bagi 14 dari 18 produsen mobil global non-Cina. Bagi merek seperti Volkswagen, kontribusi AS terhadap pendapatan global mungkin kecil, tapi keberadaan di pasar ini penting untuk menjaga status sebagai merek global.
Dia juga memperkirakan bahwa dalam waktu dekat, banyak perusahaan seperti Volvo, Hyundai-Kia, Mercedes-Benz, BMW, Stellantis, Toyota, Nissan, Subaru dan GM harus meningkatkan kapasitas produksi di dalam negeri. Pasalnya meninggalkan pasar AS bukan menjadi pilihan mereka.

Mengapa Kebijakan Tarif Impor Trump Bisa Menjadi Pedang Bermata Dua bagi Industri Otomotif?
Berlawanan dari kondisi tersebut, kebijakan baru turut memiliki sisi positif. Ia diharapkan dapat menghadirkan kembali lapangan kerja manufaktur ke wilayah domestik. Regulasi itu pun secara tak langsung menekan produsen untuk mengalihkan investasi dari luar negeri ke negaranya sendiri.
Trump memang ingin mobil yang dijual ke konsumen Amerika diproduksi secara lokal. Jika tarif tetap diberlakukan, para produsen tidak punya pilihan selain menyesuaikan rantai pasok mereka atau menghadapi risiko kehilangan pasar. Namun, hal ini tidak sepenuhnya buruk untuk Kesehatan ekonomi di kondisi tertentu.
Sebagai contoh saat Covid-19 melanda, banyak produsen kesulitan memenuhi permintaan karena tergantung pada suplai dari luar negeri. Dengan produksi lokal, stabilitas pasokan bisa lebih terjamin saat krisis terjadi.
Terlepas dari poin-poin di atas, Amerika Serikat perlu terus mengawasi keberlanjutan kebijakan tersebut. Meskipun niat di baliknya sangat baik bagi Amerika Serikat, tapi bisa saja menjadi petaka besar.
(MUHAMMAD HAFID / WH)
Baca Juga: BMW Skytop Versi Produksi Dipersiapkan, Kegep Dites di Nurburgring
Sumber: Carscoops
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature