TWTW: Henry Royce, Started from Nothing

SIAPA sih yang tak kenal Rolls-Royce? Hampir semua orang tahu bahwa itu merupakan brand mobil ultra-premium yang digunakan para bangsawan dan the haves. Tapi kehidupan awal salah satu pendirinya, Henry Royce, jauh dari glamor. Royce lahir 155 tahun lalu, tepatnya 27 Maret 1863, di Huntingdonshire-Inggris. Keluarganya punya usaha penggilingan tepung tapi gagal sehingga mereka memutuskan untuk pindah ke London.
Ketika Royce berumur 9 tahun, ayahnya meninggal. Mau tak mau, ia harus membantu perekonomian keluarganya. Alhasil Royce berhenti dari sekolah – ia hanya mengenyam setahun pendidikan formal – untuk menjadi penjual surat kabar dan pengirim telegram.
Di usia ke-15, ia mendapat bantuan keuangan dari salah satu keluarganya sehingga bisa magang di perusahaan rel kereta api, Great Northern Railway, di Peterborough. Tapi uang itu hanya bertahan selama tiga tahun. Lagi-lagi Royce harus pindah, kali ini ke Liverpool dan bekerja di Electric Light and Power Company untuk menggarap penerangan teater dan jalan raya.
Dua tahun kemudian, hanya bermodalkan tabungan £20 plus uang teman sekaligus partnernya, Ernest Claremont, sebesar £50, mereka mendirikan perusahaan perseroan terbatas bernama F H Royce & Company yang bekerja di bidang pemasangan listrik domestik. Perusahaan itu berkembang dan menjadi Royce Ltd. Mereka mulai membuat dinamo dan sistem kelistrikan untuk alat berat crane. Minat Royce terhadap segala hal yang berbau mekanik semakin besar dan fokus ke mobil.
Penjualan Royce Ltd menurun setelah Perang Boer Kedua karena adanya persaingan ketat dari Jerman dan Amerika Serikat. Royce mulai berpikir untuk beralih ke produksi mobil. Apalagi setelah ia membeli DeDion dan Decauville dan menemukan bahwa dua mobil asal Prancis itu tak memenuhi standarnya yang tinggi.

Royce memang selalu memegang motto hidupnya, “Whatever is rightly done, however humble, is noble.” Maka ia membangun tiga unit mobil sendiri di salah satu sudut workshop pabriknya. Ia menamakannya dengan Royce dan membekalinya dengan mesin dua silinder. Satu unit diberikan ke rekannya, Claremont, sedangkan satu lagi ke salah satu direktur perusahaannya, Henry Edmunds.
Nasib membawanya ke Charles Rolls yang ternyata teman Edmunds. Rolls yang memiliki showroom mobil-mobil import tertarik dengan mobil Royce. Pada 1904, ia setuju untuk menjual semua mobil yang dibuat Royce dengan logo Rolls-Royce. Baru pada 1906, keduanya melegalkan kerjasama mereka dengan membangun perusahaan bernama Rolls-Royce Ltd. Berbekal keahlian engineering Royce dan dana plus otak bisnis Rolls, perusahaan itu terus berkembang sampai sekarang.
MIRAH PERTIWI
Ketika Royce berumur 9 tahun, ayahnya meninggal. Mau tak mau, ia harus membantu perekonomian keluarganya. Alhasil Royce berhenti dari sekolah – ia hanya mengenyam setahun pendidikan formal – untuk menjadi penjual surat kabar dan pengirim telegram.
Di usia ke-15, ia mendapat bantuan keuangan dari salah satu keluarganya sehingga bisa magang di perusahaan rel kereta api, Great Northern Railway, di Peterborough. Tapi uang itu hanya bertahan selama tiga tahun. Lagi-lagi Royce harus pindah, kali ini ke Liverpool dan bekerja di Electric Light and Power Company untuk menggarap penerangan teater dan jalan raya.
“Kehidupan awal Henry Royce jauh dari glamor, ia memulai kariernya sebagai penjual koran dan pengirim telegram.”
Dua tahun kemudian, hanya bermodalkan tabungan £20 plus uang teman sekaligus partnernya, Ernest Claremont, sebesar £50, mereka mendirikan perusahaan perseroan terbatas bernama F H Royce & Company yang bekerja di bidang pemasangan listrik domestik. Perusahaan itu berkembang dan menjadi Royce Ltd. Mereka mulai membuat dinamo dan sistem kelistrikan untuk alat berat crane. Minat Royce terhadap segala hal yang berbau mekanik semakin besar dan fokus ke mobil.
Penjualan Royce Ltd menurun setelah Perang Boer Kedua karena adanya persaingan ketat dari Jerman dan Amerika Serikat. Royce mulai berpikir untuk beralih ke produksi mobil. Apalagi setelah ia membeli DeDion dan Decauville dan menemukan bahwa dua mobil asal Prancis itu tak memenuhi standarnya yang tinggi.

Royce memang selalu memegang motto hidupnya, “Whatever is rightly done, however humble, is noble.” Maka ia membangun tiga unit mobil sendiri di salah satu sudut workshop pabriknya. Ia menamakannya dengan Royce dan membekalinya dengan mesin dua silinder. Satu unit diberikan ke rekannya, Claremont, sedangkan satu lagi ke salah satu direktur perusahaannya, Henry Edmunds.
Nasib membawanya ke Charles Rolls yang ternyata teman Edmunds. Rolls yang memiliki showroom mobil-mobil import tertarik dengan mobil Royce. Pada 1904, ia setuju untuk menjual semua mobil yang dibuat Royce dengan logo Rolls-Royce. Baru pada 1906, keduanya melegalkan kerjasama mereka dengan membangun perusahaan bernama Rolls-Royce Ltd. Berbekal keahlian engineering Royce dan dana plus otak bisnis Rolls, perusahaan itu terus berkembang sampai sekarang.
MIRAH PERTIWI
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature