TEST DRIVE: Mencoba Ferrari 812 Competizione Langsung di Sirkuit Fiorano (Bagian 2)

  • 2021/12/67B9547.jpg
  • 2021/12/812_Competizione_front_tracking_8.jpg
  • 2021/12/812_Competizione_rear_tracking_20.jpg
  • 2021/12/812_Competizione_statics-details_11.jpg
  • 2021/12/812_Competizione_statics-details_20.jpg
  • 2021/12/812_Competizione_statics-details_34.jpg
  • 2021/12/812_Competizione_statics-details_35.jpg
  • 2021/12/812_Competizione_statics-details_47.jpg
  • 2021/12/812_Competizione_statics-details_49.jpg

MARANELLO, Carvaganza – Setelah mendapat pendalaman materi tentang teknologi Ferrari 812 Competizione, tibalah waktunya untuk mengendarai supercar tersebut. Jurnalis yang diperbolehkan masuk ke Fiorano tidak boleh secara serempak masuk. Hanya diperbolehkan satu per satu.

Maka tibalah giliran saya. Kami mendapat kesempatan empat lap untuk beradaptasi dengan mobil, mengikuti pace car yang dikemudikan test driver Ferrari. Baru setelah itu diberi kesempatan 4 hot lap untuk memacu mobil sampai titik maksimal. Tapi sayang, baru selesai 4 lap adaptasi, turun hujan.

Awalnya mengecewakan, tapi ternyata ada hikmahnya karena di lintasan kering, grip ban Pirelli Corsa betul-betul menggigit sehingga sulit membedakan mana yang betul-betul murni skill mengemudi kita dan mana yang dibantu oleh sistem elektronik. Kerja sistem komputernya begitu halus sehingga pengemudi merasa dimanjakan.

Bisa memacu supercar penggerak roda belakang bertenaga 830 PS semaksimal mungkin mengelilingi sirkuit balap merupakan pengalaman luar biasa. Tanpa hardware baru seperti sistem kemudi roda belakang independen yang baru dan sistem elektronik dari Side Slip Control (SSC) 7.0, 400 PS menjadi tenaga maksimal yang bisa dihandle oleh sistem penggerak roda belakang (RWD). Luar biasa, kami bisa berlari maksimal 830 PS dalam kondisi masih hidup dan bisa menceritakan kisah test drive ini kepada pembaca.

Ferrari 812 Competizione

Yang ingin dipersembahkan pabrikan dari 812 Competizione adalah memberikan kesempatan kepada konsumen untuk memanfaatkan potensi tenaga 830 PS semaksimal mungkin. Ferrari 812 Competizione bak jelmaan monster.

Pada hujan pertama, kondisi trek betul-betul tidak menguntungkan. Saya sedang dalam mode pengendaraan Race. Saya jadi tidak bisa mendengar instruksi dari pengemudi pace car karena jeritan mesin 9500 rpm di dalam kabin sama bisingnya dengan di luar. Saya berusaha keras mengimbangi kecepatan pace car yang akhirnya lama kelamaan saya tertinggal cukup jauh dari mereka.

Sekarang saya jadi tahu perbedaan antara menjadi penonton orkesta dan pemain orchestra. Sama-sama memabukkan ketika merasakan gelombang kejut yang keras dari bagian belakang ketika 812 Competizione melesat kencang. Saya harus akui sulit mendengarkan soundtrack dari bagian belakang sambil mencoba mengimbangi kecepatan mobil depan di atas trek yang diguyur hujan pada temperatur 7 derajat Celcius.

Ketika hujan mulai reda, mobil mulai bisa mendapatkan grip. Saya mulai menjadi tambah peka terhadap sistem elektronik yang berfungsi membantu pengendara. Saya bisa merasakan betapa brutalnya tenaga supercar ini, karena hampir sepanjang lap, saya menggunakan Race Mode. Setelah memacu tinggi, pengereman menjadi PR tersendiri dan membutuhkan effort yang besar. Bagian belakang mobil jadi sering ‘belanja’ (menyamping) padahal sedang tidak menikung. Dalam kondisi seperti ini, kita betul-betul membutuhkan sistem stabilitas yang mumpuni agar mobil bisa dikendalikan secara penuh.

Ferrari 812 Competizione

Sistem SSC 7.0 dilengkapi banyak sekali driving assist. Misalnya, kontrol traksi, pengendali rem, suspensi magna-ride dan e-differential. Bahkan untuk pertama kalinya, Ferrari menambahkan sistem kemudi roda belakang yang pengaktifannya tidak lagi sinkronos. Justru bisa mengarahkan roda belakang kiri dan roda belakang kanan secara sendiri-sendiri.

Nah kapan elemen itu berfungsi? Kita bisa betul-betul merasakan kegunaannya pada saat melewati tikungan S. Pada tikungan seperti ini, perubahan arah kemudi berlangsung sangat cepat karena pada saat roda belakang di arahkan ke satu sisi, dia harus dengan cepat beralih ke sisi yang lain. Beban pun dengan cepat beralih. Yang dilakukan oleh sistem ini adalah memindahkan beban ke ban yang lebih enteng ketika terjadi perubahan arah. Dengan demikian, pembalap semakin percaya diri ketika terjadi peralihan arah karena mobil lebih stabil.

Sistem kemudi roda belakang jadi seperti memendekkan wheelbase dan dengan cepat menggabungkan respon kemudi depan dengan reaksi kemudi belakang sehingga mobil menjadi terasa seperti utuh. Respon mobil pun menjadi semakin tajam.

Interior Ferrari 812 Competizione

Wet Mode, Race Mode dan Sport Mode

Kami beruntung mendapatkan tiga tambahan hot lap lagi di akhir sesi. Kali ini saya memutuskan untuk menggunakan mode pengendaraan Wet dan Sport dalam kondisi hujan. Wet mode adalah mode yang paling efektif untuk mengendalikan mobil di jalanan basah, bukan di trek. Tapi kalau dipakai di trek, Wet Mode menjadi kurang menyenangkan karena terlalu membatasi reaksi pengemudi.

Mode Sport menjadi mode yang lebih menyenangkan karena mobil kadang-kadang terasa slip dan sliding. Meskipun hujan, saya bisa dengan mudah menjinakkan mobil dan mengikuti racing line dibandingkan dengan mode Race. Saya tidak perlu banyak mengoreksi setir dan dihantui ketakutan mobil keluar trek. Namun saya belum yakin apakah Mode Sport ini bisa berguna secara efisien di jalan raya yang diguyur hujan atau tidak. Tapi saya sudah membuktikannya di atas trek Fiorano.

Bagaimana dalam kondisi kering? Menurut Ferrari, test driver mereka bisa melalap satu lap Fiorano dalam waktu 1 menit, 20 detik. Lebih kencang 1,5 detik dari 812 Superfast dan dua detik lebih kencang dari F12 TDF. Memang enggak banyak, tapi untuk mendapatkan waktu yang begitu tipis dari supercar Ferrari yang dicoba oleh test driver profesional tidak gampang. Hanya orang-orang profesional yang bisa mencari selisih waktu yang begitu tipis.

Ferrari 812 Competizione

Bagi saya, sulit membayangkan bagaimana nasib mesin V12 di masa depan nanti. Apakah Ia bisa bertahan atau tidak. Yang pasti, Ia tidak akan menjadi mesin naturally aspirated yang berdiri sendiri. Kalau kita melihat apa yang terjadi pada mesin V8 Ferrari, jeritan khas mesinnya akan hilang ketika menggunakan turbocharger. Nah bisa jadi mesin hybrid akan tetap menjaga naturally aspirated tetap ada, tapi kan baru spekulasi. Jadi jangan heran, meskipun pandemic COVID-19, 999 unit 812 Competizione dan 599 unit Aperta sudah habis terjual. Mungkinkah ini menjadi babak penutup era keemasan otomotif? Hidup V12. (Tamat) – ANDRE LAM

Alih Bahasa: Eka Zulkarnain Foto: Roberto Carrer

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature