Renault Kwid Climber Pakai Transmisi Putar, Apakah Aman?
JAKARTA, Carvaganza.com – Maxindo Renult Indoensia baru saja memperkenalkan model terbaru Kwid Climber. Selain tampilan wajahnya yang beda dengan gaya SUV kotanya, mobilnya ini punya fitur menarik. Jika Anda masuk ke kabin Renault Kwid Climber, Anda tidak akan menemukan tuas transmisi. Ia dibekali transmisi Automated Manual Transmission (AMT) dengan cara pengoperasian berbeda. Tanpa batang selektor seperti mobil otomatis pada umumnya, pemilihan gigi dilakukan lewat kenop putar.
Biasanya mobil menggunakan tuas, tinggal geser ke posisi yang kita inginkan D R N atau P. Ada juga yang model pencet seperti tombol. Atau saya pernah mencoba transmisi seperti tuas di bawah kemudi, seperti wiper atau lampu sein.
Nah untuk Kwid Climber, cara mengatur transmisi otomatis ini beda. Berbentuk bak kontrol AC namun terletak di konsol tengah di antara pengemudi dan penumpang depan. Posisi tengah adalah netral, lalu putar ke kanan untuk memilih D agar dapat melaju. Jika ingin mundur, putar ke kiri dari netral. Tak lazim bukan?
Hal ini tenunya menimbulkan pertanyaan plus kekhawatiran. Bagaimana ketika mengemudi didampingi anak-anak, mereka bisa saja ‘ngoprek’ kenop dan tombol di sekitar. Bukan tidak mungkin selektor ini dijadikan sasaran. Bentuknya tidak mencirikan tuas girboks. Mengkhawatirkan karena ketika mobil melaju dan transmisi tiba-tiba dipaksa mundur akan berakibat fatal. Minimal merusak girboks kalau tidak celaka.
Namun kondisi ini tentu sudah menjadi pertimbangan desain Climber sejak awal. Sabung, After Sales Director Maxindo Renault Indonesia, mengakui pertanyaan yang sama juga muncul ketika pertama kali melihat model transmisi ini. Namun kemudian dijelaskan bahwa kenop transmisi ini telah dilengkapi beberapa safety features. “Pada saat lagi jalan di kecepatan tertentu itu ketika diputar (kenop transmisi), secara sistem tidak akan mengirimkan pesan ke transmisi sehingga tidak ada gangguan apa-apa,” jelasnya. “Jadi meski diputar dia tidak akan berpindah transmisi.”
Baca juga: REVIEW: Renault Kwid Climber, Compact Car Berwajah SUV
Terdapat fitur safety lain pada tuas selektor guna memastikan keselamatan saat pengoperasian. Dijelaskan ketika mesin menyala dan kondisi pintu dalam keadaan terbuka, tuas transmisi tidak akan beroperasi. Dalam arti girboks akan tetap dalam posisi netral meski, misalnya, diposisikan ke D. Baru kemudian ketika tertutup rapat, mobil dapat melaju. Cukup bermanfaat bagi mereka yang masih awam dengan kontrol seperti ini, apalagi Kwid Climber bermain di tingkatan entry level roda empat.
Girboks AMT Climber ini juga dilengkapi kemampuan menjaga keawetan komponen. Kalau di mobil manual biasa, pelat kopling akan terus bekerja ketika berhenti dan tuas tidak dinetralkan. Keadaan ini jelas akan memakan pelat kopling dan membuatnya cepat aus.
Baca juga: Renault Triber Siap Delivery ke Konsumen, Ini Harga Resminya
Sabung mengatakan cara kerja transmisi manual yang diotomatiskan ini tidak demikian. “Ternyata begitu di lampu merah dan menginjak rem, secara otomatis koplingnya disengage, sehingga kopling tidak termakan,” cerita Sabung.
Begitulah fitur keselamatan pada AMT milik Renault Kwid Climber. Disematkan fitur ‘foolproof’ agar pengguna dapat beradaptasi tanpa masalah. AMT ini sendiri bertugas sebagai penyalur daya mesin imut urban SUV Renault. Hanya tiga silinder berkapasitas 1.000 cc, menghasilkan output 68 PS pada putaran 5.500 rpm diikuti torsi puncak 91 Nm di 4.250 rpm.
Harga menjadi poin menarik menarik karena Kwid dibanderol di bawah Rp 200 jutaan. Untuk Kwid MT dibanderol Rp 149,9 juta (OTR DKI Jakarta) dan Climber AMT Rp 158,9 juta. Harga segitu menempatkannya bersaing ketat dengan model LCGC seperti Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. Meski secara spesifikasi bisa disandingkan dengan Suzuki Ignis.
Baca juga OTO: Renault Kwid Climber Punya Selektor Transmisi Tidak Lazim, Seberapa Aman?
AHMAD KARIM | RAJU FEBRIAN
Biasanya mobil menggunakan tuas, tinggal geser ke posisi yang kita inginkan D R N atau P. Ada juga yang model pencet seperti tombol. Atau saya pernah mencoba transmisi seperti tuas di bawah kemudi, seperti wiper atau lampu sein.
Nah untuk Kwid Climber, cara mengatur transmisi otomatis ini beda. Berbentuk bak kontrol AC namun terletak di konsol tengah di antara pengemudi dan penumpang depan. Posisi tengah adalah netral, lalu putar ke kanan untuk memilih D agar dapat melaju. Jika ingin mundur, putar ke kiri dari netral. Tak lazim bukan?
Hal ini tenunya menimbulkan pertanyaan plus kekhawatiran. Bagaimana ketika mengemudi didampingi anak-anak, mereka bisa saja ‘ngoprek’ kenop dan tombol di sekitar. Bukan tidak mungkin selektor ini dijadikan sasaran. Bentuknya tidak mencirikan tuas girboks. Mengkhawatirkan karena ketika mobil melaju dan transmisi tiba-tiba dipaksa mundur akan berakibat fatal. Minimal merusak girboks kalau tidak celaka.
Namun kondisi ini tentu sudah menjadi pertimbangan desain Climber sejak awal. Sabung, After Sales Director Maxindo Renault Indonesia, mengakui pertanyaan yang sama juga muncul ketika pertama kali melihat model transmisi ini. Namun kemudian dijelaskan bahwa kenop transmisi ini telah dilengkapi beberapa safety features. “Pada saat lagi jalan di kecepatan tertentu itu ketika diputar (kenop transmisi), secara sistem tidak akan mengirimkan pesan ke transmisi sehingga tidak ada gangguan apa-apa,” jelasnya. “Jadi meski diputar dia tidak akan berpindah transmisi.”
Baca juga: REVIEW: Renault Kwid Climber, Compact Car Berwajah SUV
Safety
Terdapat fitur safety lain pada tuas selektor guna memastikan keselamatan saat pengoperasian. Dijelaskan ketika mesin menyala dan kondisi pintu dalam keadaan terbuka, tuas transmisi tidak akan beroperasi. Dalam arti girboks akan tetap dalam posisi netral meski, misalnya, diposisikan ke D. Baru kemudian ketika tertutup rapat, mobil dapat melaju. Cukup bermanfaat bagi mereka yang masih awam dengan kontrol seperti ini, apalagi Kwid Climber bermain di tingkatan entry level roda empat.
Girboks AMT Climber ini juga dilengkapi kemampuan menjaga keawetan komponen. Kalau di mobil manual biasa, pelat kopling akan terus bekerja ketika berhenti dan tuas tidak dinetralkan. Keadaan ini jelas akan memakan pelat kopling dan membuatnya cepat aus.
Baca juga: Renault Triber Siap Delivery ke Konsumen, Ini Harga Resminya
Sabung mengatakan cara kerja transmisi manual yang diotomatiskan ini tidak demikian. “Ternyata begitu di lampu merah dan menginjak rem, secara otomatis koplingnya disengage, sehingga kopling tidak termakan,” cerita Sabung.
Begitulah fitur keselamatan pada AMT milik Renault Kwid Climber. Disematkan fitur ‘foolproof’ agar pengguna dapat beradaptasi tanpa masalah. AMT ini sendiri bertugas sebagai penyalur daya mesin imut urban SUV Renault. Hanya tiga silinder berkapasitas 1.000 cc, menghasilkan output 68 PS pada putaran 5.500 rpm diikuti torsi puncak 91 Nm di 4.250 rpm.
Harga menjadi poin menarik menarik karena Kwid dibanderol di bawah Rp 200 jutaan. Untuk Kwid MT dibanderol Rp 149,9 juta (OTR DKI Jakarta) dan Climber AMT Rp 158,9 juta. Harga segitu menempatkannya bersaing ketat dengan model LCGC seperti Toyota Agya dan Daihatsu Ayla. Meski secara spesifikasi bisa disandingkan dengan Suzuki Ignis.
Baca juga OTO: Renault Kwid Climber Punya Selektor Transmisi Tidak Lazim, Seberapa Aman?
AHMAD KARIM | RAJU FEBRIAN
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature