Menjajal Mazda i-Activ AWD di Salju Hokkaido

SAPPORO, 8 Maret 2018 – Mazda Motor Corporation (MMC) “pamer” i-Active AWD kepada jurnalis dari berbagai negara ASEAN yang mengikuti Mazda ASEAN Media Forum 2018 Winter yang berlangsung pada 5-7 Maret 2018 di Sapporo, Jepang. Tak sekadar pamer, MMC juga mengajak para jurnalis untuk merasakan sendiri perbedaan antara mobil Mazda dengan dan tanpa i-Activ AWD.

Teknologi i-Activ AWD merupakan sistem yang mengatur distribusi torsi ke roda depan dan belakang sesuai kebutuhan. Besarnya tergantung dari roda mana yang membutuhkan traksi lebih banyak. Roda depan bisa mendapatkan torsi maksimal 99%, sedangkan roda belakang maksimal 50%.

Untuk mejajal teknologi seperti ini, tentunya akan lebih terasa di trek yang ekstrem. Itulah sebabnya MMC membawa para jurnalis ke Kenbuchi, salah satu kota di Hokkaido, Jepang saat musim dingin. Tempat ini merupakan proving ground Mazda untuk menguji performa mobil dalam suhu rendah sehingga hanya digunakan ketika musim dingin.

Kenbuchi proving ground terletak di bagian utara Jepang sehingga suhunya rendah. Pada hari pengujian yaitu Senin, 5 Maret 2018 kemarin, suhu mencapai -7 derajat Celcius dan permukaan trek dipenuhi salju tebal. Sehari sebelumnya sempat hujan sehingga permukaan jalan lebih lincin lagi.



Awalnya kami mencoba Mazda3 Sports dengan penggerak roda depan (FWD). Mobil ini bermesin diesel dengan kapasitas 1.5 L yang mampu menghasilkan tenaga maksimal 103 hp pada 4.000 rpm dan torsi 270 Nm pada putaran 1.600-2.500 rpm. Transmisinya menggunakan 6-kecepatan SkyActiv-Drive.

Berhubung belum pernah mengemudikan mobil di atas permukaan salju, saya hanya sedikit menekan pedal gas di lap pertama. Benar saja, mobil sulit dikendalikan. Roda belakang terus-menerus menggelincir sehingga saya tak henti mengkoreksi setir. Pada lap kedua dan seterusnya, saya sedikit lebih agresif. Dari kondisi diam, saya injak pedal gas lebih dalam. Suara mesin terdengar menderu. Meski torsi maksimal tersedia dalam putaran rendah, mobil tak langsung maju karena roda berputar di tempat akibat permukaan salju yang licin. Sliding pada roda belakang lebih terasa lagi ketika saya membuat mobil meliuk di antara cone. Pengereman pun perlu perhitungan karena mobil tak langsung berhenti.

Pada sesi berikutnya, kami mengemudikan Mazda3 Sedan dengan penggerak all-wheel drive (AWD). Mobil ini juga menggunakan mesin diesel berkapasitas 2.2 L dengan tenaga 173 hp pada 4.500 rpm dan torsi 420 hp di 2.000 rpm. Ia dilengkapi transmisi otomatis 6-kecepatan SkyActiv-Drive. Sebagai sebuah mobil Mazda AWD, tentunya ia juga dibekali fitur terbaru i-Activ AWD.



Tenaga dan torsi Mazda3 Sedan yang lebih besar tentunya lebih berpotensi akan terjadinya sliding. Maka pada lap pertama, saya berhati-hati. Tapi percaya diri saya meningkat begitu menyadari kalau i-Activ AWD bekerja dengan baik. Mobil menjadi lebih stabil dan saya hampir tak melakukan koreksi setir. Bagian belakang mobil mengikuti input setir saya. Alhasil di dua lap berikutnya, saya menambah tekanan pedal gas dan semakin agresif.

Secanggih apa pun sebuah teknologi, tentu ada batasnya. Fakta bahwa lebih dari 90% kecelakaan lalu lintas di dunia disebabkan oleh human error memberi kita pelajaran bahwa tak ada ruang untuk bertindak sembarangan. Maka begitu merasakan roda belakang tergelincir, saya langsung mengurangi akselerasi dan menginjak pedal rem dengan lembut. Mobil kembali stabil dan saya berhenti di garis finis.

Sistem i-Active AWD sangat efektif di atas salju yang sangat licin. Tapi bukan berarti fitur itu tak berguna di Indonesia dengan iklim tropis. Mengingat curah hujan cukup tinggi dan banyaknya genangan air yang dapat membuat mobil tergelincir, sistem ini dapat membantu meningkatkan safety bagi pengemudi di tanah air.

MIRAH PERTIWI (SAPPORO, JEPANG)