Mapping Car Brands, It’s a Small World After All

Mapping Car Brands, It’s a Small World After All
THE world is shrinking, not physically of course. Tapi dengan kemajuan teknologi dan komunikasi yang semakin pesat, dunia semakin terkoneksi kuat dari segala sisi termasuk bisnis. Batasan-batasan jarak atau bahkan negara tak lagi menjadi penghalang besar. Semuanya saling mempengaruhi dan terhubung.

Hal ini mungkin tak terpikirkan oleh Karl Benz ketika pertama kali menciptakan mobil pada 1885. Dan mungkin juga tak terbersit di pikirannya bahwa bertahun-tahun kemudian muncul lebih dari 160 brand mobil di dunia. Dan menariknya, sepertiganya dimiliki 14 perusahaan dari berbagai negara (berdasarkan abjad): BMW Group, Daimler AG, Fiat Chrysler Automobiles, Ford Motor Company, General Motors, Honda Motor Company, Hyundai Group, PSA Group, Renault Group, Tata Group, Toyota Motor Corporation, Volkswagen AG, Zhejiang Geely Holding Group.

The world does shrink. Kendala jarak sudah semakin melebur. Ke-14 perusahaan tersebut tak hanya merangkul brand mobil dari negaranya, tapi juga negara lain. Lihat saja Volkswagen AG atau dikenal sebagai Volkswagen Group. Perusahaan asal Jerman tersebut menguasai delapan passenger car brands yang berasal dari enam negara, tiga di antaranya dari tanah airnya sendiri (Porsche, Volkswagen dan Audi). Porsche memang sudah punya kedekatan dengan Volkswagen Group dari awal ketika Ferdinand Porsche mendesain Beetle pertama. Sedangkan Audi merupakan hasil dari salah perhitungan pemilik sebelumnya, Daimler-Benz.

Volkswagen Group juga tercatat sebagai pemilik Lamborghini, perusahaan asal Iitalia yang sebelumnya sempat dikuasai Prancis (Mimran) kemudian Malaysia (Mycom Setdco) dan Indonesia (V’Power Corporation). Kisah Bugatti tak kalah unik. Didirikan oleh Ettore Bugatti – pria asal Prancis yang lahir di Italia dan punya ikatan kuat dengan Milan – manufaktur ini sempat dijual ke Hispano-Suiza, perusahaan Spanyol sebelum akhirnya dimiliki Volkswagen AG. Brand lain yang juga berada di bawah Volkswagen AG adalah Bentley (Inggris), Skoda (Ceko) dan Seat (Spanyol).



Jika hampir 40% brand yang dimiliki Volkswagen AG berasal dari negaranya sendiri, beda lagi dengan BMW Group. Perusahaan asal Jerman ini menguasai brand BMW (tentu saja), Rolls-Royce dan Mini. Dengan kata lain, semua brand yang diakuisisi berasal dari Inggris. Meski begitu, bukan berarti Volkswagen AG dan BMW Group tak pernah berpapasan dalam perjalanan bisnisnya. Perebutan Rolls-Royce sempat menimbulkan ketegangan di antara keduanya. Pada 1998, BMW Group tak mampu mengungguli tawaran Volkswagen AG untuk mendapatkan Rolls-Royce Motors. Tapi sebagai penyedia mesin dan komponen mobil super mewah tersebut, BMW di atas angin. Setelah usaha negosiasi dan setengah mengancam akan menghentikan pasokan mesin, Volkswagen menyerahkan kepemilikannya pada 2003.

Kepemilikan lintas negara juga dilakukan General Motors. Saat ini perusahaan asal Amerika Serikat itu membawahi tujuh brand mobil penumpang setelah melepas Opel dan Vauxhall ke PSA Group – perusahaan asal Prancis yang kini menaungi lima merek mobil penumpang – pada akhir 2017 karena masalah finansial. Tiga dari brand yang dipertahankan merupakan merek asing: Holden, Baojun dan Wuling. Satu dari Australia dan dua dari Cina. Fakta ini menarik mengingat latar belakang General Motors sebagai perusahaan yang sempat dimiliki negara selama empat tahun (2009-2013) dan hubungan bilateral US dan Cina yang kian memanas di era Presiden Donald Trump.



Ke-13 perusahaan yang menguasai sepertiga dari seluruh brand mobil di dunia mayoritas berasal dari Amerika, Jepang dan Eropa. Hal ini wajar saja mengingat negara-negara tersebut memang sudah memproduksi kendaraan sejak lama. Itulah yang membuat dua nama terlihat menonjol di antara ke-13 daftar tersebut: Tata Motor Company dan Zhejiang Geely Holding Group.

Tata Motor Company merupakan perusahaan asal India yang namanya mulai populer di dunia passenger car ketika memperkenalkan Tata Nano, mobil termurah di dunia, pada 2008. Mungkin jika jadi dipasarkan di Indonesia, Nano sepertinya akan disejajarkan dengan LCGC (Low Cost Green Car). Tapi tak seorang pun yang akan menyetarakan Jaguar dan Land Rover, brand Inggris, dengan LCGC. Padahal di tahun yang sama dengan peluncuran Nano, Tata Motor Company membeli penuh Jaguar Land Rover Automotive dari Ford Motor Company – perusahaan asal Amerika Serikat – dengan harga US$2,3 milyar.



Ford juga melepas Volvo Cars ke Zhejiang Geely Holding Group pada 2010, setahun setelah mereka membelinya dari AB Volvo. Ekspansi perusahaan asal Cina tersebut tak berhenti di sini. Pada pertengahan 2017, mereka membeli 49,9% saham Proton (Malaysia) dan 51% saham Lotus (Inggris) dari DRB-Hicom Berhad, perusahaan asal Malaysia. Strategi ini dilakukan agar dapat semakin mudah merambah pasar ASEAN meski di Indonesia sendiri, penjualan brand Geely memprihatinkan.

Tak semua perusahaan mobil menaungi merek asing seperti Hyundai (Hyundai dan Kia) dan Toyota (Toyota, Lexus, Daihatsu dan Subaru) meski mereka juga memproduksi dan memasarkan produknya di negara lain. Dan beberapa memutuskan untuk bekerja sama dengan brand lain tanpa memiliki saham mayoritasnya. Apa pun itu, kini sepertinya hampir mustahil mengisolasi diri dari terpaan luar. Jadi pilihan logisnya adalah menerima kenyataan bahwa dunia ini tak sebesar yang kita duga.



MIRAH PERTIWI

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature