Kemenperin Incar Investasi Manufaktur Termasuk Otomotif Rp 323,56 Triliun Tahun Depan

JAKARTA, Carvaganza -- Membaiknya kondisi perekonomian di penghujung tahun 2020 membuat Kementerian Perindustrian optimistis memang tahun depan. Kemenmperin membidik kenaikan investasi sktor industri manufakur hingga mencapai Rp 323,56 triliun pada 2021 mendatang. Optimisme ini didukung dengan upaya pemerintah mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional termasuk didalamnya sektor otomotif.
“Investasi diperkirakan menjadi faktor penggerak pertumbuhan sektor industri di tahun 2021,” kata Menteri Perindustran Agus Gumiwang Kartasasmita pada Konferensi Pers Akhir Tahun 2020 yang dilansir Kemenperin.
Agus menyebut, beberapa sektor yang masih jadi primadona para investor untuk menyuntik modal pada tahun depan. Antara lain industri logam dasar, otomotif, serta elektronik. Kemenperin mencatat. Sepanjang Januari-September 2020, sektor industri menggelontorkan dananya di Indonesia mencapai Rp 201,9 triliun. Atau berkontribusi 33 persen dari total nilai investasi nasional sebesar Rp 611,6 triliun. Penanaman dana di sektor industri pada sembilan bulan ini meningkat 37 persen. Tepatnya bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2019 sekitar Rp 147,3 triliun.
Subsektor yang memberikan kontribusi besar terhadap capaian investasi itu diantaranya adalah industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya. Kemudian industri kendaraan bermotor dan alat transportasi, serta mineral non-logam. Menperin mengatakan selama ini investasi sektor industri membawa dampak yang luas bagi perekonomian nasional. Salah satunya melalui penyerapan tenaga kerja. Hingga Agustus 2020, jumlah di sektor industri sebanyak 17,48 juta pekerja. Kalau dilihat kumulatif, itu menyumbang 13,61 persen dari total tenaga kerja nasional.
UU Cipta Kerja
Menperin mengklaim, diterbitkannya Undang-Undang Cipta Kerja dan adanya komitmen pemerintah untuk segera menyelesaikan aturan turunannya. Bakal membangun ekosistem iklim investasi kondusif. Juga menjadi daya tarik bagi para investor. Contohnya, investasi baru di sektor otomotif yang tengah berjalan atau on progress. Yakni pembangunan pabrik Hyundai Motor Corporation sebesar Rp 21,8 triliun. “Mereka siap memproduksi battery electric vehicle (BEV) pada 2023. Selanjutnya, investasi PT ABC untuk membangun pabrik cell battery senilai Rp 207,5 miliar dengan kapasitas maksimal sebesar 25 juta pcs per tahun,” ungkapnya. Di samping itu, terdapat rencana relokasi beberapa pabrik dari Cina, yang jadi salah satu destinasi investasi pasca-pandemi Covid-19. “Oleh karena itu, kami terus berkoordinasi dengan kementerian dan lembaga terkait. Kemudian mencari jalan keluar bagi permasalahan yang bersifat strategis agar bisa mendorong kinerja pertumbuhan sektor industri. Baik jangka pendek maupun jangka menengah dan panjang. Kami juga mempercepat program substitusi impor yang ditargetkan mencapai 35 persen pada akhir 2022,” Agus mengimbuhi.