Kami di Atas Lexus, BMW Maupun Mercedes-Benz!

JAKARTA, Carvaganza.com - Pada awal Februari kemarin, PT Eurokars Artha Utama (EAU) sebagai APM Porsche di Indonesia, memperkenalkan managing director yang baru. Jason Broome. Ia menggantikan Christoph Choi, yang kembali ke Jerman untuk mengembang tugas baru dari Stuttgart.
Ia baru saja ditunjuk menukangi Porsche di Indonesia. Broome adalah pria kelahiran Inggris yang telah 20 tahun bekerja di kawasan Asia. Sebelum mendarat di Indonesia, Ia ditugaskan selama lima tahun memimpin Porsche Mongolia. Baginya Asia bukanlah hal asing. Ia pernah menukangi pasar Sri Lanka, China, Hong Kong, Macau bahkan Kenya.
Untuk mengetahui lebih dalam kiprah Broome di dunia otomotif, Oto.com dan Carvaganza.com mewawancarai Broome secara khusus di kantornya di bilangan Kebayoran Lama akhir bulan lalu. Di rungan kerjanya yang asri, Broome menyampaikan pandangannya tentang pasar otomotif nasional.
Berikut petikan wawancaranya:
Sebelum Anda ke Indonesia, Anda kan ditugaskan di Mongolia. Bagaimana dengan pasar Porsche di sana?
Well, sebelum saya datang ke Mongolia, belum ada perwakilan Porsche di negara itu. Kami membangun perusahaan Porsche di situ dari nol. Belum ada bangunan apa-apa.
Kami membangun fasilitas di atas lahan 7.000 meter persegi untuk dijadikan APM Porsche. Lokasinya di Ulan Bator, ibu kota Mongolia. Di situ kami membangun showroom, workshop, bodyshop, storage facility, gudang untuk spare parts dan training center untuk karyawan. Tantangan yang cukup besar.
Jadi betul-betul dari baru?
Dari nol. Perusahaan belum ada sebelumnya. Saya ke sana untuk mendirikan perusahaan, merekrut karyawan, kemudian kami menyiapkan logistiknya, bagaimana kami mendatangkan mobilnya, mempelajari perijinannya. Kami juga mendatangkan mobil dari Jerman untuk kami coba di Mongolia mengingat kita juga harus mengetahui kondisi jalan di sana. Apalagi temperatur di Mongolia itu rendah, tidak seperti di sini (Indonesia).
Sebelum kami menjual mobil Porsche kepada publik, kami test dulu. Tujuannya untuk melakukan sejumlah penyesuaian sebelum ditawarkan kepada konsumen.
Setelah itu apa yang terjadi, bagaimana dengan penjualannya?
Tentunya tumbuh. Karena kita kan berangkat dari nol. Dan saya merasa sangat beruntung karena selama lima tahun saya ditugaskan di sana, kami mengalami pertumbuhan yang signifikan. Pasarnya sangat menantang karena perekonomian nasionalnya di-drive oleh komoditas.
Kalau harga komoditasnya lagi bagus, bisnis juga berjalan dengan lancar. Kalau harga komoditas lagi jelek, maka bisnis juga kurang baik. Kami merasa beruntung brand Porsche selalu mengandung unsur desirability. Konsumen yang membeli produk kami, tidak terlalu tergantung pada lembaga finansial (leasing). Melainkan karena uang yang mereka miliki. Dari uangnya pribadi.
Kami tidak terlalu dipengaruhi oleh brand lain. Jadi mungkin kami bisa bergerak lebih baik.
Membaca Pasar
Berapa staff yang Anda punya di Porsche Mongolia? Sekitar 50 orang waktu saya tinggalkan untuk pindah ke sini. Dengan kapasitas parkir 350 mobil. Cukup besar memang dan fasilitas yang kami punya juga besar. Apa mobil yang paling populer di sana? Dalam penjualan? Porsche Cayenne. Bukan Porsche Macan yang dari sisi harga lebih murah. Pasalnya, untuk ukuran Asia, wilayah Mongolia itu cukup luas. Jalannya besar-besar sehingga konsumen di sana merasa kalau Macan itu terlalu kecil buat mereka. Sebelum Porsche masuk ke sana, mobil SUV segmen premium yang laris di sana adalah Lexus 570. Jadi konsumen merasa kalau membeli Macan terlalu kecil, karena mereka punya Lexus 570 yang besar. Jadi yang paling pas adalah Cayenne. Porsche 911 juga cukup bagus di sana. Kami juga menjual beberapa unit Panamera. Tetapi secara volume maker memang Porsche Cayenne. Apa yang terlintas di benak Anda pada saat mendapat kabar Anda ditempatkan di Indonesia? Saya mendapat peluang yang sangat menarik. Negara-negara di Asia bukan hal baru bagi saya. Saya sudah tinggal lama di kawasan Asia dan saya sering bepergian di kawasan Asia. Peluang yang ditawarkan oleh pasar Indonesia itu besar sekali. Misalnya, Anda punya ribuan pulau, penduduk yang besar, kelas menengah yang terus tumbuh dan perekonomian yang juga berkembang secara signifikan. Saya orang yang suka mengeksplore. Bukan hanya dalam hal bisnis saja, melainkan dalam kehidupan pribadi juga. Saya suka jalan-jalan, saya suka makan makanan Asia, saya suka pada kebudayaan dan lain-lain. Saya bahkan suka makanan kaki lima (street food) yang dijajakan di Jakarta. Kemaren saya baru mencicipi makanan lokal, pedas dan seperti sup. (seorang staf yang mendampingi wawancara, bilang makanan itu adalah Bakwan Malang).

Peluang Indonesia
Bagaimana Anda melihat Indonesia. Apakah Indonesia memiliki potensi yang besar bagi premium brand seperti Porsche? Saya selalu melihat setiap pasar memiliki potensi. Kalau Anda melihat sesuatu tidak ada potensinya, maka Anda jangan mengerjakan hal itu. Simpel bukan? Kalau kita sukses menjual 1 mobil lebih banyak dari tahun sebelumnya, berarti kan ada potensinya. Kita harus melihat Indonesia sebagai negara yang memiliki potensi sangat besar. Dan memang benar. Saya dengar, pemerintah juga sedang ingin memperluas wilayah perkotaan ke Kalimantan. Berencana memindahkan ibukota ke sana. Nah ini adalah sebuah peluang besar bagi pasar mobil nasional, juga di segmen kami. Mungkin tidak dalam waktu setahun. Tapi di masa depan. Jika pemerintah sudah menciptakan ekosistem, maka bakal hadir peluang-peluang bisnis. Bagaimana Porsche melihat pasar Indonesia untuk jangka waktu menengah? Saya melihat kota Bandung bisa menjadi pengembangan pasar kami dalam jangka waktu menengah. Beberapa unit mobil kami terjual di kota tersebut. Perekonomian Bandung juga sedang tumbuh secara signifikan. Kenapa Bandung? Salah satunya dekat dengan Jakarta, perekonomiannya tumbuh baik dan populasi Porsche di sana tumbuh positif.
