FEATURES: Perjalanan 5 Hari Mengunjungi Markas BYD Di China (BAGIAN 2)

Melihat dari dekat pabrik baterai LFP milik BYD di Chongqing dan menyaksikan uji coba safety baterai NMC dengan Blade Battery.

Pabrik baterai BYD di Chongqing

SHENZHEN, Carvaganza - Setelah kami beristirahat di hotel yang lokasinya terletak di pusat kota Changzhou, besok paginya kami harus berkemas menuju kota Chongqing. Merupakan sebuah kota industri di Propinsi Sichuan dan di sini terletak pabrik baterai LFP (lithium-ion) milik Build Your Dream (BYD).

KEY TAKEAWAYS

  • Berapa kapasitas produksi pabrik baterai Findreams milik BYD di Chongqing?

    Memiliki kapasitas produksi sampai 1 juta unit per tahun, namun total produksi yang dihasilkan mencapai 850 ribu unit per tahun.
  • Apa jenis baterai yang diproduksi oleh pabrik Findreams di Chongqing?

    Blade Battery yang merupakan hasil pengembangan dan inovasi sepenuhnya tim BYD.
  • Berapa luas pabrik BYD Findreams di Chongqing?

    Seluas 110 hektar dengan menyerap 15.000 tenaga kerja.
  • Jarak antara kota Changzhou dengan Chongqing sekitar 1.530-an km yang bisa ditempuh dengan perjalanan darat selama 16 jam lebih. Dengan kereta api memakan waktu kisaran 12 – 13 jam dan dengan pesawat terbang hanya 2,5 jam saja.

    Kalau dilihat dari itinerary, perjalanan kami menuju pabrik baterai BYD di Chongqing akan cukup melelahkan. Rutenya cukup jauh. Naik bus menuju bandara, dilanjutkan pesawat terbang lantas dengan bus lagi menuju pabrik di Chongqing. Tapi dibalik perjalanan pada hari kedua, ada satu makna yang saya ambil dari perjalanan ini.

    Pabrik baterai BYD di Chognqing

     

    Pada kunjungan saya ke Cina dari awal tahun 2000-an sampai tahun 2016, brand VW sangat mendominasi jalan-jalan di kota Shanghai, Changzhou, Guangzhou, Beijing dan sejumlah kota besar lainnya. Termasuk taksinya pun memakai brand Jerman tersebut. Kehadiran VW di Cina tidak terlepas dengan sejarah otomotif di negara tersebut kisaran 35 tahun lalu. VW adalah brand yang berani masuk pasar Cina di tengah sangat protektifnya pemerintah Negeri Tiongkok pada waktu itu. VW adalah pabrikan yang bernyali memenuhi semua persyaratan dari pemerintah Tirai Bambu.

    Saya ingat betul, ketika pada tahun 2003 ke Shanghai, brand-brand mobil lokal masih meniru gaya desain mobil-mobil Jepang dan Eropa. Istilah kasarnya, Cina menjiplak model yang sudah ada. Kini setelah lebih 3 dasawarsa berlalu, justru brand Cina menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Cina pun memiliki bahasa desain yang berbeda dengan brand-brand lainnya. Hal itu diamini oleh President Director PT BYD Motor Indonesia Eagle Zhao.

    “Memang betul, selama 30 tahun brand VW menjadi raja di Cina, tapi sejak tahun 2020an, dominasi VW diruntuhkan oleh brand-brand dalam negeri Cina sendiri. Justru yang sekarang mendominasi adalah brand mobil dari Cina, bukan dari Jepang atau pun Eropa,” ujarnya.

    Hebatnya lagi adalah, populasi mobil elektrifikasi di Negeri Tirai Bambu itu melesat pesat. Ditandai dengan mobil berpelat warna hijau yang lalu lalang di jalan raya. Plat polisi dengan warna hijau menunjukkan bahwa mobil tersebut adalah kendaraan elektrifikasi baik itu hybrid, PHEV atau pun listrik murni.

    Baca juga: FEATURES: Perjalanan 5 Hari Mengunjungi Markas BYD Di China (BAGIAN 1)

    Mobil elektrifikasi berpelat hijau di Cina

    Pasar mobil listrik Cina

    Menurut situs eastasiaforum.org, Pada tahun 2022, satu dari setiap empat mobil yang terjual di Cina adalah mobil listrik. Total penjualan mobil elektrik pada tahun itu mencapai 6,9 juta unit dari total penjualan passenger car sebanyak 23,56 juta unit dan mobil niaga 3,3 juta unit. Sampai bulan November 2023 kemarin, angka penjualan EV di Negeri Tirai Bambu sudah tembus di angka 8 juta unit.

    Sebanyak 60 persen mobil plug-in hybrid (PHEV) dan listrik murni (battery electric vehicle – BEV) yang beredar di dunia pada tahun 2023 diproduksi oleh Cina. Sekarang, 25 persen penjualan mobil baru di Cina adalah mobil elektrifikasi (PHEV dan BEV). Bandingkan dengan Eropa yang hanya 10 persen dan Amerika Serikat 6 persen. Sedangkan Jepang lebih rendah lagi cuma 3 persen.

    Di Cina, terdapat 90 brand kendaraan elektrik murni yang harga jualnya mulai dari US$ 5.000 sampai 90.000. Rata-rata harga EV di Cina pada tahun 2022 lalu sekitar US$ 53.800, bandingkan dengan harga EV di Eropa yang rata-rata berkisar di US$ 94.000.

    Tingginya angka penjualan mobil elektrik itu salah satunya berkat subsidi dari pemerintah. Jadi barang siapa yang membeli mobil elektrifikasi (PHEV dan BEV) baik perorangan maupun perusahaan mendapatkan insentif yang menggiurkan. Dan pemerintah pun mempermudah regulasi bagi perusahaan yang ingin mengganti mobil dinas perusahaannya dari ICE ke EV.

    Menurut situs evmarketreport.com, BYD mendominasi penjualan mobil listrik di Tiongkok dengan menguasai pangsa pasar hampir 30 persen. Disusul oleh GAC Group, Geely Holding, Tesla dan GM Group. Dalam kurun 1,5 tahun terakhir yaitu dari 2022 sampai pertengahan 2023, angka penjualan PHEV mengalami kenaikan 24 persen, sedangkan penjualan mobil listrik sedikit menurun. Diramalkan pada tahun 2026 nanti, kepemilikan mobil listrik di Cina akan menyamai mobil konvensional, terutama versi PHEV karena harganya dinilai lebih terjangkau oleh konsumen.

    BYD Yangwang BYD Yangwang

     

    Pabrik Baterai Chongqing

    Tak terasa dengan kepala agak sedikit pening karena kebanyakan baca data di smartphone, kami pun tiba di gerbang pabrik baterai LFP (Lithium Iron Phosphate) milik BYD di kota Chongqing. Pabrik ini dioperasikan oleh Findreams yang merupakan anak perusahaan dari BYD. Dulu Findreams berada di bawah satu atap BYD, namun sejak tahun 2021 dipisahkan dari perusahaan induk dan dinyatakan sebagai anak perusahaan. Pabrik Findreams di Chongqing ini berdiri di atas lahan seluas 110 hektar dengan beragam fasilitas untuk produksi maupun untuk kebutuhan karyawan.

    Setibanya di pintu masuk pabrik, kami disambut oleh tim Findreams. Mereka memberikan penjelasan tentang ragam fasilitas yang berada di pabrik. Selain fasilitas untuk produksi, Chongqing dilengkapi dengan power station, kantin karyawan dan juga asrama untuk pekerja.

    Di asrama karyawan terdapat ragam fasilitas untuk memenuhi kebutuhan karyawan maupun siswa. Mulai dari ruang ngegym, lapangan tenis, basket dan sepakbola, toko, apotik, kantin dan bahkan ruang untuk bermain game playstation. Total jumlah karyawan yang dipekerjakan di Chongqing mencapai 15.000 orang.

    Diperkuat 7.000 Tenaga Ahli Riset

    Pabrik Chongqing juga diperkuat oleh tim riset and development (R&D) khusus yang ditempatkan di dalam sebuah gedung terpisah. Gedung juga berfungsi sebagai kantor pusat. Secara total, Findreams sendiri memiliki tiga R&D Center yang berlokasi di Shenzhen, Chongqing dan Shanghai. Mempekerjakan 7.000 tenaga ahli riset dari total 90.000 karyawan BYD di seluruh dunia. Menurut Eagle Zhao, 7 persen pendapatan tahunan BYD dialokasikan untuk kebutuhan penelitian dan pengembangan (litbang). Tak heran jika Findreams telah memiliki 600 paten teknologi baterai.

    Pabrik Chongqing dilengkapi oleh fasilitas yang terbagi ke dalam dua fase. Yaitu Fase 1 memiliki kapasitas 20.000 gigawatt yang dapat menghasilkan 500.000 unit baterai dan Fase 2 memiliki kapasitas pembangkit listrik 15.000 gigawatt yang menghasilkan 350.000 ribu unit baterai per tahun. Untuk total kapasitas pabrik bisa mencapai 1.000.000 unit baterai per tahun.

    BYD Blade Battery BYD Blade Battery. Sumber foto: BYD

     

    Baterai yang diproduksi oleh pabrik Chongqing ini tidak hanya untuk kendaraan elektrik, melainkan juga untuk kebutuhan-kebutuhan lainnya, misalnya seperti untuk smartphone dan home appliances. Proses pembuatan baterai di Chongqing di mulai dari zero. Mulai dari proses pengumpulan raw material, oven, proses ultra sonic welding, laser beam, wrapping, casing, baking sampai dengan quality control serta pengujian produk.

    Seperti halnya berkunjung ke pabrik di Changzhou, saat mengunjungi Chongqing pun kami dilarang untuk memotret dan memvideokan segala aktifitas di dalam ruangan. Kami juga diminta untuk memakai alas agar sepatu kami tidak menginjak langsung lantai fasilitas yang akan kami kunjungi. Meski dilarang, kami tetap diperbolehkan membawa smartphone ke dalam untuk merekam setiap penjelasan yang disampaikan. Kami hanya diperbolehkan memvideokan dan memotret area-area tertentu saja sesuai dengan petunjuk mereka.

    Uji Coba Blade Battery

    Pabrik Chongqing mulai dibangun pada 2019 dan dalam waktu setahun, Chongqing sudah mulai memproduksi blade battery. Yang merupakan inovasi terbaru yang dikembangkan oleh Findreams untuk sel lithium iron phosphate battery. Bentuknya pipih dan tipis menyerupai bilah.

    Menurut Eagle Zhao selaku Presdir BYD Motor Indonesia, Blade Battery ini memiliki keunggulan dibandingkan jenis baterai lithium ion (NMC). Blade Battery lebih baik dibandingkan baterai NMC dalam hal safety, volume, bobot, densitas dan kapasitas. “Nanti kita akan melihat uji coba keamanan Blade Battery dengan baterai NMC dengan cara ditusuk oleh batang besi menyerupai jarum besar,” ujar Zhao.

    Baca juga: Melihat Langsung Kecanggihan Teknologi Pabrik Mobil BYD Di Cina

    Uji coba penestrasi Blade Battery dan NCM battery BYD Uji coba penestrasi Blade Battery dan NCM battery BYD

     

    Dari hasil uji coba yang diperlihatkan kepada media Indonesia, ketika Blade Battery buatan BYD ditusuk dengan batang besi menyerupai jarum, ia tidak meledak sama sekali. Berbeda dengan baterai NMC, yang ketika ditusuk langsung meledak dan terbakar mengeluarkan api yang cukup besar.

    Dijelaskan pula bahwa 100 persen baterai-baterai yang diproduksi BYD sepenuhnya didesain dan diproduksi oleh tim pabrikan sendiri (in-house). Termasuk dalam hal maintainance serta recycle baterai. “Untuk segmen consumer battery, kami juga memberikan pelayanan service pabrikan kepada setiap klien kami. Klien kami adalah brand-brand top dunia, yang tidak bisa kami sebutkan di sini,” ujar Zhao.

    Selepas mengunjungi pabrik Chongqing, kami pun diajak untuk melihat-lihat Sky Shuttle yang dikembangkan 100 persen oleh BYD. Pabrikan menyatakan bahwa Sky Shuttle dapat menjadi solusi transportasi daerah perkotaan yang padat seperti di Jakarta. Bahkan BYD berkeinginan untuk mengembangkan sistem transportasi ini di kota-kota besar di Indonesia, terutama di ibukota baru IKN.

    Menurut Zhao, pembangunan sistem transportasi hanya 30 persen dari biaya membangun sistem transportasi subway. “Keunggulan teknologi Sky Shuttle yang kami tawarkan selain berbasiskan listrik adalah, moda transportasi kereta ringan ini sangat mudah dibangun. Tidak memakan lahan yang luas, tidak membutuhkan stasiun yang besar. Biaya pembangunannya pun lebih murah, hanya 30 persen dari biaya membangun subway,” ujar Eagle di sela-sela kunjungan kami ke stasiun Sky Shuttle.

    Moda transportasi kereta listrik ringan tersebut bisa dibangun di antara gedung-gedung perkantoran. “Bahkan stasiunnya bisa kami bangun di gedung perkantoran, seperti di kantor pusat kami di Shenzhen,” ujarnya.

    Sehabis mengunjungi stasiun Sky Shuttle, kami pun pulang menuju hotel untuk kemudian bakal melanjutkan perjalanan keesokan harinya dengan pesawat terbang menuju Shenzhen. (Tamat)

    (EKA ZULKARNAIN)

    Baca juga: BYD Berminat Bangun Moda Transportasi Sky Shuttle Di Kota-Kota Indonesia

    Featured Articles

    Read All

    Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

    Mobil Pilihan

    • Upcoming

    Updates

    Artikel lainnya

    New cars

    Artikel lainnya

    Drives

    Artikel lainnya

    Review

    Artikel lainnya

    Video

    Artikel lainnya

    Hot Topics

    Artikel lainnya

    Interview

    Artikel lainnya

    Modification

    Artikel lainnya

    Features

    Artikel lainnya

    Community

    Artikel lainnya

    Gear Up

    Artikel lainnya

    Artikel Mobil dari Oto

    • Berita
    • Artikel Feature
    • Advisory Stories
    • Road Test

    Artikel Mobil dari Zigwheels

    • Motovaganza
    • Tips
    • Review
    • Artikel Feature