FEATURE: Pangaea, the 4x4 of the sea

FEATURE: Pangaea, the 4x4 of the sea
SAYA beruntung bertemu Mike Horn di Port Dickson, Malaysia, November 2017. Mercedes-Benz Indonesia mengajak saya bertemu pria hebat itu untuk melihat dan merasakan langsung berlayar dengan The Pangaea yang ia gunakan menjelajah setiap jengkal permukaan laut, dari Kutub Utara hingga Kutub Selatan.

Pria kelahiran Afrika Selatan itu sudah menjadi ambassador Mercedes-Benz sejak 2008 silam. Saat itu Mike sedang menyiapkan sebuah proyek global yang akan melibatkan 144 remaja dari berbagai negara untuk menjelajah dunia. Misi utamanya mengenal dan mempelajari berbagai isu lingkungan dan sosial. Untuk itu, Mike membangun kapal layar sepanjang 35 meter dengan lebar 10 meter dengan dukungan Mercedes-Benz sebagai investor sekaligus sponsor utama. Karena akan mengarungi seluruh lautan dan beberapa sungai besar, maka kapal itu harus tangguh, lincah dan mumpuni untuk perairan tropis maupun membelah es di kutub. Maka seluruh eksteriornya dibuat dari aluminium.

Proses pembuatan kapal berkapasitas 30 orang itu cukup rumit dan mahal. Total biaya biaya mencapai 3,5 juta Euro, belum termasuk peranti lain seperti navigasi, radar, alat komunikasi dan lainnya. Kapal yang dibangun di Brazil ini dilengkapi dengan dua mesin diesel 6 silinder, masing-masing berkapasitas 3.0 L. Uniknya, demi mengantisipasi segala kesulitan yang dapat ditemui selama periode eksplorasi, mesin berteknologi “BlueTec” bikinan Mercedes-Benz ini juga dapat bekerja dengan segala macam jenis bahan bakar, dari bensin hingga hidrogen. Untuk sekali perjalanan, Pangaea dapat mengangkut hingga 40 ribu liter bahan bakar solar guna bertahan selama 3 bulan tanpa berlabuh.



Di atas kapal, terdapat 6 kabin tidur serta ruang konferensi yang mampu menampung hingga 16 orang. Dari luar, kapal ini terlihat ‘lelah’ meski tetap anggun dan perkasa. Sosoknya mengingatkan kita kepada sebuah kendaraan 4x4 yang sudah sering diajak menaklukkan segala medan. Lambung kapal yang terbuat dari aluminium tidak dilabur cat agar mengurangi dampak polusi di lautan. Kontras dengan suasana kabin yang sangat modern, dengan aneka peranti canggih khas kapal ekspedisi, serta solar panel dan alat penyulingan air laut menjadi air tawar. Kedua tiang layar terbuat dari bahan karbon yang sangat kuat dan ringan. Alhasil mampu menaikkan layar selebar 600 m2 sehingga dapat melaju sampi kecepatan 20 knot.

Debut Pangaea berawal dari pelabuhan Punta Arenas di Chili. Dari sini, kapal yang dinakhodai Mike Horn ini berlayar menuju Antartika di kutub Selatan. Lalu kapal kembali berlayar menuju Australia, China, Rusia, Islandia, Kutub Utara, dan finis kembali di Punta Arenas Chili dalam waktu 4 tahun. Selama empat tahun itu, 144 pelajar dari seluruh dunia ikut secara bergantian dalam misi agung tersebut.



Salah satu pengalaman menarik yang dialami Mike Horn selama 10 kali berkeliling dunia dengan kapal ini adalah saat ia mampir di “Benua Plastik”, yakni tumpukan sampah plastic setebal 6 meter dalam wilayah hampir seluas Negara Meksiko di utara Kepulauan Hawaii, Amerika Serikat. “Kecuali negara China, tak ada yang tertarik untuk membersihkan dan mendaur-ulang benua plastik itu,” kata Mike Horn.

Kini, Pangaea sedang melakukan misi berikutnya bersama Mercedes-Benz melalui program “Pole2Pole”, yakni menjelajah permukaan lautan Bumi secara vertical dari Kutub Utara ke Kutub Selatan selama 2 tahun.



Driven to Explore

Selain ekspedisi kelautan, Mercedes-Benz juga mendukung Mike Horn dalam proyek ekspedisi darat bertajuk “Mike Horn X Hungry for Adventure”. Melalui program “The Driven to Explore” ini Mike Horn berupaya memaksimalkan peluangnya untuk melihat setiap jengkal permukaan Bumi dan bertemu dengan banyak orang berbeda melalui perjalanan darat.

Untuk itu, Mercedes-Benz menyediakan dua unit SUV G-Class, yakni M-B G500 untuk digunakan Mike Horn dan anggota timnya menjelajah 13 negara, dimulai dari Swiss hingga finis di Pakistan pada Tahun lalu. G Class, atau Gelandewagen, adalah SUV legendaris Mercedes-Benz yang mudah dikenali berkat desain bergaya kotak yang telah bertahan selama 35 tahun. SUV tanguh ini sanggup melewati berbagai permukaan ekstrem sambil membawa beban yang cukup berat guna keperluan ekspedisi dan penelitian.



Dalam program ini, Mike Horn dibantu oleh kedua putrinya, yakni Annika dan Jessica, yang secara bergantian menyetir mobil dari Swiss hingga Pakistan.Sayang, istri Mike tak bisa ikut. Perempuan yang ia nikahi selama 20 tahun itu meninggal dunia karena kanker payudara pada 2015 silam. Sementara kedua putrinya, sudah mendampingi sang ayah dalam beberapa ekspedisi sebelumnya, termasuk ke Kutub Utara.

“The impossible exists only until we find a way to make it possible.” Ungkapan terkenal Mike Horn itu kembali terngiang di kepala saya saat turun dari kapal layarnya yang perkasa itu. Sore itu, Pangaea, yang bisa diartikan sebagai terjemahan langsung dari kata “One Earth” atau “Satu Bumi”, sedang berlabuh di lepas pantai Port Dickson, Malaysia. Di tengah hujan rintik dan angin yang cukup kencang, ia bergoyang gemulai, seolah memanggil untuk ikut sertta dalam perjalanan ekplorasi berikutnya. Sayang, sebagaimana juga ucapan Mike Horn, “You don’t become an explorer. You’re born one,” rasanya ‘panggilan’ itu bukan buat saya. Seandainya Mike Horn tahu saya mati-matian berusaha menahan muntah saat berada di atas kapalnya, dia pasti akan meledek saya dengan candanya yang tak pernah habis itu.

MUNAWAR CHALIL

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature