FEATURE: New Cars in Pebble Beach, New Meets Classic

FEATURE: New Cars in Pebble Beach, New Meets Classic
Nama Pebble Beach Concours d’Elegance tentunya tak asing bagi para pecinta mobil klasik. Para kolektor bermimpi untuk bisa membawa mobil jagoannya berkompetisi di ajang tersebut. Betapa tidak, event ini punya reputasi sebagai acara internasional paling bergengsi di kelasnya.

Selain itu, Pebble Beach Concours d’Elegance memiliki sejarah panjang. Sejak pertama kali diadakan, pada 1950, acara tahunan itu tak pernah absen kecuali pada 1960 karena cuaca yang buruk.

Concours d’Elegance sendiri dalam bahasa Prancis berarti “kompetisi para elegan”. Maka seperti namanya, Pebble Beach merupakan kontes keeleganan, bukan kecepatan. Mobil-mobil klasik dinilai berdasarkan kondisi, sejarah, orisinalitas dan akurasi dari restorasinya. Meski Concours d’Elegance terkenal sebagai ajangnya mobil klasik berkelas dunia, Anda juga bisa menemukan mobil-mobil baru di sana.

Tapi tak seperti Geneva Motor Show, Pebble Beach hanya menampilkan mobil baru eksotis atau mobil konsep eksklusif yang bisa berharga jutaan dollar. Berikut beberapa mobil baru/konsep yang hadir di Concept Lawn Pebble Beach Concours d’Elegance 2018.



Byton K-Byte Concept

Mobil konsep kedua perusahaan start-up asal Cina, Byton, kembali muncul di Pebble Beach Concours d’Elegance setelah sebelumnya debut di CES Asia 2018 di Shanghai. Mengusung nama K-Byte Concept, Byton mengklaim bahwa mobil ini merupakan crossover. Saya melihatnya sebagai sedan dengan nose tebal. Seperti kebanyakan mobil konsep belakangan ini, Byton K-Byte adalah mobil listrik dengan teknologi autonomous tingkat 4. Artinya, mobil ini memungkinkan Anda untuk tidur atau meninggalkan kursi kemudi dalam perjalanan.
Tak seperti Geneva Motor Show, Pebble Beach hanya menampilkan mobil baru eksotis atau mobil konsep eksklusif.

Dalam mengembangkan teknologi autonomous, Byton bekerja sama dengan Aurora – perusahaan start-up asal Amerika Serikat yang telah bekerja sama dengan manufaktur besar seperti Volkswagen dan Hyundai. Byton K-Byte dilengkapi beberapa sensor bernama LiGuard di bawah spion samping. Perangkat tersebut mencuat saat menggunakan model self-driving. Pada atapnya terdapat LiBow, alat yang menyatukan data dari sensor LiDAR di depan dan belakang. Byton mengaku mobil ini akan siap untuk produksi masal di akhir 2020.



Hennessey Venom F5

Para pecinta mobil kencang telah menanti-nanti Henessey Venom F5 sejak lama. Mobil ini akan menjadi penantang terberat Bugatti Chiron dan Koenigsegg Agera RS dalam hal kecepatan. Hennessey Performance Engineering, tuning house khusus sportscar dan supercar, berambisi untuk menjadikannya salah satu mobil terkencang di jalan. Untuk itu, mereka melengkapinya dengan mesin V8 7.6 liter twin-turbo agar menembus 500 km/jam. Mesin yang berbasiskan Chevy LS V8 itu mampu menghasilkan 1600 hp dan 1.762 Nm. Tapi sang CEO, John Hennessey, mengatakan tak perlu seluruh tenaga untuk mencapai kecepatan tersebut.

“Hasil pengujian CFD dan para engineer kami mengatakan kami butuh sekitar 1.520 hp untuk mencapai 483 km/jam. Sebenarnya mesin tersebut bisa menghasilkan 2.000 hp, tapi kami tak berencana untuk meraih itu dalam waktu dekat,” jelasnya.

Membuat mobil berkecepatan tinggi tak hanya bisa mengandalkan mesin saja. Itu sebabnya Hennessey menggunakan chassis ringan dan bodi yang seluruhnya terbuat dari serat karbon. Alhasil beratnya 1.338 kg. Plus paket aerodinamika aktif, Venom F5 memiliki drag coefficient hanya 0.33. Mobil ini baru akan mulai diuji pada 2019.



Salaff C2

Anda mungkin tak akrab dengan nama Carlos Salaff. Tapi pria ini pernah bekerja di Mazda selama hampir satu dekade dan mempengaruhi desain beberapa mobil seperti MX-5, Mazda3, serta mobil konsep Nagare dan Furai. Pada 2012, ia mendirikan manufaktur supercar sendiri. Pada Pebble Beach Concours d’Elegance 2018, Salaff C2 hadir untuk pertama kalinya di dunia. Meski berbasiskan Lamborghini Gallardo, Salaff C2 memiliki desain unik sehingga membuatnya berbeda dari mobil dasarnya.

Salaff mengklaim C2 merupakan cerminan mobil balap vintage dengan bahasa desain futuristik. Mobil ini  menggunakan material serat karbon atau aluminium yang ditempa dengan tangan, tergantung permintaan. Tapi di balik bodinya yang mengagumkan, C2 meneruskan warisan yang semakin menghilang – konsep analog dari supercar. “Yang lebih penting dari angka-angka di lembar spesifikasi adalah feel dari transmisi manual 6-kecepatan, musik dari mesin V10, dan rawness dari rear-wheel-drive. Kenikmatan yang seharusnya tak pernah hilang,” ujar Carlos Salaff.

Setiap C2 akan diproduksi dalam jumlah terbatas demi menjaga kualitasnya dan akan mulain menerima pesanan pada musim gugur 2018.



SSC Tuatara

Shelby SuperCar is back. Kali ini dengan SCC Tuatara. Nama Tuatara sendiri berasal dari reptil purba yang masih bertahan samapi sekarang. Hewan tersebut terkenal karena evolusinya yang paling cepat karena mengalami perubahan DNA. Begitu pula dengan SCC Tuatara, mobil ini merupakan evolusi dari supercar. Setiap detail desainnya ditujukan agar dapat mengakomodasi kecepatan 483 km/jam. Supercar ini dibekali mesin V8 berkapasitas 5.9 liter twin-turbo yang dipasang di tengah mobil. SCC mengklaim mesin tersebut dapat menghasilkan 1.750 bhp, lebih tinggi dari Koenigsegg Regera, Koenigsegg Agera RS, Bugatti Chiron, dan bahkan Hennessey Venom F5.

Chassis dan bodi SSC Tuatara terbuat dari serat karbon. Bobot keringnya hanya 1.247 kg. Desain aerodinamikanya memungkinkan supercar ini memiliki drag coefficient terendah, 0,279. Lebih rendah dari Chiron, Agera dan Venom F5.

MIRAH PERTIWI

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature