Beredar Video Mobil Ngebut di Pintu Tol Otomatis, Bisa Membahayakan!

JAKARTA, Carvaganza – Belum lama ini beredar video yang menayangkan sebuah kendaraan melewati pintu tol dengan kecepatan tinggi. Belum diketahui apakah video tersebut merupakan pengujian sistem pembayaran otomatis yang baru saja disahkan oleh Kementrian PUPR lewat Badan Pengawas Jalan Tol dengan PT Roatex Indonesia Toll System.

Pada video tersebut kendaraan jenis minibus melesat dengan kecepatan kira-kira 70 km/jam dan melewati pintu pembayaran tol tanpa berhenti. Secara otomatis pintu penghalang di loket pembayarannya pun terbuka dan menutup sesaat kendaraan melaluinya. Tidak ada jeda yang terjadi sesaat kendaraan memasuki pintu tol maupun melawatinya.

Namun beberapa orang yang berada di sekitar pintu tol tersebut terus memastikan bahwa tetap berhati-hati agar tidak terlalu dekat dengan pintu otomatis. Beberapa di antaranya menjauh sepertinya masih sanksi dengan sistem otomatis yang disematkan pada pintu tol tersebut. Karena jika sekali saja sistem gagal membaca unit pembayaran otomatis di dalam kendaraan dan palang tidak terbuka, tentu saja akan mengakibatkan kecelakaan fatal.

Diketahui, sistem pembayaran nontunai nirsentuh berbasis Multi Lane Free Flow (MLFF) ini memiliki sistem pengoperasian hanya 0 detik. Berbeda dengan sistem pembayaran jalan tol dengan uang elektronik saat ini memakan waktu hingga sekitar 4 detik, jika dilihat terdahulu, waktu transaksi dengan uang kartal adalah sekitar 10 detik lamanya. Namun apakah aman jika menggunakan sistem pembayaran nirsentuh tetap menggunakan palang. Apalagi dalam video tersebut pengendara sama sekali tidak mengurangi kecepatan saat melalui pintu tol otomatis.

Pada 17 Maret lalu, BPJT baru saja mengumumkan kerja sama dengan PT RITS untuk menghadirkan sistem transaksi tol nontunai nirsentuh berbasis MLFF. PT RITS akan menerapkan sistem pembayaran nirsentuh MLFF ini di 40 ruas jalan tol di Indonesia. Lebih khusus lagi jalan tol yang akan mendapatkan fasilitas tersebut adalah ruas tol di pulau Jawa dan Bali pada 2022.

Baca juga:  Nanti Bayar Tol di Indonesia Tak Lagi Tapping, Apa Kelebihannya?

Inovasi baru nan canggih

Sistem transaksi berbasis Multi Lane Free Flow ini merupakan inovasi baru dalam sistem pembayaran jalan tol di Indonesia. Diharapkan melalui sistem ini dapat menciptakan kemudahan antara konsumen saat melakukan pembayaran di seluruh jalan tol di Indonesia.

Beberapa negara maju menggunakan sistem MLFF ini namun tidak mengharuskan kendaraan melalui palang otomatis atau pintu pembayaran. Semuanya sudah terintegrasi melalui sensor dan kamera jalan raya yang dipasang di beberapa sudut jalan tol.

Pada video yang dirilis Kapsch Group di channel youtubenya, beberapa negara yang mengaplikasikan sistem MLFF hanya harus melewati sebuah sensor serupa dengan Electronic Road Pricing. Jika terjadi pelanggaran, sistem secara otomatis mencatat kendaraan tersebut dan memberlakukan denda secara elektronik. Sehingga kemungkinan terjadinya kecelakaan kendaraan yang menabrak pintu penghalang minim terjadi.

Bukan apa-apa kalau sistem nontunai tanpa sentuh itu dilakukan dengan dibarengi pemakaian palang otomatis dikhawatirkan memperbesar angka kecelakaan. Yang memakai sistem tapping kartu saja, terkadang membukanya lama dan  dibutuhkan waktu jeda. Kadang di beberapa pintu ditemukan setelah kita tapping, palang otomatis tak mau membuka juga.

Bisa dibayangkan jika dalam sistem nontunai nirsentuh itu palang otomatis tidak membuka, mobil bisa menghantam palang. Kalau pun palang terbuat dari material empuk, pengemudi bisa kaget dan panik sehingga kendaraan kehilangan kontrol. Atau pengemudi menginjak rem mendadak dan bisa berakibat fatal pada kendaraan di belakangnya.

Bagusnya tak perlu memakai palang, cukup dengan kamera. Siapa yang tidak membayar, nomor polisinya tercatat oleh rekaman video dan jika terbukti tak membayar dikenai denda berlipat-lipat dari harga yang semestinya dibayar. Seperti di negara-negara maju. (ALVANDO NOYA/EZ)

Baca juga:  Anda Mudik? Segini Dana yang Harus Disiapkan untuk Bayar Tol Trans Jawa