FEATURE: Legacies of the Legend Ayrton Senna

FEATURE: Legacies of the Legend Ayrton Senna
LEO TOLSTOY Tolstoy pernah berkata, “Happiness is an allegory, unhappiness a story.” Ucapan penulis asal Rusia tersebut ada benarnya jika kita mengaitkannya dengan kematian tragis Ayrton Senna akibat kecelakaan di Grand Prix San Marino 1994. Ia langsung menjadi legenda dan kepergiannya ditangisi dunia. Meski begitu, Ayrton Senna tidaklah sempurna. Ia punya sisi gelap yang bersumber dari temperamennya.

Ia penuh dengan kontroversial sepanjang kariernya. Ingatkah Anda ketika ia menjadi target kemarahan para pembalap yang lebih berpengalaman saat Senna baru memasuki dunia Formula 1 pada 1984? Ia kerap zig-zag di kualifikasi dan tak peduli dengan mobil-mobil yang lebih kencang di belakangnya. Ia juga pernah memukul Eddie Irvine karena menahannya di Grand Prix Jepan 1993. Ia sangat agresif di luar dan dalam trek, sehingga tingkahnya terkadang di luar batas kepantasan. Hal ini terlihat jelas saat ia menabrak mobil mantan rekan timnya sekaligus musuh bebuyutan saat itu, Alain Prost, di Grand Prix Jepang 1990 demi merebut gelar.

Tapi Senna tak akan menjadi legendaris hanya karena sisi buruknya. Semua orang tahu betapa kharismatik pembalap asal Brasil tersebut. Ia bisa membuat ruangan menjadi sunyi ketika masuk. Para jurnalis Formula 1 mencintainya saat ia membicarakan sisi spiritual dan membahas tentang arti balapan dan kehidupan. Dan juara dunia tiga kali ini sangat, sangat kencang di balik kemudi. Selain itu, Senna punya kemampuan teknik yang mengagumkan. Ia bisa merasakan masalah pada mesin saat peralatan McLaren tak mampu mendeteksinya. Semua potensi Senna inilah yang membuat McLaren dan Honda – ia merupakan pembalap tim McLaren-Honda F1 pada musim 1988-1993 – menciptakan mobil yang terinspirasi dari sang legenda.



Honda/Acura NSX

Februari 1989. Udara musim dingin masih mengambang di sirkuit Suzuka saat Ayron Senna tes McLaren MP4/5. Sementara itu, engineer Honda sudah berada di sana selama sebulan penuh untuk menguji NSX (New Spotscar eXperimental) sebagai bagian dari tahap akhir pengembangannya. Mobil ini merupakan proyek ambisius mereka, dengan mesin yang seluruhnya terbuat dari aluminium. Honda begitu yakin karyanya sempurna seperti katana. Maka saat bertemu Senna di sirkuit, mereka dengan bangga meminta sang pembalap untuk mengemudikan prototipe itu.

Senna setuju membawanya keliling Suzuka. Tapi responnya di luar dugaan. Dengan sopan, Senna berkata, “I’m not sure I can really give you appropriate advice on a mass-production car, but I feel it’s a little fragile.” Para engineer terkejut, pasalnya chassis NSX sudah lebih rigid dari Ferrari dan Porsche saat itu. Meski begitu, mereka percaya akan pengalaman dan kemampuan Senna. Selama delapan bulan, Honda bekerja keras meningkatkan kekakuan chassis sampai 50%. Hasilnya tak mengecewakan. Honda NSX menjadi jauh lebih seimbang dan mumpuni, apalagi berbekal mesin V6 3.0 L VTEC yang mampu menghasilkan tenaga 274 hp dan torsi 280 Nm.



Honda S2000

Honda S2000 memang muncul pertama kali kali – masih berbentuk mobil konsep – setelah kematian tragis Ayrton Senna, tepatnya di Tokyo Motor Show 1995. Dan versi produksinya baru ada pada 1999 untuk merayakan ulang tahun ke-50 Honda. Tapi warisan sang legenda masih melekat. Tak heran mengingat desainer S2000 sama dengan NSX, Shigeru Uehara.

Uehara menggunakan tachometer digital pada S2000 saat mobil-mobil lain di eranya masih memakai versi analog. Jika Anda perhatikan, perangkat itu serupa dengan yang digunakan Senna pada mobil F1-nya. Senna secara pribadi minta tachometer digital yang menunjukkan kekuatan putaran mesinnya. Nippon Seiki, sebuah perusahaan besar yang memproduksi berbagai komponen mobil, mewujudkan permintaannya dengan membuat satu untuk Senna. Lalu mereka kembali memproduksi lebih banyak lagi untuk S2000.

Roadster ini kemudian menjadi mobil yang juga legendaris. Jangan salah kira, S2000 bukanlah mobil bertenaga badak. Berbekal mesin 2.0L 4-silinder segaris, ia memiliki 247 hp dan torsi maksimal 218 Nm, bukan jenis mobil yang Anda bawa untuk drag race. Tapi pengemudiannya sangat komunikatif berkat distribusi bobot 50:50.



McLaren Senna

Mengusung nama besar tidaklah mudah, ada ekspektasi di sana. Maka ketika McLaren memutuskan untuk menggunakan nama Senna pada produksi hypercar terbarunya, tentunya mereka telah memikirkan hal itu. Dan nama tersebut menjadi semakin tepat mengingat pengembangannya melibatkan Bruno Senna, keponakan Ayrton, yang juga sempat terlibat di Formula 1 musim 2010-2012.

McLaren Senna – diperkenalkan pada akhir 2017 – merupakan pengganti P1 yang fenomenal. Pabrikan asal Inggris tersebut mengklaim bahwa inilah road car McLaren yang paling ekstrem dan didesain untuk menjadi mobil tercepat di trek. Bahkan Andy Palmer, direktur Ultimate Series McLaren, menyatakan hypercar ini akan lebih kencang dari P1. Bodinya yang terbuat dari serat karbon penuh dengan perangkat aerodinamika aktif. Bobotnya pun hanya 1.198kg, 85kg lebih ringan dari 720S.

Tak seperti P1, Senna bukanlah mobil hybrid. Ia dibekali mesin V8 4.0L twin-turbocharged yang mampu menyemburkan tenaga 789 bhp dan torsi maksimal sampai 800 Nm. Dengan bobotnya yang ringan, rasio power-to-weight mencapai 678 hp per ton. Dan yang membuatnya semakin eksklusif, McLaren Senna hanya diproduksi 500 unit saja.

MIRAH PERTIWI

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature