Efek Perang, Penjualan Mobil di Rusia Terjun Bebas

Pabrik perakitan mobil AVTOVAZ

JAKARTA, Carvaganza – Perang Rusia versus Ukraina sampai hari ini telah memasuki hari ke-47. Belum ada tanda-tanda perang akan berakhir, meja perundingan pun sudah buntu. Salah satu korban dari perang yang dirasakan publik di Rusia adalah anjloknya angka penjualan mobil di negeri Beruang Merah.

KEY TAKEAWAYS

  • Berapa persen penurunan penjualan mobil di Rusia sebagai efek dari perang melawan Ukraina?

    Anjlok sampai 60 persen dan harga mobil baru meroket sampai 40 persen dari harga sebelumnya.
  • Apa penyebab jebloknya penjualan mobil di Rusia?

    Pabrikan mobil global memboikot pasar Rusia, sistem perbankan Rusia dikenai sanksi internasional dan masyarakat menahan diri tidak membeli mobil karena khawatir terjadi resesi.
  • Meskipun mata uang Rusia, Rubel, masih relatif stabil setelah sempat terjun bebas gara-gara terkena sanksi financial dan ekonomi masyarakat internasional, industri otomotif malah justru sebaliknya. Dikutip dari Motortrend, penjualan mobil di Rusia terjun sampai 60 persen di bulan Maret, bulan di mana Rusia menginvasi Ukraina secara full.

    Motortrend menyebutkan, banyak faktor yang menjadi penyebab jebloknya penjualan mobil baru di Rusia. Kemungkinan besar karena pabrikan mobil global memboikot pasar Rusia, sistem perbankan Negeri Putin itu dikenai sanksi finansial dan publik memilih menahan diri untuk tidak membeli mobil baru karena khawatir terjadi resesi nantinya.

    Traffic di kota Moskow. Traffic di kota Moskow. Foto: moscowtimes

     

    Mata uang Rubel dalam dua tahun bulan terakhir sempat seperti rollercoaster, saking tidak menentunya. Apalagi setelah AS dan negara-negara sekutunya menjatuhkan sanksi yang menyebabkan aliran financial Rusia menjadi tersendat. Namun, Bank Sentral Rusia telah melakukan intervensi besar-besaran agar Rubel kembali menjadi stabil setelah suku bunga di negeri itu naik sampai 20 persen. Tingginya suku bunga membuat masyarakat Rusia enggan membeli kendaraan karena terlalu mahal.

    Menurut Automotive News Europe, mahalnya harga kendaraan di Rusia bukan hanya disebabkan oleh tingginya suku bunga, tapi juga disebabkan banyak pabrikan yang menghentikan produksi di negeri itu. Mereka juga menghentikan impor mobil dan suku cadang sehingga mengakibatkan stok mobil baru mengering, harga pun naik sampai kisaran 40 persen.

    Bayangkan saja kalau harga mobil yang tadinya Rp 300 jutaan, harus mengalami kenaikan sampai 40 persen? Belum asuransinya terdongkrak tinggi. Jaringan dealership sepi peminat, penjualan mobil via online apalagi.

    Sumber Lain Dari India dan Cina

    Untuk mengatasi hal ini, Rusia sudah mencari sumber lain agar industri otomotifnya bisa tetap bertahan. Caranya mencari sumber dari dalam negeri. Namun tak gampang, karena mereka dihadapkan pada permasalahan baru yaitu kesulitan untuk untuk mengimpor komponen dan chip. Moskow pun sedang memutar otak untuk memperbanyak impor mobil dari India dan Cina karena kedua negara tersebut bersikap netral dalam perang Rusia versus Ukraina.

    Pabrik perakitan VW di Rusia Pabrik perakitan VW di Rusia. Foto: rusanews

     

    Rusia akan mengganti impor dari negara-negara Eropa dan Jepang dengan impor dari India dan Cina. Bukan hanya mobil baru, melainkan juga suku cadang. Makanya sejak serbuan Rusia ke Ukraina meletus, produksi mobil Haval dari Great Wall Motor di Rusia mengalami kenaikan sampai 50 persen.

    Berbeda dengan pabrikan Ford atau pun Honda, yang sudah menghentikan pengapalan mobil baru maupun suku cadang ke Moskow. Renault Group malah menbekukan operasionalnya, padahal Rusia merupakan pasar terbesar kedua bagi grup tersebut dan bisa menyebabkan omzet dan value bisnisnya anjlok.

    Sikap Renault ini menyebabkan stok suku cadang menipis dan bahkan bisa habis. Memang ada produsen lokal terbesar di Rusia yakni AvtoVAZ milik Renault, tapi mau tidak mau harus menaikkan harganya sampai tiga kali lipat.

    Jika situasi tersebut berkepanjangan, ada kemungkinan yang diuntungkan dari krisis Rusia – Ukraina di sektor otomotif adalah India dan Cina. Apakah negara-negara Barat berani memberikan sanksi ekonomi kepada Cina dan India karena mereka masih berbisnis dengan Rusia? Kita lihat saja. (EKA ZULKARNAIN)

    Sumber: automotive news eropa & motortrend.

    Baca juga: Nissan Skyline GT-R, Supercar Pertama Jepang Berjiwa Balap Sejati

    Featured Articles

    Read All

    Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

    Mobil Pilihan

    • Upcoming

    Updates

    Artikel lainnya

    New cars

    Artikel lainnya

    Drives

    Artikel lainnya

    Review

    Artikel lainnya

    Video

    Artikel lainnya

    Hot Topics

    Artikel lainnya

    Interview

    Artikel lainnya

    Modification

    Artikel lainnya

    Features

    Artikel lainnya

    Community

    Artikel lainnya

    Gear Up

    Artikel lainnya

    Artikel Mobil dari Oto

    • Berita
    • Artikel Feature
    • Advisory Stories
    • Road Test

    Artikel Mobil dari Zigwheels

    • Motovaganza
    • Tips
    • Review
    • Artikel Feature