TEST DRIVE: Seberapa Jinak Ferrari Roma Berkeliling di Jakarta?
JAKARTA, Carvaganza – “Banyak jalan menuju Roma”, begitu pepatah orang-orang menggambarkan bahwa untuk meraih sesuatu, termasuk kesuksesan, tidak harus terpaku pada satu jalan atau cara. Tapi pepatah tersebut akan berbeda saat kita melirik ke Ferrari Roma. Ibarat jalan menuju kesuksesan atau status sosial, Roma barulah langkah awal untuk masuk ke kalangan jetset pemilik Ferrari.
KEY TAKEAWAYS
Spesifikasi Ferrari Roma
Mesin V8 3.9 liter twin-turbo, transmisi DCT 8-speed dengan paddle-shifter, penggerak roda belakang (RWD)Segmentasi Roma
Coupe gran turismo entry-level, performa paling jinak dan harga paling terjangkauKompetitor Roma
Bentley Continental GT, Aston Martin DB11 V8 dan V8 Vantage, BMW M8, Mercedes-AMG GTSeperti diketahui, Ferrari Roma dihadirkan pada tahun 2019 oleh Kuda Jingkrak menjadi model terbawah alias entry-level dari keseluruhan line up produk. Ferrari ingin menyambut para calon konsumen baru melalui Roma sebagai jalan masuknya. Formatnya pun sederhana; sebuah coupe gran tourer (GT), kapasitas 2+2, bonnet panjang, mesin depan, penggerak roda belakang. Namun tetap memiliki teknologi dan performa khas Ferrari yang bisa dinikmati setiap saat, bukan hanya bercengkrama di akhir pekan atau sirkuit.
Roma hadir sebagai coupe GT mesin depan pertama bermesin V8, tanpa atap lipat alias convertible. Sebelumnya coupe GT lansiran Ferrari selalu bermesin V12 sejak pabrikan ini berdiri dan memproduksi road car di tahun 1947. California atau Portofino tidak masuk hitungan karena dikategorikan sebagai coupe convertible.
Untuk menyambut para calon konsumen baru atau pengemudi yang ingin bisa menikmati sebuah Ferrari setiap hari, Roma punya formula yang unik. Desainnya cenderung agresif-elegan, tetap punya moncong lancip namun tidak menunjukkan grille atau intake menganga besar layaknya predator akan menerkam mangsa. Lekuk body dipahat smooth tanpa patahan dramatis, dengan nuansa ala GT klasik. Sepintas siluetnya mengingatkan pada model lansiran tahun 1960-an, atau yang terkini dari model 550/575 di awal 2000an.
Baca Juga: Peluncuran Honda HR-V Terbaru Mundur, Ini Bocoran Spek Yang Bakal Beredar
Mesin V8 yang dipakai pada Roma adalah unit berkapasitas 3,9 liter twin-turbo, yang bertabur banyak penghargaan dan dipakai oleh F8 Tributo, 488 Pista, GTC4 Lusso T, Portofino, sejak debut pertama kali di California T. Namun output yang dimiliki pada Roma yaitu tenaga 620 hp dan torsi 760 Nm, bukan angka yang main-main meski untuk Ferrari ini mobil “pemula”.
Di Indonesia sendiri, Roma sudah diperkenalkan secara resmi oleh Ferrari sejak Maret 2021, bersamaan dengan beroperasinya agen pemegang merek (APM) baru yaitu Ferrari Eurokars. Nah, untuk menyajikan pengalaman “tiba di Roma”, Ferrari mengajak kami mencobanya langsung. Bukan di sirkuit tertutup atau jalan antar kota, kami diajak cicipi Roma berkeliling kota Jakarta, habitat Roma yang seharusnya. Seakan ingin memberikan pengalaman bagaimana ditemani Roma sebagai mobil harian pilihan.
Berjumpa dengan unit Roma menggunakan warna silver, perangainya bak seorang atlet yang anti-sosial, dalam arti tidak ingin tampil terlalu menarik perhatian. Tapi tetap bisa dikenali dengan terpasangnya Scuderia Shield di fender depan. Walau dari luar terlihat mungil kokpitnya, ternyata begitu masuk ke dalamnya kurang lebih sama seperti kabin Portofino. Apalagi di belakang juga tersedia dua jok ekstra untuk penumpang, yang tidak dianjurkan untuk orang dewasa.
Nuansa unik dari interiornya terasa dari pemisah di antara sisi jok pengemudi dan penumpang berupa konsol tinggi, seakan menjadi ruangan individual. Berbeda dari model Ferrari lainnya, di konsol tengah terdapat layar vertikal besar seperti iPad. Pusat sistem infotainment ini mengontrol sistem audio, navigasi, komunikasi, sampai AC. Namun sensitivitas layar sentuhnya ternyata belum sebaik milik GTC4 Lusso atau Portofino. Tapi meski model entry-level, Roma punya interface pengemudi sama seperti SF90 lewat instrumen full digital dan setir dengan fitur haptic touch.
Raungan mesin V8 bawaannya masih sama garang seperti saudaranya yang lain. Galak menyalak ketika distarter, namun tidak sampai mengganggu sekitar saat sudah idle. Akselerasi awal mesin Roma, meski punya dua unit turbo, langsung memberikan torsi yang seolah tidak ada ujungnya. Sejak mulai digas, torsi sudah padat terasa, berkat aplikasi manajemen Variable Boost. Ferrari ingin berikan sensasi layaknya mesin naturally-aspirated, berikan luapan output yang cenderung linear dan tidak eksplosif.
Tendangan torsinya lebih terasa lagi saat menyentuh rpm tengah. Di saat bersamaan suara mesin juga semakin nyaring untuk dinikmati dari dalam kokpit. Gearbox Roma punya satu gigi lebih banyak dari model V8 lainnya, yaitu DCT 8-percepatan. Perpindahan giginya halus dan seamless dengan rasio yang rapat, namun berikan nafas yang panjang di gigi ke-8. Tentunya sebagai supercar harian, Ferrari juga ingin buat Roma lebih irit bahan bakar, seiring dengan semakin ketatnya tuntutan emisi.
Laju Roma mungkin memang lebih sopan atau jinak dibandingkan Ferrari lain, tapi bicara soal handling Ferrari tidak mau kompromi. Kemudinya tetap intuitif dan terasa hidup, menerjemahkan setiap putaran setir dengan presisi. Bobot dan responsivitas setir bisa disesuaikan menurut pilihan mode pengendaraan. Untuk berkelit di tengah lalu lintas Jakarta cukup pakai mode Comfort. Walaupun begitu, tetap tersedia pilihan mode Race diantara mode Wet, Comfort, Sport dan ESC Off.
Dimensinya yang kompak membuat Roma mudah nyaman untuk diajak bermanuver di setiap persimpangan jalan dalam kota. Visibilitasnya juga minim blind spot. Dan jika khawatir dengan tenaganya yang masih cukup buas, rem standar bermaterial keramik-karbon menjamin mobil bisa dihentikan dengan cepat. Ferrari tidak ingin kompromi soal ini.
Baca Juga: Deretan Mobil Lelang Paling Langka yang Terjual Tahun Lalu
Yang agak asing terasa dari mobil ini, Untuk pertama kalinya Ferrari sediakan rangkaian ADAS (Advance Driving Aid System) Level 1 melalui Roma. Konsumen bisa dapatkan fitur seperti Adaptive Cruise Control, Autonomous Emergency Braking, Lane Departure Warning with Traffic Sign Recognition, Blind Spot Detection with Rear Cross Traffic Alert, dan Surround View Camera. Selama sesi tes ini paling aktif adalah Blind Spot dan Rear Cross Traffic Alert karena ramainya jalanan. Sementara Surround View Camera membantu tampilkan kondisi di sekitar mobil saat akan parkir mundur.
Impresi keseluruhan terhadap Ferrari Roma, mobil ini harus diakui cukup bersahabat untuk diajak berkendara santai di dalam kota. Performanya terbilang jinak tapi tetap dinamis untuk dipacu kencang. Kenyamanannya menurut kami sebanding dengan GTC4 Lusso, terutama dengan karakter suspensinya yang dewasa dan tidak terlalu kaku.
Rasanya Roma akan lebih terbukti jika bisa diajak berkendara jarak jauh, selayaknya sebuah grand tourer. Jadi dengan adanya Roma, tersedia pilihan supercar santai yang sederhana. Kalau sebelumnya Anda mencari grand tourer bermesin V8 yang hanya ada Aston Martin, Bentley, Porsche, BMW atau Mercedes-Benz tapi dirasa masih kurang berminat, kini Roma hadir sebagai alternatif untuk masuk ke kalangan para jetset pemilik Ferrari.
Jadi kalau Anda bisa membeli Roma dan merasa sudah mencapai puncak perjalanan kesuksesan Anda, Ferrari justru bilang "selamat datang!" Karena Anda justru baru memulai perjalanan awal dari serangkai pengalaman berkendara yang lebih lagi dari lini produk Ferrari lainnya. Setelah berkenalan dengan Roma, Anda pasti akan tertairk dengan mobil Ferrari yang lebih beringas lainnya. Singkat kata, “Benvenuto a Roma!” dan selamat bergabung di Ferrari. Ciao!
WAHYU HARIANTONO
Foto: EDI WEENTE
Baca Juga: MotoGP Punya Safety Car Baru Tahun ini, BMW M2 CS Racing
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature