Korupsi Internal Pertamina Rugikan Negara Rp193,7 Triliun, Ini Efek Buruk BBM Oplosan
Hasil penyelidikan menemukan tindak pengoplosan Pertamax dengan kualitas di bawahnya.

JAKARTA, Carvaganza - Pada 25 Februari 2025, Kejaksaan Agung menetapkan tujuh orang sebagai tersangka dalam kasus dugaan korupsi bahan bakar minyak (BBM). Kasus ini berkaitan dengan pengelolaan minyak mentah dan produk kilang di PT Pertamina (Persero), Sub Holding, serta Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) selama periode 2018 hingga 2023. Akibat tindakan tersebut, kerugian negara diperkirakan mencapai Rp193,7 triliun.
Dalam dugaan praktik tersebut, pengadaan produk kilang dilakukan dengan membeli BBM berjenis RON 92 (Pertamax), padahal sebenarnya yang dibeli adalah RON 90 atau Pertalite. Selanjutnya, BBM tersebut dicampurkan (blending) di depo hingga menghasilkan RON 92.

Mengenal RON pada Bahan Bakar Minyak
Research Octane Number (RON) adalah angka yang menunjukkan perbandingan antara heptana dan isooktana dalam bahan bakar minyak. Menggunakan BBM dengan RON yang sesuai dengan rekomendasi pabrikan kendaraan dapat membantu menjaga performa mesin tetap optimal.
Baca Juga: Rudi MF: Tantangan Tahun ini, Jumlah Brand Bertambah Tetapi Space Terbatas
Apabila kendaraan menggunakan BBM dengan RON yang lebih rendah dari rekomendasi, performanya akan menurun. Sebaliknya, jika menggunakan BBM dengan RON yang terlalu tinggi, kendaraan dapat mengalami knocking atau mesin menggelitik, serta suhu mesin meningkat lebih cepat.
Bahaya Mencampur BBM dengan Oktan Berbeda
Sebagai ilustrasi, jika konsumen mencampurkan dua jenis BBM dengan nilai oktan berbeda secara manual, seperti mengisi tangki dengan RON 90 lalu menambahkan RON 92, maka dampak negatif bisa terjadi.
Prof. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, dosen teknik mesin ITB, menjelaskan bahwa pencampuran bahan bakar bisa berdampak buruk. Setiap jenis BBM yang diproduksi Pertamina, seperti Premium, Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo, memiliki kandungan yang berbeda. Beberapa di antaranya mengandung zat aditif yang hanya terdapat pada Pertalite, Pertamax, dan Pertamax Turbo.

"Maka nanti dosisnya (zat aditif) akan turun setengahnya. Secara oktan mungkin kita dapat kalau mencampur (bensin). Tapi bahayanya deposit (kerak) justru naik," jelas Prof. Tri Yuswidjajanto Zaenuri, yang juga merupakan peneliti di LAPI ITB, sebagaimana dikutip dari laman Astra Honda Motor.
Aditif dalam BBM berfungsi sebagai detergen untuk membersihkan kerak yang terbentuk akibat pembakaran di ruang bakar. Semakin banyak deposit yang tertinggal, semakin besar kemungkinan terjadinya kerusakan pada mesin. Hal ini dapat menyebabkan katup macet, piston bengkok, hingga mesin tidak bisa menyala.
Pertamina Siap Bekerja Sama dengan Aparat Hukum
Di sisi lain, Djoko Santoso, Vice President Corporate Communication Pertamina, menegaskan bahwa pihaknya akan bekerja sama dengan aparat hukum terkait. Pertamina juga berharap proses hukum dapat berjalan dengan lancar dengan tetap mengedepankan asas praduga tak bersalah.
(ANJAR LEKSANA / WH)
Baca Juga: Mobil Listrik Bergaya Retro, Volkswagen ID. Buzz Sabet Dua Piala di IIMS
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature