Dalam Waktu Empat Balapan Kemajuan McLaren Begitu Signifikan, Kenapa?

JAKARTA, Carvaganza - Balapan F1 di Imola sudah selesai. Ferrari sakit hati kalau tidak bisa dibilang memalukan, duet Red Bull angkat piala, Hamilton pasrah dengan performa Mercedes-AMG W13-nya. Tapi satu tim yang menarik perhatian kami, McLaren.
Memperhatikan performa tahun ini, McLaren sungguh memiliki catatan yang unik. Sesi uji di awal tahun menunjukan merekalah yang paling stabil, efek porpoising (gerakan naik turun karena tekanan dan pelepasan efek aerodinamika) yang dialami mayoritas tim F1, bisa diminimalisir.
Tapi begitu masuk balapan di Bahrain, mereka terdampar di urutan belasan. Masalahnya, mobil tidak punya downforce yang cukup. Mobil MCL36A kesulitan menghadapi sirkuit dengan banyak tikungan pelan serta permukaan yang bumpy. Kemungkinan karena tinggi mobil yang melebihi yang lain, demi menekan porpoising.

Di Jeddah juga begitu. Sempat terpikir McLaren akan menggantikan Haas sebagai tim papan bawah tahun ini. Diperkuat dengan pernyataan, “Kami tidak punya mobil (yang pas) untuk berbuat lebih,” yang diutarakan oleh pembalapnya, Lando Norris.
Tapi keadaan membaik. Australia finish di posisi lima-enam dan performa puncaknya, sampai saat ini ditampilkan di Imola. Norris mendarat di podium tiga. Dalam empat seri, tim asuhan Andreas Seidl ini bisa memperbaiki performa. Sementara tim papan atas Mercedes-AMG masih berjuang.
Jadi, ‘angin’ dari mana yang mendorong McLaren untuk bisa memiliki kurva performa yang lompat seperti itu? Mengutip Craig Scarborough, pengamat dan ahli teknis F1, mereka sukses memanfaatkan waktu dengan baik untuk memecahkan masalah. Hanya dalam waktu tiga minggu mereka menghasilkan kemajuan yang luar biasa. Dalam waktu itu, McLaren sanggup memahami apa yang kurang dari setingan mobil. Terutama di bidang aerodinamika.
Sirkuit Albert Park Melbourne, Australia mulai menampakan hasil kerja keras mereka. Untungnya, di sirkuit ini, downforce bukan faktor penentu utama. Ubahan yang mereka kerjakan terbukti berhasil.

Imola, sirkuit yang menuntut banyak downforce sepertinya bakal menyusahkan bagi tim oranye. Tapi hujan yang turun sepanjang akhir pekan, membuat MCL36A seperti menemukan jati dirinya. Ban, setting aerodinamika hingga mesin Mercedes-AMG yang sebetulnya masih kalah kencang ketimbang Red Bull, tiba-tiba memberikan performa yang berimbang karena faktor cuaca. Podium pun di tangan.
Tapi seperti diakui Norris setelah balapan, mereka masih punya banyak bagian yang harus ditingkatkan. Kelemahan yang muncul di Bahrain maih ada beberapa. “Tapi kami tetap fokus dan menghasilkan kemajuan yang signifikan. Makanya kami bisa lebih baik sekarang,” kata pembalap Inggris itu.
Lalu apakah ini indikasi kalau McLaren bakal mendobrak ke papan atas? Kami yakin masih jauh. Meski arahnya sudah benar. Yang pasti, seperti dikutip dari The Race, McLaren masih punya update yang bakal membuat mobilnya lebih kencang. Secara realistisnya, Daniel Ricciardo, yang finish 16 di Imola karena menabrak Ferrari, mengatakan, “Sulit untuk bisa menyaingi dua teratas (Red Bull dan Ferrari) karena mereka telah melangkah lebih jauh. Jangan lupakan kalau mereka juga masih punya kartu improvement.”
Tapi kami tidak akan terkejut kalau Norris atau Ricciardo akan tampil secara reguler di lima besar tahun ini. (INDRA ALFARISY)
Baca juga: Desain Mobil F1 2022 Resmi Diungkap, Simak Deretan Kelebihannya
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Pilihan
- Latest
- Upcoming
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Advisory Stories
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Tips
- Review
- Artikel Feature