TEST DRIVE: Ferrari 296 GTB, Performa V6 Meyakinkan Dengan Sentuhan Hybrid
JAKARTA, Carvaganza - Line up Ferrari mendapatkan angin segar setalah manajemennya diambil alih PT Eurokars Prima Utama tahun lalu. Lewat principal baru, Ferrari membawa model-model menarik untuk penggemar sports car dan kaum berduit di Indonesia.
Salah satunya adalah model 296 GTB. Model ini melengkapi pilihan model Ferrari yang ditawarkan selain Portofino dan Roma yang sukses terjual di Indonesia.
Terbaru, Carvaganza dari Oto Media Group mendapatkan kesempatan untuk mencoba 296 GTB di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK), Selasa (2/8/2022). Model mid rear engine Ferrari ini membawa teknologi hybrid yang disebut tetap membawa keasyikan berkendara di balik lingkar kemudinya. Selain itu, model ini mengusung mesin V6 dan menjadi model pertama model bermesin enam silinder yang mendapatkan emblem Ferrari. Sebelumnya ada Dino, namun Ferrari tidak memberikan emblem kuda jingkrak pada model tersebut.
Eksterior Ekspresi dan Elegan
Kembali soal pertemuan bersama Ferrari 296 GTB. Kesan pertama sporstcar ini terlihat elegan dan futuristik bersamaan. Ada kesan retronya hasil dari inspirasi lekukan model 250 LM 1963, terutama pada bagian depan hingga ke kaca. Hasilnya sebuah Ferrari yang mampu menarik perhatian di jalan raya.
Pada sepertiga bagian belakangnya, terlihat sentuhan estetik dan performa yang menyatu. Engine bay hadir transparan memperlihatkan mesin V6 120 derajat yang posisinya rebah di bawah. Terdapat active rear wing yang akan keluar saat pengemudi membutuhkan downforce saat pengereman atau tikungan. Sayap ini tersembunyi saat 296 GTB diam namun bentuk Kamm tail serta bokong sporty yang lebar dan rendah memperlihatkan desain khas pabrikan Italia tersebut.
Baca Juga: Ferrari 296 GT3 Gantikan 488 Tahun Depan, Tapi Lepas Sistem Hybrid
Soal aerodinamis, lubang udara hadir di beberapa bagian. Pada sisi depan udara masuk dari bagian bawah ke radiator pendingin. Lubang di samping headlamp bentuk tear drop langsung mendinginkan cakram untuk membantu kinerja pengereman. T-shaped diffuser di depan mengarahkan angin di bagian bawah kendaraan untuk minimalisir hambatan angin saat kecepatan tinggi. Masih ada air intake di bagian samping pilar B yang cukup besar untuk proses pernapasan dan pendinginan mesin. Paling menarik adalah jembatan kecil di bagian atap yang mengarahkan angin langsung ke mesin dan melepaskan vortex udara ke bagian belakang. Diffuser belakangnya berukuran besar dan terlihat kekar, ditambah satu lubang knalpot yang posisinya cukup tinggi untuk melepaskan gas pembuangan.
Bagian sampingnya mobil sport ini terlihat kompak, ringkas tidak seperti mobil sport berukuran besar. Ferrari 296 GTB memiliki dimensi panjang 4,5 meter, lebar 1,9 meter dan tinggi 1,1 meter serta wheelbase sejauh 2,6 meter. Sisi sampingnya memperlihatkan pahatan garis desain yang atraktif terutama di bagian rumah roda yang menyatu di bagian depan hingga ke belakang. Velgnya terlihat besar dan intimidatif, yakni 20 inci model palang yang dibalut ban Michelin Sport berukuran 245/35 ZR di depan dan 305/35 ZR di belakang.
Interior Mewah dan Canggih
Masuk ke dalam cockpit 296 GTB kesan mewahnya langsung terasa bersamaan aura futuristik di beberapa bagian. Desainnya mengingatkan pada model SF90 Stradale dan Roma yang memang diciptakan untuk kenyamanan berkendara pengemudi harian.
Sentuhan bahan kulit Italia mewah hadir di dashboard, lingkar kemudi, trim pintu, serta jok berdesain sport. Sedikit membingungkan adalah banyaknya tombol mekanis dan capacitive untuk mengoperasikan kendaraan termasuk untuk fungsi Start Stop guna menghidupkan kendaraan.
Meter cluster di bagian pengemudi memperlihatkan layar berwarna MID yang bisa diakses lewat tombol di lingkar kemudi. Berbagai macam penunjuk di meter cluster ini memerlukan waktu untuk membacanya, meski kehadiran meter cluster ini tidak lagi penting saat mobil bergerak nantinya. Fokus pengemudi pada jalan dibuat lebih baik berkat kehadiran Head up display (HUD) yang memudahkan informasi terkait kendaraan.
Mobil sport ini memiliki fitur yang jamak ditemui kendaraan penumpang lainnya, terdapat sistem hiburan seperti radio, koneksi telepon genggam, pendingin udara termasuk di jok serta beberapa ruang penyimpanan untuk gelas minuman. Tidak hanya konsentrasi di bagian pengemudi, pada sisi penumpang hadir juga layar sentuh LED untuk akses hiburan serta informasi terkait kendaraan sebagai pengganti head unit yang absen di mobil sport ini.
Tidak banyak impresi yang bisa diceritakan soal interior 296 GTB. Bahasan utama tentu pengalaman berkendara perdana mobil sport ini.
Penyesuaian Sistem Hybrid
Bisa dikatakan, menghidupkan 296 GTB ini menghadirkan kesan kekecewaan. Utamanya untuk yang terbiasa mendengar teriakan mesin Ferrari. Hening. Senyap. Anyep. Kata-kata yang bisa menggambarkan pengalaman menyentuh layar capacitive Start Stop pada mobil ini. Bahkan ketika seluruh perangkat digital di dalam kabin menyala, sempat membuat bingung apakah mobil ini sudah menyala atau masih dalam tahap ACC on seperti pada kebanyakan mobil lainnya.
Baca Juga: 7 Hal Menarik Supercar Hybrid Ferrari 296 GTB, Nomor 5 Di Luar Dugaan
Namun begitu paddle shift sebelah kanan ditekan, otomatis mobil langsung masuk ke mode eDrive. Ini adalah mode yang menggunakan daya baterai dan motor listrik sebagai penggerak utamanya. Selama mencoba 296 GTB, mode ini yang banyak digunakan. Pasalnya, baterai berukuran 7,45 kWh yang terletak di belakang jok mampu membawa kendaraan sejauh 25 kilometer serta kecepatan maksimal hingga 135 kilometer per jam. Spesifikasi yang cukup untuk bepergian harian atau pergi dari rumah ke kantor.
Menginjak pedal akselerator 296 GTB, mobil langsung meluncur tanpa suara. Gambaran besarnya, tidak berbeda saat menggunakan kendaraan listrik yang belakangan banyak ditawarkan pabrikan di Indonesia. Hanya saja melihat emblem kuda jingkrak berwarna kuning di lingkar kemudi, Anda tidak akan percaya sedang berada di mobil sport canggih asal Italia.
Sensasi mengemudinya memerlukan beberapa penyesuaian terutama dalam hal sudut pandang. Posisi duduk dalam cockpit Ferrari ini nyaris rebah dengan sudut yang rendah. Untungnya ukuran kaca yang lebar membuat fokus mengemudi dan keperluan mengawasi sekitar kendaraan tercukupi, setidaknya dalam skenario lalu lintas perkotaan. Ferrari memberikan beberapa sensor dan fitur keselamatan berkendara termasuk di antarannya blind spot warning yang membantu selama berkendara.
Mengemudikan mobil sport ini juga cukup mudah, tidak intimidatif. Ferrari mengungkapkan memberikan peningkatan pada handling yang lebih mudah terutama untuk membaca pergerakan lingkar kemudi. Sistem kendaraan akan membaca informasi yang masuk dari cara mengemudikan kendaraan yang kemudian menyesuaikan tenaga di gardan belakang. Hasilnya, pengalaman mengemudi yang effortless.
Setelah nyaris melupakan bahwa tengah menggunakan mobil sport karena keheningan berkendara, maka tiba waktunya untuk mendengar teriakan mesin V6 yang disebut Ferrari seperti versi mini dari mesin V12 mereka. Terdapat beberapa mode berkendara lewat layar capacitive yang disebut eManettino. Selain eDrive terdapat mode Hybrid, Performance dan Qualifying. Seperti namanya, penggambaran kegunaan mereka sudah pasti untuk tujuan performa dan pengalaman adrenalin yang lebih cepat namun karakter pengisian baterai yang berbeda-beda. Mode yang mementingkan performa sudah tentu memiliki daya pengisian ulang yang lebih kecil ke baterai.
Benar saja, ketika mengubah ke model Hybrid misalnya dan menekan paddle shift sebelah kanan untuk memasukkan gigi transmisi DCT 8-percepatan, suara khas itu terdengar menggelegar. Ferrari memberikan sentuhan teknis pada pengaturan udara keluar dari knalpot tunggal di bagian belakang yang menggugah kemegahan suara mesin V6 ini.
Menginjak pedal gas dalam-dalam, spontan tenaga sebesar 830 hp terkirim ke roda belakang. Mobil melesat dari diam hingga 100 kilometer per jam dalam waktu dua detik saja. Akselerasi cepat ini juga dibantu oleh motor listrik yang menghasilkan tenaga 167 hp. Ditambah tenaga V6 sebesar 664 hp, mobil melesat dengan torsi 750 Nm membenamkan tubuh pengemudi ke jok kulit Italia mewah di balik kemudi. Teriakan mesin terdengar merdu di belakang telinga membuat sensasi yang membuka cakrawala pemahaman mengapa Ferrari menjadi merek mobil sport paling dihormati di dunia otomotif.
Selain akselerasi dan tenaga yang terasa mendominasi, sensasi perpindahan gigi lewat paddle shift di balik kemudi juga cukup impresif. Transmisi ini menyerupai teknologi yang terdapat di mobil F1 sehingga memberikan perpindahan yang cepat untuk menyesuaikan keinginan pengemudi. Mode Manual juga bisa dipilih di area konsol tengah yang membuat pengemudi leluasa mengatur gigi transmisi tanpa harus diganggu sistem auto kendaraan guna memberikan sensasi sporty yang lebih terasa. Sayang pengalaman perdana ini, mode Launch control belum bisa dicoba terkait kondisi jalan dan tentunya faktor keselamatan.
Satu lagi, Ferrari membenamkan sistem transisi seamless pada mekanikal motor listrik dan mesin internal combustion engine (ICE) mereka. Sebutannya Transition Manager Actuator. Ini membuat pengalaman perpindahan penggerak yang tidak terasa antara motor listrik dan mesin konvensional selain teriakan suara mesinnya. Saat mode Hybrid, ketika baterai kembali terisi, mesin otomatis mati yang kemudian berpindah ke model eDrive. Perpindahan ini juga sering tidak disadari karena mobil masih bergerak memberikan torsi. Pengalaman yang menarik terutama untuk isu kendaraan ramah lingkungan belakangan ini.
Baca Juga: Terungkap Ferrari Kembangkan Roma Versi Atap Lipat
Perhatian lain soal suspensi. Selama berada di kawasan PIK jalur yang tersedia adalah aspal dan beton kasar. Jalan yang bergelombang terhitung nyaman dilewati suspensi berkarakter kaku. Karakter suspensi ini sepertinya lebih terasa manfaatnya saat berkendara dil lintasan balap. Berkendara mobil sport berharga miliaran rupiah kekhawatiran ada pada ground clearence yang rendah. Ferrari menyadari hal ini, sehingga memberikan fitur Lifting dimana suspensi bisa dinaikkan untuk memberikan departure angle yang lebih tinggi saat menghadapi tanjakan atau turunan. Cukup menekan tombol di sisi kanan dan kecepatan dibawah 30 km per jam maka perlahan ground clearencenya sedikit lebih tinggi.
Beberapa fitur lainnya yang dirasakan selama impresi perdana adalah pengereman teknologi ABS EVO. Cakram Brembo berukuran besar di depan dan belakang membuat kebutuhan mengurangi kecepatan 296 GTB terakomodasi cukup baik. Sistem pengereman ini juga memiliki fitur regeneratif yang bisa digunakan untuk mengisi baterai dan menggerakkan motor listrik. Fitur lainnya membantu pengemudi mobil sport pemula untuk mengontrol kendaraan lebih mudah seperti six way chassis dynamic sensor, electronic side slip control, electronic traction control, serta electronic hyrdraulic differential system.
Simpulan
Ferrari 296 GTB memberikan pilihan yang menarik terutama bagi penggemar mobil sport yang dituntut pertemanannya untuk memilih mobil yang lebih ramah lingkungan. Mode berkendara elektriknya membuat tetangga sebelah rumah tidak terbangun saat pulang malam hari dan menghindarkan surat keberatan dari pengurus RT terkait suara berisik mesin mobil.
Selain itu, bagi purist Ferrari kehadiran teknologi hybrid ini jelas kemajuan yang patut disambut tangan lebar. Terlebih soal posisi mesin yakni di tengah belakang, yang sesuai heritage Ferrari. Selain itu, dalam beberapa tahun ke depan, penggunaan motor listrik akan lebih banyak hadir di model Ferrari. Produsen asal Italia ini juga tidak akan kehilangan jati diri berkat penggunaan mesin V6 yang lebih kecil. Secara performa dan suaranya sudah dibuktikan meyakinkan, setidaknya di impresi perdana kali ini.
Terkait harga, Ferrari Indonesia menutup rapat informasi ini. Hal ini karena setiap pemesanan Ferrari 296 GTB, masing-masing konsumen bisa memilih seperti apa kendaraannya tersebut dipersonalisasi. Mulai dari warna bodi, warna interior, hingga bahan kulit dan benang jahitan yang terdapat pada detail. Namun sebagai gambaran, NJKB DKI Jakarta model Roma ada di angka Rp 4,9 miliar, F8 Tributo di angka Rp 5 miliar, sedangkan 812 Superfast dan SF90 Stradale di angka Rp 7 miliar. Model 296 GTB ini perkiraannya ada di area model Roma sehingga cukup aman mengatakan mobil sport terbaru Ferrari ini kemungkinan ditawarkan di angka Rp 9 miliar ke atas.
Ferrari Indonesia sudah membuka pemesanan 296 GTB ini bagi para calon konsumen. Tidak disebutkan berapa lama waktu tunggu, namun kehadiran model ini jelas layak dinanti untuk dikendarai di jalanan Tanah Air.
(SETYO ADI / WH)
Foto: Edi Weente
Baca Juga: Red Bull Akan Bikin Hypercar Bermesin 1.233 HP Lawan Ferrari, AMG, dan McLaren
Featured Articles
- Latest
- Popular
Artikel yang mungkin menarik untuk Anda
Mobil Ferrari Pilihan
- Popular
Updates
New cars
Drives
Review
Video
Hot Topics
Interview
Modification
Features
Community
Gear Up
Artikel Mobil dari Oto
- Berita
- Artikel Feature
- Road Test
Artikel Mobil dari Zigwheels
- Motovaganza
- Review
- Artikel Feature