FIRST DRIVE: Menari Bersama Ferrari 296 GTS di Pegunungan Tuscany

  • 2022/10/Test-Drive-Ferrari-296-GTS-Italia-5.jpg
  • 2022/10/Test-Drive-Ferrari-296-GTS-Italia-2.jpg
  • 2022/10/Test-Drive-Ferrari-296-GTS-Italia-8.jpg
  • 2022/10/Test-Drive-Ferrari-296-GTS-Italia-1.jpg
  • 2022/10/Test-Drive-Ferrari-296-GTS-Italia-7.jpg
  • 2022/10/Test-Drive-Ferrari-296-GTS-Italia-6.jpg
  • 2022/10/Test-Drive-Ferrari-296-GTS-Italia-4.jpg
  • 2022/10/Test-Drive-Ferrari-296-GTS-Italia-3.jpg
  • 2022/10/Ferrari-296-GTS-Test-Drive-Munawar-Chalil.jpg
  • 2022/10/Ferrari-296-GTS-Beauty-Shoot-5.jpg
  • 2022/10/Ferrari-296-GTS-Beauty-Shoot-6.jpg
  • 2022/10/Ferrari-296-GTS-Beauty-Shoot-4.jpg
  • 2022/10/Ferrari-296-GTS-Beauty-Shoot-8.jpg
  • 2022/10/Ferrari-296-GTS-Beauty-Shoot-7.jpg

MARANELLO, Carvaganza - Hembusan angin sejuk. Sinar matahari yang hangat. Aktivitas kota yang tidak begitu sibuk. Begitulah suasana musim gugur yang saya rasakan di Fortei di Marmi, salah satu kota kecil di utara Tuscany, Italia. Kota yang tidak begitu jauh dari Bologna ini memang menjadi destinasi para wisatawan untuk bersantai menikmati liburan yang tenang, tanpa hiruk pikuk ala kota besar. Populasi warganya bahkan tidak sampai 8.000 kepala.

Kota ini memang kecil, di pinggir pantai, bahkan tidak sampai setengah hari bisa habis dieksplorasi dengan kayuhan sepeda. Tapi ada sisi menarik dari Fortei di Marmi. Meski tidak begitu ramai, tapi toko-toko dan restoran yang ada di sini tidak bisa dipandang sebelah mata. Butik busana merek premium dengan dagangan termurah seharga ratusan dollar berjejer di sana. Dan yang menjadi komoditas khas di sini, adalah perkebunan anggur yang terkenal.

Tempat ini mengawali rangkaian aktivitas saya untuk mencoba langsung Ferrari 296 GTS di negara kelahirannya. Ferrari ingin memberikan pengalaman gaya hidup yang mungkin kerap dinikmati para pelanggannya. Selaras dengan bagaimana mobil terbaru mereka ini dikembangkan, yang namun tetap serius soal performa. Dengan konfigurasi atap lipatnya, Ferrari ingin tawarkan sensasi berkendara yang lebih bernuansa plesir.

Ferrari 296 GTS

Memang belum lama ini Carvaganza berkesempatan untuk menguji 296 GTB di Tanah Air, model Ferrari pertama yang dikembangkan dan diproduksi bermesin V6. Impresif harus diakui, melihat bagaimana teknologi Kuda Jingkrak telah berevolusi selama ini. Kini, seperti tradisinya, 296 hadir dengan versi atap lipat dengan nomenklatur GTS alias Gran Turismo Spider.

Baca Juga: Lebih Dekat Bersama Ferrari 296 GTS, Radikal dan Penuh Inovasi

V6 Pertama Ferrari

Kita bicara teknis sejenak. Ya, 296 adalah Ferrari V6 pertama yang resmi diproduksi dengan merek dan logo mereka. Versi GTB debut pada medio 2021, yang secara tidak langsung akan mengisi segmen F8 dan 488. Kemudian di April 2022, versi GTS diperkenalkan dengan menawarkan retractable hardtop (RHT). Format atap lipat solid ini menjadi khas untuk mid-engine supercar Ferrari, sejak debut di 458 Spider.

Desainnya sendiri seperti versi coupe, dibangun terinspirasi mobil balap klasik Ferrari 250 LM yang menjadi jagoan Il Commendatore, Enzo Ferrari, untuk ikut Le Mans. Beberapa referensi desainnya bisa dilihat dari lekukan moncong depan, intake di waistline dekat pintu, kap mesin, dan dimensi kompaknya. Tapi untuk penggemar era modern, bisa melihat elemen desain Ferrari Enzo dari garis jendela samping.

Ferrari 296 GTS V6

Nama 296 seperti kita semua tahu, mengacu pada kapasitas dan konfigurasi mesin, yaitu 2.9 liter turbo dan silinder V6. Kita boleh berdebat setuju atau tidak soal keputusan Ferrari melakukan downsizing mesin di model generasi baru ini. Tapi yang pasti, Ferrari tidak mengorbankan performa yang bisa dinikmati oleh para pecintanya. Sama seperti di GTB, 296 GTS yang dirancang Flavio Manzoni ini sanggup memuntahkan sampai 830 hp dan 740 Nm.

Output sebesar itu bukan semata dari mesin pembakaran internal, tapi turut didukung dengan sistem hybrid. Menurunkan teknologi PHEV (plug-in hybrid electric vehicle) dari SF90, 296 dapat motor listrik yang didukung baterai berkapasitas 7,4 KWh. Seluruh output diluapkan hanya ke roda belakang. Dan dengan tenaga listrik saja, kita bisa lajukan mobil ini sampai sejauh 25 kilometer.

Jadi, meski kapasitas mesinnya lebih kecil 1.000 cc daripada F8 dan 488, tapi 296 GTS punya performa yang melampaui model V8 tersebut. Selain karena tuntutan regulasi standar emisi yang semakin ketat, Ferrari juga tidak ingin sia-siakan hasil eksperimen teknologi hybrid yang diterapkan di Formula 1. Bahkan tidak lama lagi menyusul di kelas Le Mans Hypercar.

Bisikan Halus Sang Kuda

Setelah sehari menikmati ketenangan dan kemewahan Fortei di Marmi, saya akhirnya bertemu dengan 296 GTS untuk memulai rangkaian perjalanan. Beberapa unit 296 GTS sudah siap untuk saya dan beberapa awak media dari region Asia untuk geber. Salah satunya ada 296 GTS dengan trim Assetto Fiorano, yang saya pikir akan diundi untuk dipakai salah satu peserta. Tapi sayangnya saat saya tanyakan tim Ferrari, unit tersebut hanya untuk display.

Ferrari 296 GTS

Melihat cuaca yang bersahabat di wilayah mediterania, langsung saja saya buka atap mobil ini. Belum jauh saya dan rombongan 296 GTS melaju, perhatian warga sekitar langsung tertuju ke mobil ini. Padahal Forte di Marmi bukan tempat yang asing dikunjungi berbagai supercar seperti Saint Tropez atau bahkan Monte Carlo yang lebih ramai. Berarti pesona sebuah Ferrari masih bisa memukau masyarakat Italia yang tinggal senegara dengan pabrikan ini.

Berhubung tidak perlu menggunakan seluruh potensi untuk dikemudikan santai di dalam kota, saya pakai mode eDrive. Seketika mesin langsung hening digantikan kerjanya oleh motor listrik. Tidak sepenuhnya hening karena saya masih bisa dengar dengingan motor listrik dari kabin saat kecepatan bertambah. Bisa menjadi alternatif menikmati sebuah Ferrari, apalagi saat tidak ingin mengganggu sekitar melewati jalan yang kecil atau sempit.

Tapi walaupun ini teknologi breakthrough untuk Ferrari, rasanya kurang pas ada di mobil berlogo Kuda Jingkrak tanpa menikmati suaranya. Langsung saya pindahkan model ke Hybrid agar mesin dan motor listrik saling sinergi memberikan performa optimal. Meninggalkan kota ini, perjalanan dilanjut ke jalan tol antar kota menuju Maranello dan melewati Passo Raticosa.

Akhirnya saya bisa menggeber 296 GTS dengan kencang di jalan tol ini. Traffic cenderung ramai saat saya tiba, jadinya kecepatan rata-rata yang bisa saya capai hanya di sekitar 140-170 km/jam. Tapi tidak mengapa saya pikir, toh mobil ini justru memang untuk dinikmati santai. Beberapa kali melewati terowongan, sengaja saya geber mesin ke putaran tinggi sambil turunkan gigi. Waah, ini baru kenikmatan dari Ferrari!

Ferrari 296 GTS

Mesin V6 turbo yang mengecil kapasitasnya ini nyatanya tetap nikmat suaranya. Bahkan Ferrari dengan sengaja mengembangkan akustiknya agar bisa menghasilkan karakter suara menyerupai mesin V12. Memang tidak semirip itu, tapi intonasi raungan mesin 296 ini tetap memberikan sensasi istimewa dari belakang punggung. Saya tetap bisa tersenyum sambil membejek pedal gas dalam-dalam.

Dengan atapnya yang terbuka, gemuruh angin tidak begitu mengganggu ketenangan di dalam kabin. Tapi tetap saja semakin kencang akan bertambah turbulensi udara di atas kepala, atau yang James May sering bilang “buffeting”. Akhirnya saya melipir sebentar untuk lewat rest area di jalan tol ini, untuk menutup atapnya. Karena tidak mungkin saya tiba-tiba melambat di tol sampai 45 km/jam, batas kecepatan 296 GTS bisa buka tutup atap sambil berjalan. Setelah tertutup sempurna, saya lanjut geber lagi lebih kencang.

Mode Performance sangat cocok dipakai di rute ini. Output mesin tidak terlalu spiky, dan masih gampang diprediksi perilaku chassisnya. Walaupun 296 punya wheelbase pendek dibandingkan model Ferrari lain, tapi lajunya tetap sangat stabil untuk cruising kencang di jalan tol. Sempat saya sampai menyentuh 220 km/jam dan tidak gentar sekalipun dengan kemampuannya. Tapi karena lalu lintas sangat ramai, akhirnya saya kurangi kecepatan dan kembali zona nyaman di 170-180 km/jam.

Ferrari 296 GTS

Semakin Hidup di Pegunungan

Bentangan jalan tol akhirnya selesai saya arungi, karena rute mengarahkan saya untuk exit menuju Passo della Futa. Dari namanya membuat saya antusias, karena langsung terbayang jalan berkelok di pegunungan. Saya pikir ini akan membuat bercengkrama dengan 296 GTS semakin asik sampai akhir perjalanan.

Benar saja, saya langsung merasa melek saat melihat jalan di hadapan saya. Di bawah rimbunnya pepohonan pinggir jalan, belokan demi belokan disajikan layaknya masuk ke restoran all you can eat. Akhirnya langsung saja transmisi 8-speed yang sejak awal saya pakai mode otomatis, saya mainkan dengan paddle-shifter. Di sini karakter 296 terasa lebih hidup dan menyenangkan. Apalagi bisa menggeber mesin sampai redline sebelum berpindah gigi.

Baca Juga: TEST DRIVE: Ferrari 296 GTB, Performa V6 Meyakinkan Dengan Sentuhan Hybrid

Dengan atap yang kembali dibuka, perjalanan di Passo della Futa semakin nikmat. Karena udara segar di kawasan ini semakin membuat angin yang menghembus ke kabin terasa sejuk. Dan inilah inti diciptakannya atap lipat untuk mobil kencang dan asik seperti 296 GTS. Rute ini menuju check point perjalanan saya menuju Maranello, dengan pemberhentian di Chalet Raticosa untuk istirahat sebentar.

Setibanya di tempat coffee break ini, kembali 296 GTS menjadi pusat perhatian. Bukan hanya oleh warga lokal, tapi juga para pengunjung. Ternyata tempat ini menjadi lokasi pilihan para biker untuk menikmati motor kesayangannya. Makanya tidak heran kalau lebih banyak motor yang terparkir daripada mobil di Chalet ini. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang tidak malu menghampiri dan berfoto di samping mobil yang saya dan rombongan pakai.

Ferrari 296 GTS

Suasana santai dan sejuk menemani waktu santai saya di Raticosa. Sambil menikmati hamparan hijau pepohonan dan barisan bukit di horizon. Nikmat mana lagi yang kau dustakan di surga berkendara ini? Sayangnya karena itinerary yang padat, waktu saya terbatas di sini. Panitia mengingatkan waktu untuk melanjutkan perjalanan sampai ke titik finish. Toh katanya masih panjang jalan berkelok yang bisa dinikmati sepanjang Passo Raticosa.

Saya pikir ini waktu yang tepat untuk menikmati performa maksimal supercar hybrid ini. Sambil atap dibuka, saya pindahkan driving mode ke Qualifying, yang akan memuntahkan output maksimal dari powertrain.

Dan benar saja. Sisa perjalanan ini adalah bagian terbaik dari semuanya. Ferrari kept the best for the last! Passo Raticosa seperti level berikutnya dari Passo della Futa. Variasi tikungannya lebih beragam, baik dari elevasi sampai radiusnya. Tikungan hairpin lebih banyak disajikan di sini. Tidak salah rasanya saya pakai mode Qualifying untuk 296 GTS.

Setelah berakselerasi kencang, pengereman mobil ini sangat mantap. Kedinamisan distribusi bobotnya sangat asik, tidak sampai membuat buntutnya bergeser saat moncongnya menukik. Begitu setir ditekuk untuk melahap hairpin pun, roda depannya sangat nurut dan responsif menerjemahkan input tangan. Di sinilah wheelbase ringkas 296 sangat terasa manfaatnya. Seolah tidak ada kenyangnya melahap tikungan demi tikungan.

Ferrari 296 GTS

Sepinya lalu lintas di sini membuat suasana sekitar sangat tenang. Ini membuat raungan V6 lebih asik terdengar untuk diajak mencapai RPM tinggi. Apalagi setiap membuka throttle saat keluar tikungan, siulan turbocharger seiring mesin berteriak semakin memanjakan telinga. Bahkan sesekali saya benamkan gas maksimal saat keluar tikungan, roda belakang spontan sedikit membuang meski traction control masih aktif. Dengan sedikit keberanian lebih, mobil ini bisa sangat asik meliukkan ekornya sambil membakar ban di setiap corner exit.

Benar-benar sebuah sensasi yang sulit ditandingi mengajak 296 GTS menari di Raticosa sambil menikmati angin sejuk menerpa kepala. Karakter mesin yang sangat responsif dan torquey sesaat membuat saya lupa kalau ini mobil bermesin enam silinder dengan elektrifikasi. Sesuatu yang belum tentu bisa ditandingi oleh pabrikan lain rival Ferrari.

296 adalah jawaban Ferrari pada tantangan industri otomotif yang semakin dituntut untuk lebih ramah lingkungan. Mesin V6 dengan turbo dan sistem hybrid menjadi kompromi terbaik yang bisa ditawarkan, terlebih dengan bekal laboratorium di F1. Ferrari menganggap belum saatnya untuk memaksakan diri beralih ke listrik sepenuhnya. Kapan Ferrari akan sepenuhnya beralih ke listrik, tidak ada yang tahu pasti. Tapi 296 dengan atap terbuka tentu menawarkan teknologi dan sensasi pengalaman yang patut dirasakan.

Ferrari 296 GTS

Akhirnya seluruh rangkaian perjalanan penuh adrenalin dan kesenangan tadi saya sudahi di Maranello, kampung halaman Ferrari. Makan malam di restoran Il Cavallino yang legendaris menjadi penutup yang sempurna, sambil melihat berbagai memorabilia otomotif ikonik di dalamnya. Tidak lupa segelas anggur Lambrusco menemani pengalaman yang sulit dibeli dengan uang ini.
(MUNAWAR CHALIL / WH)
FOTO: FERRARI

Baca Juga: Intip Dulu Hal Menarik Dari Ferrari 296 GTS Yang Kami Geber Di Italia

Pelajari lebih lanjut tentang Ferrari 296 GTS

Mobil Ferrari Lainnya

  • Ferrari 296 GTB
    Ferrari 296 GTB
  • Ferrari 296 GTS
    Ferrari 296 GTS
  • Ferrari 812 GTS
    Ferrari 812 GTS
  • Ferrari F8 Spider
    Ferrari F8 Spider
  • Ferrari F8 Tributo
    Ferrari F8 Tributo
  • Ferrari Portofino M
    Ferrari Portofino M
  • Ferrari Roma
    Ferrari Roma
  • Ferrari SF90 Spider
    Ferrari SF90 Spider
  • Ferrari SF90 Stradale
    Ferrari SF90 Stradale

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Ferrari Pilihan

Pilihan mobil untuk Anda

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Review
  • Artikel Feature