Melihat dari Dekat Produksi Mitsubishi Xpander

CIKARANG, 4 Oktober 2017 -- Acara roll-out Mitsubishi Xpander di pabrik PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia (MMKSI) di Cikarang Pusat, Kabupaten Bekasi, Propinsi Jawa Barat, hari Selasa (3/10) kemarin, juga kesempatan melihat dari dekat proses produksi MPV milik Mitsubishi tersebut.

Carvaganza diajak selama lebih dari 10 menit untuk menikmati detik-detik assembly bagian interior Mitsubishi Xpander di line produksi yang mereka miliki.

Pabrik tersebut dibangun di atas lahan seluas 30 hektar dengan menyerap 12.000 lapangan kerja dan mampu memproduksi mobil 160.000 unit per tahun dan memiliki potensi peningkatan jumlah produksi hingga 240.000 kendaraan per tahun.

Rencananya Mitsubishi akan memproduksi Xpander sebanyak 80.000 unit per tahun. Sebanyak 60.000 di antaranya untuk pasar dalam negeri sedangkan 20.000 lainnya untuk ekspor ke negara-negara Asean.

Memang pada kesempatan ini, Carvaganza tidak mendapatkan kesempatan untuk melihat secara menyeluruh proses produksi Xpander tersebut dari nol. Hanya mulai dari bagian panel-panel body sudah terpasang dalam bentuk ‘mobil mentahan’ dan tinggal diisi bagian-bagian interior saja. Bagian interior yang dipasang adalah ceiling, trim pintu, dashboard, konsol tengah, tuas transmisi, rem tangan, jok, karpet-karpet dan terakhir adalah bagian ban.

Proses pemasangan tersebut selain menggunakan tenaga manusia (manual) juga dengan perangkat robot sehingga membantu mempercepat proses assembly-nya. Sampai penghujung 2017, pabrik Mitsubishi tersebut akan memproduksi 3000 unit Xpander dalam satu bulan dan pada Februari 2018 akan dinaikkan menjadi 5000 unit per bulan.

COO Mitsubishi Motor Corporation Trevor Mann yang juga hadir pada acara roll out mengatakan bahwa karena tingginya angka pemesanan Xpander di pasar dalam negeri, shift kedua pabrik dipercepat satu bulan. Sejak diluncurkan pada Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2017, Mitsubishi Xpander telah menerima 23.000 Surat Pemesanan Kendaraan (SPK) sehingga dengan tingginya angka pesanan tersebut, mau tidak mau pabrik harus mempertinggi angka produksi.



EKA ZULKARNAIN