TEST DRIVE: 700 Km Bersama DFSK Glory i-Auto (Bagian 2)

TEST DRIVE: 700 Km Bersama DFSK Glory i-Auto (Bagian 2)
JAKARTA, Carvaganza.com -  Usai menyingkap kelengkapan serta rancang bangun DFSK Glory i-Auto. Bahasan road test bagian kedua ialah sektor jantung pacu dan pengalaman berkendara bersamanya. Nah, guna mengungkap lebih dalam bagaimana kemampuan sang medium SUV Tiongkok. Kami bercengkerama bersamanya melindas ragam lanskap yang bisa jadi gambaran rata-rata kondisi jalanan di Indonesia. Amsal tol, tanjakan di pegunungan, kemudian semi off-road berlumpur. Sebetulnya tak terlalu penasaran saat mengendarai Glory i-Auto, karena dalam pikirian, sensasi tak bakal jauh-jauh dari Glory 580. Begitu masuki kabin dan duduk di atas kursi semi bucket berbalut kulit sintesis. Anda dapat duduk nyaman dengan menyetel posisi secara elektrik di tombol sebelah kanan pengemudi. Setir jua berbalut material apik, genggaman terasa pas. Sayangnya ia hanya memiliki pengaturan lingkar kemudi atas-bawah, belum teleskopik. Padahal ini mobil seharga Rp 329 jutaan. Orientasi sesaat sebelum kendaraan meluncur tak luput dilakukan sembari mempelajari fungsi peranti tertentu. Saat posisi sudah pas dan dirasa optimal, Anda mendapat visibilitas yang baik di depan. Moncong, sisi samping hingga buritan terpantau jelas. Kian mantap ditambah kamera 360 derajat plus sensor parkir. Baca juga: TEST DRIVE - 700 Km Bersama DFSK Glory i-Auto (Bagian 1) Bunyi mesin langsam terdengar amat lirih. Kekedapan kabin patut diapresiasi lantaran terpasang peredam di atas empat roda. Di atas papan konstruksi monokok alias unibody, duduk mesin bensin sama dari Glory 580. Jantung mekanis 1,5 liter turbocharged sanggup berdenyut hingga 148 hp (150 PS) pada 5.600. Kemudian torsi maksimal 220 Nm diraih sejak 1.800-4.000 rpm. Asal tahu, pabrikan mengklaim, kualitas mekanikal pacu teruji berkat penggunaan di model-model lain. DFSK Glory i-Auto dibilang berhasil melewati standar sertifikasi di Eropa. Bahkan diekspor ke Benua Biru. Benarkan kapabilitasnya jua mumpuni?

Performa

Yang dirasakan saat melaju di jalanan Jakarta saat macet, transmisi CVT kurang begitu mulus mendistribusi tenaga ke roda depan. Pun kala Anda parkir, masih ada getaran kecil. Betul pabrikan telah merevisi girboks lebih baik dibanding milik 580. Tapi tetap terasa kurang jika ia mau memenangi pertarungan dengan SUV Jepang sekelas. Sedangkan untuk berselancar di jalan bebas hambatan relatif normal. Ekspektasi pada Glory i-Auto sebaiknya jangan terlalu membumbung tinggi. Induksi turbo bekerja di putaran atas. Anda harus benar-benar bersabar untuk berakselerasi kencang atau hendak menyalip kendaraan di depan. Walau pedal gas ditekan lebih dalam (kick down), angka rotasi bisa menembus 5.000 rpm. Sayang, putaran mesin tidak linear dengan kecepatan. Dari 70 km/jam nyatanya harus diurut relatif lama hingga sampai 100 km/jam. Korelasi ini antara: enjin, ECU serta transmisi CVT. Racikan sektor performa laju belum terasa optimal. Masih berkendara bersamanya di sepanjang jalan tol dalam kota Jakarta menuju ke arah Pejagan, Brebes, Jawa Tengah. Gimik lain yang disediakan DFSK berupa Cruise Control. Untuk mengaktifkan, Anda tekan tombol di kanan setir. Setelah indikator hijau menyala, atur kecepatan sesuai kebutuhan. Ingat, batas maksimal di tol 100 km/jam. Anehnya saat berada di setingan itu, putaran mesin meraung 4.000-4.500 rpm. Lantaran jalanan lengang, dibiarkanlah ia melaju dan menunggu lama agar enjin mereda sampai 2.500 rpm. Berdasar data di atas kertas buncahan daya maksimal tinggi. Entah kenapa, penguji belum belum bisa merasakan penyatuan bersamanya. Jeda turbo tergolong besar saat mengakses kecepatan tinggi. Baca juga: TEST DRIVE -  Menjajal DFSK Glory 580, Tempuh 403,8 KM Dalam 1 Hari Baca juga: TEST DRIVE -  DFSK Glory 560, Performanya Bikin Kaget Tak mau kehabisan akal mengatasi soal itu. Akhirnya tuas transmisi digeser ke mode manual. Nah, di sini lumayan tertolong saat butuh kecepatan instan. Ada 6-speed tersedia untuk mengakali respons mesin. Misal ketika menyalip mobil lain, Anda bisa menahan di gigi 4 misalkan. Walau harus rela rpm meninggi. Lantas seberapa efisien bahan bakar disedot? Di meter cluster (MID) tidak ditemukan informasi yang menunjukkan rata-rata (AVG) konsumsi bensin. Mau tak mau, metode pengujian wajib pakai full to full alias isi penuh. Di tol Cipali mobil dipenuhi BBM sampai maksimal, mencapai leher tangki. Mobil kemudian bergerak hingga 147,8 km dengan medan landai dan kendaraan diisi empat penumpang. Selanjutnya kembali diminumi BBM RON 92 hingga posisi optimal 19,37 liter. Gaya berkendara bentul-betul diatur secara normal, tidak terus-menerus tancap gas. Hasilnya keluar 7,63 km/liter. Sebuah angka yang tidak terlalu menggembirakan. Lalu perjalanan selanjutnya menuju objek wisata air panas Guci. Trek di sini yang berkelok dan menanjak begitu cocok menguji kemampuan torsi Glory i-Auto. Walau menggunakan gerak depan, mobil sanggup melewati area pegunungan. Momen puntir sebesar 220 Nm terasa cukup meski harus pelan-pelan, sembari menikmati keindahan alam.

Handling

Walau begitu, pengendalian Glory i-Auto bisa dibilang enak. Peredam di depan pakai McPherson Strut dan penyangga roda belakang menggunakan torsion beam plus stabilizer. Suspensi mengayun begitu lembut. Bahkan penumpang baris kedua tidak terasa mual melibas 551 titik expansion joint di jalan tol elevated II sepanjang 38 km itu. Sebagai SUV keluarga tujuh penumpang, ia patut diapresiasi. Beda lagi kalau Anda suka membawa mobil dan mendamba fun to drive. Gejala limbung sedikit terasa karena suspensi empuk. Bodyroll jelas tak bisa lenyap kala bermanuver tajam serta meliuk-liuk. Secara umum, racikannya seimbang untuk mengakomodasi keduanya.   Baca juga: Canggih Mana, MG HS atau DFSK Glory i-Auto? Pengujian pun berlanjut ke danau gunung kapur di Margasari. Apa tujuannya? Selain menikmati pemandangan alam sublim, trek off-road ringan juga jadi lokasi tes suspensi dan mode snow. Di Indonesia tak ada salju. Tapi Glory membekali fitur ini. Sebetulnya masih bisa dimanfaatkan saat melewati jalan licin berlumpur. Tombol pengaktifan ada di konsol tengah, kiri tuas transmisi. ECU berusaha menjaga putaran ban mendapat traksi optimal. Walau pedal akselerator ditekan, roda tidak menggelincir. Ini jadi poin apik yang mungkin jarang terpikirkan. Adapun fitur-fitur keamanan yang tersedia sebagai standar yaitu, ABS, EBD, EBA, EPB. Mereka sangat berguna membantu sistem pengereman agar mengurangi risiko tabrakan. TPMS, Hill Start Assist, kantong udara empat titik juga memantapkan peranti keamanan serta keselamatan. KESIMPULAN Jadi layakkah ia dibeli? Taburan kelengkapan memang melimpah dan kenyamanan berkendara boleh dibanggakan. Bahkan garansi terpanjang di market sini hingga tujuh tahun atau 150 ribu km. Dengan harga pembulatan Rp 330 juta, secara personal ia cukup mewakili ekspetasi sebagai urban SUV. Poin minus pada konsumsi bahan bakar dan performa enjin, harus dicicipi langsung melalui test drive. Baru bisa menambah poin pertimbangan. Sekarang tinggal bagaimana melihat keperluan mobilitas Anda. Pahami dan teliti lebih jeli sebelum memboyong ke garasi rumah. Semoga ulasan OTO.com dapat membantu calon konsumen berkontemplasi dalam memilah, serta memutuskan membeli. ANJAR LEKSANA  | FOTO: HERRY MULYAMIN

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature