Cara Menghindari Lemparan Batu Di Jalan Tol

JAKARTA, 29 Juni 2018- Kasus pelemparan batu ke mobil beberapa waktu lalu bisa menjadi pembelajaran bagi seluruh pengemudi saat berada di jalan tol ataupun jalan arteri. Hal ini menandakan bahaya bisa datang dari mana saja ketika Anda sedang berkendara. Dengan kejadian ini diharapkan dapat mengubah mindset pengemudi bahwa bahaya tidak hanya datang dari depan saja.

“Bahaya bisa datang dari segala posisi, namun jika kita tidak bisa mengantisipasi dan waspada bisa membahayakan diri kita sendiri bahkan pengendara lain,” ujar Mira Keumala Safri, Marketing Director sekaligus instruktur Jakarta Defensive Driving Consulting kepada Carvaganza saat dihubungi via telepon, Kamis (28/6) kemarin.

Bahaya saat kita mengemudi itu datang bukan hanya dari satu sisi, tapi dari enam sisi, dari depan, belakang, sisi kiri dan kanan, serta, dari atas dan bawah. Semua harus diantisipasi. Bukan hanya pelemparan batu dari atas JPO (Jembatan Penyebrangan Orang) saja. Contoh lainnya adalah pohon tumbang, papan billboard yang jatuh dan reruntuhan konstruksi gedung tinggi. Ini kemungkinan besar menimpa mobil beserta orang yang ada di dalamnya.

“Kejadian seperti itu bisa dicegah dengan cara mendeteksi kemungkinan adanya bahaya dari jauh. Dan juga kecepatan mobil diturunkan, sehingga kalau ada obyek yang jatuh katakanlah seperti batu, itu momentum tidak terlalu besar. Artinya benda atau bahaya dari atas, hanya jatuh tegak lurus. Mengurangi risiko terkena pengemudi atau penumpang lainnya,” tambah Mira.

Terkait dengan tingkat waspada dalam berkendara, Mira juga menguatkan mengenai posisi menyetir yang ideal wajib dilakukan agar mudah mengantisipasi bahaya dari segala sisi.

“posisi ideal menyetir dengan pergelangan tangan tepat di atas setir. Kemudian posisikan tangan kiri di angka 9 dan tangan kanan di angka 3 saat memegang setir. Selain itu ibu jari tegak lurus bukan melingkar di dalam setir,” imbuhnya.

Khususnya para kaum adam, sebaiknya  jangan karena merasa lihai menyetir jadi posisi duduk dibuat lebih rebah layaknya tiduran di kursi pantai.

VALDO PRAHARA