Harga Dasar Baterai Mobil Listrik Naik Setelah 12 Tahun Terus Tereduksi

baterai mobil listrik Audi

JAKARTA, Carvaganza - Harga baterai lithium-ion akhirnya alami kenaikan setelah 12 tahun terus turun. Berdasarkan laporan badan Analisa BloombergNEF (BNEF), meningkatnya ongkos bahan mentah dan komponen pembentuk baterai menjadi penyebab.

KEY TAKEAWAYS

  • Harga dasar baterai mobil listrk mulai alami kenaikan

    Diperkirakan naik menjadi $38 per kWh
  • Tahun ini rata-rata paket baterai lithium-ion menjadi $151 atau Rp2,35 juta per kWh. Naik 7% dibanding tahun lalu. Bila melihat histori sejak 2013 hingga 2021, banderol terus tereduksi dari $732 (Rp11 jutaan) menjadi $141 (Rp2,2 jutaan) per kWh. Angka segitu merepresentasikan berbagai produk, termasuk bus elektrik dan alat berat.

    Prediksinya kenaikan juga terjadi pada 2023, meski tak signifikan. Perkiraan di kisaran $152 atau Rp2,37 jutaan per kWh. Meskipun harga bahan baterai utama seperti lithium, nikel, dan kobalt sedikit dimoderasi dalam beberapa bulan terakhir.

    Mini Electric

    Untuk segmen kendaraan elektrifikasi (EV), paket baterai berkisar $138 atau Rp2,1 jutaan per kWh, dengan banderol sel baterai $115 atau Rp1,7 jutaan per kWh. Berarti porsi sel baterai mencapai 83% dari total paket catu daya. Komposisi ini berbeda dengan rata-rata tiga tahun belakang, di mana biasanya ratio cell-to-pack di 70:30. Penyebabnya desain pembungkus yang semakin ramah ongkos.

    Baca Juga: Bukan Cuma Mobil Listrik, Pemerintah Juga Akan Kasih Insentif Untuk Mobil Hybrid

    Di basis regional, battery pack di China yakni $127 (Rp1,9 jutaan) per kWh, sementara di Amerika Serikat dan Eropa lebih tinggi 24% dan 33%. Berdasarkan laporan, semakin mahal baterai merefleksikan tingkat kedewasaan pasar, tingginya biaya produksi, rentang variasi pengaplikasian dan impor perangkat.

    Lebih lanjut BNEF mengungkapkan sebenarnya harga bisa lebih tinggi di 2022. Namun, karena semakin banyaknya pengadopsian lithium iron phosphate (LPF) yang lebih efisien dan terus tereduksinya kobalt. Dibanding lithium nickel manganese cobalt oxide (NMC), LFP lebih murah 20% pada 2022. Meski begitu, ia tetap terpengaruh lithium carbonate. Di mana tahun ini alami peningkatan 27% dibanding 2021.

    Baterai Lithium Ion

    Tentu kondisi itu mempengaruhi harga jual kendaraan elektrifikasi. Pabrikan bakal melakukan penyesuaian agar dapat menutup biaya produksi. Hal ini sudah terjadi di Amerika Serikat, melalui merek VinFast yang pada September mengumumkan kenaikan model VF8 dan VF9. VF8 awalnya disuguhkan $40.700 atau Rp635 jutaan kini menjadi $42.200 (Rp659 jutaan).

    Walau begitu, BNEF memprediksi biaya catu daya mulai menurun lagi pada 2024 dan berlanjut.  Ketika penambangan dan pengolahan lithium semakin banyak dan efisien. Proyeksi bahkan sampai berada di bawah $100 (Rp1,5 jutaan) per kWh pada 2026.
    (MUHAMMAD HAFID / WH)

    Baca Juga: Kalau Dirakit Lokal, DFSK Klaim Harga Gelora E Bisa Turun Rp100 Jutaan

    Sumber: Autocar

    Featured Articles

    Read All

    Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

    Mobil Pilihan

    • Upcoming

    Updates

    Artikel lainnya

    New cars

    Artikel lainnya

    Drives

    Artikel lainnya

    Review

    Artikel lainnya

    Video

    Artikel lainnya

    Hot Topics

    Artikel lainnya

    Interview

    Artikel lainnya

    Modification

    Artikel lainnya

    Features

    Artikel lainnya

    Community

    Artikel lainnya

    Gear Up

    Artikel lainnya

    Artikel Mobil dari Oto

    • Berita
    • Artikel Feature
    • Advisory Stories
    • Road Test

    Artikel Mobil dari Zigwheels

    • Motovaganza
    • Tips
    • Review
    • Artikel Feature