Distribusi Baterai EV ke Eropa Akan Diperketat, Wajib Pakai Paspor Khusus

Baterai kendaraan listrik akan harus memiliki dokumen atau paspor khusus untuk masuk ke pasar Eropa pada 2027 mendatang.

Pabrik Sistem Baterai EV Hyundai Energy Indonesia

JAKARTA, Carvaganza - Uni Eropa akan memperlakukan komponen mobil listrik layaknya warga negara atau imigran. Ditujukan untuk baterai kendaraan listrik, yang nanti distribusi atau proses masuknya harus memakai paspor atau tercatat secara khusus.

Direncanakan berlaku mulai 2027, setiap baterai EV harus punya catatan lengkap soal asal-usulnya. Yaitu memiliki data seperti rantai pasokan, sumber dan informasi lain soal bahan baku dari pembuatan baterai dimaksud.

Meskipun regulator di Uni Eropa masih "menggodok" informasi detail apa yang harus terkandung dalam paspor baterai. Mereka telah membentuk Battery Pass Consortium untuk menyelesaikan rincian. Program ini didanai oleh Kementerian Federal Jerman untuk Urusan Ekonomi dan Aksi Iklim. Instansi pemerintahan ini telah bermitra dengan perusahaan seperti Audi, BMW dan pabrikan lain. Produsen baterai Circulor (berbasis di London, Inggris) akan bertindak sebagai pimpinan teknis.

Zeekr 007 EV

Adapun proposal saat ini menyarankan penggunaan 90 informasi dalam tujuh kategori yang terdiri dari informasi umum baterai dan produsen. Lalu kepatuhan, sertifikasi dan label, jejak karbon baterai, uji tuntas rantai pasokan. Selanjutnya indikasi bahan dan komposisi baterai, sirkularitas & efisiensi sumber daya, hingga kinerja maupun daya tahan.

Baca Juga: Toyota Lirik Konversi Kendaraan Jadi Ramah Lingkungan Untuk Tekan Emisi

Dilansir dari Autocar UK, chief external affairs officer Circulor, Ellen Carey mengatakan. Paspor ini bakal dikenakan tarif €7 (Rp120 ribu) hingga €12,80 (Rp219 ribu) per baterai. Lantas buat apa semua ini dilakukan? "Hal ini bertujuan untuk menciptakan akuntabilitas rantai pasokan – siapa yang menyentuh apa, kapan dan di mana. ”

Paspor baterai saat ini dikembangkan oleh Circulor untuk kendaraan listrik. Kelak dapat mengungkap sumber kobalt, grafit, lithium, mika dan nikel yang digunakan dalam baterai. Paspor ini menggunakan data industri Internet of Things guna mengidentifikasi organisasi yang diyakini berada dalam rantai pasokan produsen. Termasuk menggunakan data application programming interface, perencanaan sumber daya perusahaan untuk menghasilkan rekam jejak digital mengenai asal-usul baterai.

Baterai solid state

“Kami mengambil informasi yang kami ketahui tentang nikel dan kami membuat data digitalnya. Di mana penambangan baterainya? Di mana lokasinya? Berapa beratnya? Berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam hal pemrosesan? Kemudian semua informasi yang kami kumpulkan di setiap langkah sepanjang perjalanan mengenai nikel yang sama. Nanti dapat kami kaitkan dengan VIN atau kode QR tersebut,” ucap Carey.

Informasi baterai bakal tersedia untuk masing-masing pihak. Misalnya, hanya produsen dapat mengakses informasi lengkap di paspor baterai. Sedangkan pemilik mobil atau pengguna hanya dapat melihat keterangan dan data lebih sederhana. Mungkin aturan baru ini bisa menciptakan lingkungan hijau. Namun di sisi lain bisa digunakan untuk menjegal dari ekspansi pabrikan tertentu yang mau masuk Eropa.
(ANJAR LEKSANA / WH)

Baca Juga: Deret Mobil Keluarga Ini Lirik Pasar Indonesia di 2024, Mulai Low MPV Sampai Listrik

Sumber: Autocar

Featured Articles

Read All

Artikel yang mungkin menarik untuk Anda

Mobil Pilihan

  • Upcoming

Updates

Artikel lainnya

New cars

Artikel lainnya

Drives

Artikel lainnya

Review

Artikel lainnya

Video

Artikel lainnya

Hot Topics

Artikel lainnya

Interview

Artikel lainnya

Modification

Artikel lainnya

Features

Artikel lainnya

Community

Artikel lainnya

Gear Up

Artikel lainnya

Artikel Mobil dari Oto

  • Berita
  • Artikel Feature
  • Advisory Stories
  • Road Test

Artikel Mobil dari Zigwheels

  • Motovaganza
  • Tips
  • Review
  • Artikel Feature